Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/119

e-Konsel edisi 119 (4-9-2006)

Bagaimana Mengambil Keputusan yang Sesuai dengan Kehendak Allah

                      Edisi (119) 01 September 2006

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar : Agar Tidak Menimbulkan Masalah Baru
  = Cakrawala : Keputusan
  = TELAGA    : Mengambil Keputusan
  = Tips      : Bagaimana Prinsip-Prinsip Pengambilan
                Keputusan yang Baik dalam Situasi yang
                Spesifik?
  = Surat Anda: Bahan-Bahan untuk Melayani Homo/Lesbi

               ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam,

  Harus diakui, pengambilan keputusan terhadap suatu masalah,
  khususnya yang berdampak luas, tak selalu mudah untuk dilakukan.
  Apalagi jika masalah tersebut memerlukan keputusan yang mendesak.
  Meski mendesak, bukan berarti pengambilan keputusan harus dilakukan
  secara terburu-buru. Sebaliknya, pengambilan keputusan harus
  dilakukan dengan matang bila tidak ingin menciptakan masalah yang
  baru. Nah, sebagai orang Kristen apa yang harus dilakukan agar
  keputusannya tersebut, tidak hanya baik, tapi juga tidak mendukakan
  hati Tuhan.

  Sejumlah tulisan yang ditawarkan dalam edisi kali ini kiranya
  membawa pencerahan kepada Anda dalam mengambil keputusan. Semoga
  membantu.

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Raka

                    ========== CAKRAWALA ==========

                               KEPUTUSAN

  Seperti diingatkan oleh Pengkhotbah 3:1, ada waktu untuk segala
  sesuatu di bawah kolong langit. Ada waktu untuk menyembah, ada waktu
  untuk mengumpulkan informasi, ada waktu untuk berdoa, ada waktu
  untuk berkonsultasi, ada waktu untuk meditasi--dan ada pula waktu
  untuk membuat keputusan. Kadang Allah memberi kita waktu yang begitu
  berlimpah untuk membuat keputusan, kadang begitu singkat. Namun,
  waktu untuk membuat keputusan itu berada dalam kendali Allah
  sehingga ketika tiba waktu untuk membuat keputusan, itu adalah
  bagian dari rencana-Nya. Keputusan yang kita ambil mengikuti
  langkah-langkah pertumbuhan Kristus sendiri ketika Allah mengubah
  kita seturut gambar-Nya (Roma 8:29). Lukas 2:40 menggambarkan
  pertumbuhan Yesus hingga berusia dua belas tahun: "Anak itu
  bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia
  Allah ada pada-Nya." Ayat ini secara tepat menampakkan dimensi
  rohani dari kekuatan Yesus. Lukas juga berbicara seperti itu
  mengenai Yohanes Pembaptis yang bertambah kuat dalam roh saat ia
  tinggal di padang gurun (Lukas 1:80).

  Bertumbuh dalam hikmat merupakan model ilahi, bukan perubahan yang
  terjadi secara instan. Bertumbuh dalam pemahaman yang tepat atas
  kehendak Allah (Kolose 1:9-10) tampak dalam diri mereka "yang karena
  mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik
  daripada yang jahat" (Ibrani 5:14). Pelatihan indera moral ini
  dicapai sebagian melalui masa pembuatan keputusan yang Allah
  wajibkan bagi kita. Kita "dipaksa" untuk memutuskan bagaimana kita
  merespons permasalahan relasi, prioritas keuangan, keterbatasan,
  komitmen waktu kita di tempat kerja, rumah, gereja, sasaran jangka
  panjang kita, panggilan kita terhadap pelayanan tertentu, dan
  investasi kemampuan kita dalam pekerjaan.

  Sering kali waktu membatasi keputusan-keputusan yang menuntut
  pertumbuhan iman yang sejati. Kita kadang "tidak sependapat" dengan
  Allah dalam hal apakah Ia telah menyediakan informasi yang cukup
  bagi kita untuk membuat keputusan yang baik dalam jangka waktu yang
  ada. Ada saatnya kita menghadapi keputusan yang monumental sementara
  kita kekurangan kepingan informasi yang penting.

  Seorang komandan militer menghadapi tantangan ini dalam peperangan.
  Dalam perang saudara, Robert E. Lee harus memutuskan apakah ia akan
  menyerang pasukan koalisi yang sedang menggali lubang perlindungan
  di dataran tinggi Gettysburg. Jendralnya (Longstreet) sangat
  merekomendasikan untuk mundur dan menggali lubang perlindungan di
  dataran tinggi antara Gettysburg dan Washington, dan memaksa pasukan
  koalisi untuk terlebih dulu menyerang. Jeb Stuart (pimpinan staf
  pasukannya) "menghilang" sehingga Lee tidak tahu ukuran kekuatan
  yang sedang dihadapinya. Ia tidak tahu bahwa kekuatan lawan
  berkembang dengan cepat. Apakah ia harus menunggu dan mendapatkan
  informasi dari Stuart ataukah ia harus menyerang sekarang? Ataukah
  ia harus memakai taktik mundur seperti yang dianjurkan Longstreet?
  Lee percaya bahwa pasukan terbaik yang akan menang dan bahwa dalam
  perang saudara tidak seharusnya mundur ke arah yang tidak menentu,
  maka ia memerintahkan serangan. Tetapi Lee kalah dalam perang di
  Gettysburg tersebut.

  Bila ditinjau kembali, Longstreet telah mengajukan taktik yang
  benar. Ia paham bahwa pasukan yang bertahan memiliki keuntungan
  strategis karena tersedianya persenjataan baru dalam perang saudara
  tersebut. Namun, keputusan Lee mungkin ditarik dari hikmat yang
  lebih tinggi. Ia percaya bahwa untuk memenangkan suatu perang,
  seseorang harus benar-benar berjuang. Ia telah berada dalam posisi
  bertahan sampai saat itu dan selalu menang. Tapi kemenangan karena
  bertahan tidak pernah menghentikan serangan pasukan koalisi.

  Lee tahu ia harus mempercepat pertempuran menentukan yang akan
  mengakhiri perang itu (Shaara 1996: 488). Baginya, perang yang
  semakin lama akan mempertaruhkan ribuan nyawa tambahan dan
  memungkinkan pasukan koalisi menghabiskan sumber yang dimiliki
  negara-negara bagian konfederasi. Ia menghendaki perang itu
  ditentukan dengan segera, bahkan sekalipun ia mungkin harus kalah.
  Kekalahan di Gettysburg mengakhiri perang tersebut dan mengakhiri
  konflik paling berdarah pada abad itu. Dalam pengertian yang lebih
  tinggi, Lee mungkin saja telah melakukan perkara yang "bijaksana".
  Allah mungkin menjawab doa Lee yang memohon pertolongan-Nya dengan
  cara yang melampaui jangkauan pemahaman Lee sendiri.

  Inti cerita ini adalah Lee terpaksa membuat sebuah keputusan tanpa
  mendapatkan informasi yang sangat penting. Ia taat pada panggilannya
  sebagai komandan pasukan Virginia Utara dan maju terus serta membuat
  keputusan yang sulit ketika memang dibutuhkan. Keyakinannya pada
  providensi Allah dan ketaatannya pada panggilannya merupakan batu
  fondasi yang memampukannya untuk mengambil keputusan dalam keadaan
  yang diberikan Allah kepadanya.

  Sebagai orang Kristen, kita membuat keputusan dalam dunia yang
  sangat berbeda dengan orang-orang non-Kristen. Kita mengambil
  keputusan sebagai suatu pertanggungjawaban atas panggilan Allah
  kepada kita (sebagai orangtua, pasangan, pekerja, dll). Allah telah
  memercayakan waktu, talenta, orang, dan kesempatan kepada kita, dan
  menginginkan kita menghormati keinginan-Nya untuk melihat semua
  sumber tersebut digunakan bagi rencana-Nya.

  Dalam Lukas 19:11-27, Kristus mendorong kita untuk tidak menunda
  atau menghindari keputusan karena takut melakukan kesalahan. Dalam
  perumpamaan tentang talenta, orang yang menerima hanya satu talenta
  menyembunyikan talenta itu di dalam tanah. Ia tidak menginvestasikan
  talenta itu karena takut kehilangan. Hamba yang tidak setia itu
  membela diri dengan mengatakan bahwa ia tahu tuannya adalah seorang
  yang "kejam", yang terkenal suka mengharapkan hasil yang mustahil
  (lihat ay. 20). Tuan itu menghukum hamba yang takut itu,
  mengingatkannya bahwa jika ia memang benar-benar takut pada tuannya,
  ia tentu akan mengambil risiko yang perlu untuk memenuhi rencana
  tuannya, yaitu memberikan hasil dari investasi. Sebaliknya, hamba
  itu justru berusaha melindungi dirinya sendiri.

  Keputusan membuat kita terbuka pada risiko melakukan kesalahan,
  namun jika kita mengizinkan hal itu mengendalikan ketaatan kita, ini
  berarti kita lebih melayani diri sendiri ketimbang melayani Allah.
  Dallas Willard mengingatkan kita bahwa sebagai orang Kristen kita
  harus melawan godaan memakai bimbingan untuk mengamankan diri dari
  risiko (Willard 1993: 226-27). Sebaliknya, Allah sering menghendaki
  kita untuk berani membuat keputusan. Orang percaya membuat keputusan
  berdasarkan hikmat yang disediakan Allah dan janji pemeliharaan-Nya,
  serta maksud penebusan-Nya.

  Suatu keputusan yang saleh harus ditandai dengan keberanian dan
  keyakinan, "sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
  melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban"
  (2 Timotius 1:7). Keyakinan kita dalam membuat keputusan yang sulit
  tidak pernah didasarkan pada pengetahuan seperti yang Allah miliki
  tentang situasi atau hasilnya. Keputusan itu juga tidak didasarkan
  pada kompetensi kita sendiri, namun pada keyakinan bahwa kita berada
  dalam providensi Allah dan kita sedang mengejar maksud-Nya bagi
  hidup kita. Kita adalah bejana tanah liat, namun kita didiami oleh
  Yang Mahakudus untuk menghendaki dan melakukan kehendak-Nya yang
  baik. Pengambilan keputusan yang kita lakukan merupakan bagian dari
  proses-Nya.

  Oleh sebab itu, bagi orang Kristen yang membuat keputusan, dunia ini
  adalah tempat yang sangat berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang
  non-Kristen. Kita telah melihat bahwa dunia adalah suatu tempat
  pertanggungjawaban kita kepada Allah sebagai pelayan atas segala
  sesuatu yang telah diberikan-Nya. Dunia ini adalah tempat kita
  dipanggil untuk membuat keputusan yang bersifat pelayanan dan yang
  bertujuan untuk melaksanakan maksud-Nya.

  Dunia juga merupakan tempat yang aman bagi orang Kristen untuk
  membuat keputusan karena terdapat pagar pengaman berupa providensi
  Allah yang berdaulat. Pengendalian yang misterius ini tidak hanya
  melindungi anak-anak Allah tetapi juga memakai setiap peristiwa
  untuk mengubah hati mereka semakin serupa dengan gambar-Nya. Karena
  itu, sikap takut akan Allah sekaligus kedamaian dan ketenangan yang
  mendalam ketika kita membuat keputusan yang diwajibkan bagi kita,
  bisa muncul bersama-sama.

  Tidak ada jasa manusia dalam menentukan keputusan yang sulit. Ketika
  data yang ada tidak jelas dan Allah memberikan waktu tambahan untuk
  menentukan keputusan, kita harus belajar menunggu dengan sabar
  sementara kita mencari hikmat atau informasi yang penting. Dinamika
  itu berakar pada pengharapan bahwa Allah akan memberikan hikmat dan
  arahan saat kita memintanya. Kita mengharapkan kejelasan; kita terus
  mencari pengertian hingga hal itu diberikan. Allah dapat
  mengesampingkan prosesnya, namun tugas kita adalah untuk
  mengharapkan pembekalan-Nya.

  Beberapa waktu lalu, saya menggumulkan arah masa depan pelayanan
  saya. Saya mulai mengajukan beberapa pertanyaan dan melakukan segala
  hal yang dapat saya lakukan untuk mencari pengertian. Namun, selama
  tiga tahun jawaban itu tidak kunjung datang. Syukurlah, saya tidak
  harus membuat keputusan dengan segera, jadi saya tetap menunggu.
  Saya terus mendoakan hal itu dan merenungkan hal-hal terkait. Kira-
  kira setahun kemudian jawaban itu datang. Allah mengaruniakan
  pengertian yang saya perlukan. Saya melihat arah yang harus saya
  tuju dan cara menuju ke sana. Tentu seperti semua rencana kita
  lainnya, rencana ini terbuka bagi koreksi Allah. Intinya, bagian
  saya dalam proses tersebut selesai setahun sebelum Allah memberikan
  jawaban. Saya harus menunggu selama itu sebelum dapat melihat jalan
  yang harus saya tempuh.

  Dengan memahami karakter Allah kita, kerumitan hidup manusia, dan
  kekacauan yang ditimbulkan oleh karena dosa, kita seharusnya tidak
  terkejut jika pengertian yang sejati tidak datang secara tiba-tiba.
  Kita tidak boleh menyerah jika semuanya tetap tidak jelas bagi kita
  setelah usaha pertama kita untuk membuat keputusan. Allah mau kita
  terus mengejar pengertian sampai tiba waktunya bagi kita untuk
  mengambil keputusan. Mengejar hikmat dengan penuh kesabaran akan
  membuat kita lebih baik dalam mengasihi sesama dan melayani Allah,
  dan itu sungguh-sungguh benar dan dihargai oleh Allah.

  Yakobus 1:5 juga menasihati kita untuk tidak merendahkan diri
  sendiri jika kita pernah membuat keputusan-keputusan yang
  mengerikan. Allah menjanjikan hikmat dengan murah hati kepada semua
  yang mengejarnya dengan hati yang tulus. Yakobus secara khusus
  berkata bahwa Allah memberikan kepada semua yang meminta dan Ia
  tidak membangkit-bangkit. Inilah permohonan yang Allah hargai di
  seumur hidup kita.

  Sumber diambil dan diedit dari:
  Judul buku   : Selangkah Demi Selangkah: Bimbingan Ilahi bagi Setiap
                 Orang Kristen
  Judul artikel: Keputusan
  Penerbit     : Momentum, Surabaya 2004
  Penulis      : James C. Petty
  Halaman      : 247--252

                     ========== TELAGA ==========

  Bagi Anda yang sampai saat ini masih sering mengalami kesulitan
  dalam mengambil suatu keputusan, ringkasan tanya jawab bersama Pdt.
  Paul Gunadi Ph.D berikut ini kami harapkan dapat menolong Anda.
  Silakan menyimak!

                          MENGAMBIL KEPUTUSAN

  T : Memutuskan sesuatu ternyata bukan sesuatu yang mudah untuk
      dilakukan, apalagi untuk keputusan-keputusan yang cukup berarti,
      misalnya pindah pekerjaan, pindah rumah, menikah atau tidak.
      Ini bagaimana, Pak?

  J : Ada sebagian orang yang mengalami kesulitan dalam mengambil
      keputusan, misalnya orang yang mudah cemas. Pada umumnya, mereka
      takut mengambil keputusan karena takut salah, takut harus
      membayar risiko yang tidak sanggup mereka bayar, jadi mereka
      menunda-nunda mengambil keputusan atau bersembunyi di balik
      orang lain, tidak berani menghadapi fakta kenyataan, dan ini
      adalah gaya hidup yang tidak sehat.
------
  T : Ada keputusan yang sebenarnya bisa diambil dengan cepat, tapi
      karena dilanda kecemasan maka keputusannya jadi tertunda-tunda?

  J : Ada banyak contoh. Misalkan, membeli rumah. Kita tahu untuk
      membeli rumah diperlukan waktu untuk melihat beberapa rumah.
      Untuk orang-orang yang mudah dilanda kecemasan sering bingung
      dalam mengambil keputusan meskipun sudah melihat rumah, misalkan
      sepuluh rumah. Dia tidak bisa puas, dan akan terus menerus
      meminta melihat rumah itu berkali-kali.

      Atau dalam hal memilih pasangan hidup (memang ini lebih berat),
      sudah berjalan bersama-sama, sudah saling mengenal, dan sudah
      melihat banyak kecocokan, tapi terus bingung, tidak bisa
      mengambil keputusan apakah orang itu yang harus dinikahinya.
      Inilah contoh orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari tidak
      mudah untuk mengambil keputusan.
------
  T : Apa yang harus dia lakukan?

  J : Karena kita adalah anak-anak Tuhan, kita mesti berdoa sampai
      kita berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Sungguh-sungguh berdoa
      hingga kita dapat berkata, apa pun yang terjadi Tuhan yang
      mengatur segalanya. Tahap pertama ini adalah tahap pergumulan,
      dan kita menggumulinya dalam doa dengan Tuhan. Kalau kita bisa
      sampai ke titik itu, baru kita melangkah ke tahap berikutnya
      dalam pengambilan keputusan.
------
  T : Berserah itu sesuatu yang aktif, harus ada yang dilakukan. Tapi
      apa yang bisa dilakukan?

  J : Justru setelah berserah dalam doalah seseorang baru melakukan
      hal lainnya yang lebih konkret, yang lebih manusiawi. Dia harus
      sampai ke titik penyerahan total, setelah itu baru berkonsultasi
      dengan orang lain, meminta masukan-masukan orang, dan
      sebagainya. Jangan lakukan kebalikannya, jangan berbicara dulu
      dengan orang, bertanya kiri-kanan, baru berdoa. Tidak akan ada
      damai sentosa. Kalau belum sampai tahap penyerahan kita sudah
      kalang kabut, kita akan makin kacau, makin bingung. Tetapi kalau
      kita bertanya atau berkonsultasi setelah kita berserah, semua
      jawaban atau masukan yang kita terima itu akan kita bingkai
      dalam satu bingkai, yaitu Tuhan mengatur, Tuhan berkuasa.
      Berkonsultasi harus diletakkan sebagai langkah kedua, bukan
      langkah pertama.
------
  T : Peran konsultasi itu sendiri apa?

  J : Membuat orang berpikir lebih jernih atau menolong melihat dari
      perspektif yang berbeda. Kita mesti keluar dan melihat dari
      sudut yang lain sehingga kita bisa memandang masalah.
      Konsultasilah yang membuat orang bisa melihat dari kacamata yang
      berbeda.
------
  T : Misalnya, setelah konsultasi ada dua pilihan, ke kiri atau ke
      kanan. Bagaimana memutuskan untuk langkah berikutnya?

  J : Kita memang harus menyadari bahwa itulah sesungguhnya proses
      pengambilan keputusan, yaitu proses menentukan pilihan dari
      beberapa alternatif yang tersedia. Dengan kata lain, kita memang
      mesti melihat apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan pada
      setiap alternatif itu. Namun, kita mesti mengingat satu
      kebenaran bahwa apa pun keputusannya, Tuhan tetap dapat bekerja
      melaluinya. Jangan sampai kita menjadi takut untuk membuat
      kesalahan. Sudah tentu kita harus berhati-hati, tapi sampai
      titik tertentu kita tetap harus mengambil keputusan.
------
  T : Untuk hal-hal yang tidak bersifat jangka panjang, mungkin masih
      bisa lebih mudah untuk memutuskan. Tapi bagaimana kalau,
      misalnya, berkaitan dengan pasangan hidup, sebuah komitmen untuk
      seumur hidup?

  J : Sering kali mengambil keputusan menjadi susah sekali karena kita
      terobsesi mengambil keputusan yang terbaik. Masalahnya adalah
      keputusan yang kita anggap terbaik atau yang paling ideal itu
      tidak ada atau jarang sekali. Yang lebih realistik adalah waktu
      kita menimbang-nimbang beberapa alternatif, pada akhirnya yang
      kita temukan adalah alternatif ini sedikit lebih baik dari
      alternatif yang lain. Ini situasi yang sering kali kita hadapi,
      yang membuat kita bingung. Namun, kita mesti percaya bahwa Tuhan
      bisa memakai, baik yang kiri maupun yang kanan. Selama kita
      dalam koridor kebenaran, koridor jalan Tuhan bukan jalan dosa;
      perbedaan-perbedaan seperti itu tidak terlalu kita pikirkan
      sebab Tuhan bisa bekerja baik melalui pintu yang kiri maupun
      melalui pintu yang kanan.
------
  T : Mungkin ada yang lain?

  J : Yang lain adalah gunakan kriteria prioritas terbatas. Maksudnya
      adalah untuk saat ini lihatlah apakah yang lebih baik bagi kita.
      Selain pernikahan, jarang sekali kita harus mengambil keputusan
      untuk jangka waktu yang sangat panjang. Kebanyakan pilihan dalam
      hidup ini terbatasi oleh waktu dan kondisi, tidak ada yang
      selama-lamanya. Untuk pernikahan, kita tidak boleh menggunakan
      kriteria ini sebab pernikahan adalah untuk seumur hidup.
------
  T : Dalam mengambil keputusan, selain menggunakan akal sehat pikiran
      kita, perasaan juga berperan di sana; dan kadang-kadang ini
      tidak sinkron. Bagaimana ini?

  J : Kadang-kadang ketika kita menghadapi sesuatu, sebetulnya ada dua
      aparatus atau indra yang bekerja pada diri kita. Yang pertama
      lebih bersifat rasional, bisa dilihat, bisa dipastikan dasar-
      dasarnya, landasan dasar, atau bukti-buktinya. Tapi kadang-
      kadang ada sesuatu yang tidak bisa kita pikirkan secara
      rasional, ada reaksi yang lebih bersifat instingtif. Ada faktor
      firasat, pertimbangkan firasat itu. Ada baiknya kalau firasat
      itu begitu kuat, kita tunda dulu sampai beberapa waktu, sampai
      kita melihat dengan lebih jelas alternatif tersebut. Setelah
      kita lihat memang tidak ada apa-apa, kita berani melewati
      firasat yang telah muncul itu.
------
  T : Tapi kadang-kadang setelah kita mengambil keputusan masih timbul
      kebimbangan dalam diri kita; betul atau tidak yang saya putuskan
      tadi. Bagaimana ini?

  J : Itu adalah sebuah reaksi yang wajar, justru seharusnya kita
      merasakan kebimbangan itu. Jadi, jangan takut untuk bimbang
      setelah mengambil keputusan. Kita bimbang sebab kita mau
      memastikan sekali lagi bahwa kita telah mengambil keputusan yang
      benar. Yang perlu kita lakukan adalah memberikan jeda sampai
      keputusan itu kita serahkan kepada orang lain, atau kita jawab
      kepada orang lain, atau kita tindak lanjuti. Jadi, di antara
      keputusan dan tindak lanjut atau pelaksanaan, sebaiknya kita
      berikan jeda sehingga kalau rasa bingung atau bimbang muncul,
      kita masih bisa bergumul lagi apakah itu mengonfirmasi atau
      justru mendiskonfirmasi apa yang telah kita putuskan. Misalkan,
      kita bisa mengonfirmasi, kita akan lebih tenang lagi
      melaksanakan keputusan tersebut.
------
  T : Berkaitan dengan orang yang memang mempunyai perasaan bimbang,
      kadang-kadang dia bisa terlalu cepat mengambil keputusan karena
      khawatir kalau tidak diputuskan sekarang nanti diambil orang.
      Ini bagaimana?

  J : Kalau memang mempunyai kecenderungan seperti itu, dia bisa
      berpikir dengan cepat pula. Kalau kemungkinan besar dia memang
      benar, tentunya tidak apa-apa. Jadi, dia harus secara rasional
      melihat berapa besar persentasi benarnya itu. Kalau, misalkan,
      persentasinya itu hampir setengah-setengah lebih baik jangan
      karena kemungkinan dia salah juga bisa setengah.
------
  T : Adakah firman Tuhan yang membimbing kita dalam mengambil
      keputusan?

  J : Mazmur 103:13-14, "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
      demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
      Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini
      debu." Kita adalah anak dan Allah adalah Bapa kita, dan Alkitab
      mengatakan Tuhan sayang kepada kita, orang-orang yang takut akan
      Dia. Ini ayat yang sangat-sangat memberikan kesejukan, Tuhan
      sendiri tahu siapa kita, dia ingat kita ini debu. Artinya, Tuhan
      tahu kita ini tak sempurna, jauh dari sempurna, sangat terbatas.
      Bapa di surga tidak akan membiarkan kita salah dan tersesat,
      yang penting kita takut akan Dia, mencari kehendak-Nya, berdoa
      meminta pimpinan-Nya, setelah itu ambillah keputusan. Bapa di
      surga akan terus mengiringi kita. Jangan sampai kita takut
      seolah-olah nanti akan berantakan, hidup ini akan hancur; ada
      Tuhan, yang penting kita gunakan hikmat, takut akan Dia.

  Sumber:
  [Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #203B
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
  -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
     e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org>
                               atau: < TELAGA(at)sabda.org >      ]
  ==>  http://www.telaga.org/transkrip.php?mengambil_keputusan.htm

                      ========== TIPS ==========

   BAGAIMANA PRINSIP-PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BAIK DALAM
                        SITUASI YANG SPESIFIK?

  Berikut sejumlah pertanyaan yang dapat Anda ajukan pada diri Anda
  sendiri saat berusaha menentukan apa yang Allah inginkan atau apa
  yang bijak untuk suatu keadaan tertentu.

  1. Apakah keputusan ini sesuai dengan firman Allah yang kekal?
     Yaitu, bukan satu ayat yang ditafsirkan di luar konteksnya,
     melainkan sesuai dengan seluruh jiwa dari firman itu.

  2. Apakah setiap bagian dari keputusan ini konsisten dengan karakter
     Allah?
     Allah tidak akan pernah mengatakan kepada Anda untuk melakukan
     sesuatu yang tidak bersifat kasih, baik hati, sopan, dan ciri-
     ciri lainnya yang terdapat dalam 1Kor. 13:4-7 dan Gal. 5:22-23.
     Sebagai contoh, Ia mungkin akan mengatakan kepada Anda untuk
     menentang seseorang yang mengeluh, tetapi tidak akan pernah
     mengatakan kepada Anda untuk melawan dalam kemarahan atau dengan
     menurunkan martabat. Ia mungkin akan mengatakan kepada Anda untuk
     menjadi utusan Injil, tetapi Ia tidak akan pernah menyuruh
     mengambil langkah-langkah yang mendadak jika hal itu akan
     menimbulkan kekacauan di dalam keluarga Anda. Allah
     mengikhtiarkan hal yang terbaik bagi setiap orang.

  3. Apakah semua yang berkaitan dengan keputusan ini berasal dari
     Tuhan?
     Hati kita cenderung memperluas apa yang dikatakan Allah. Saat
     mendapat arahan dari orang lain, waspadalah agar ada keseimbangan
     yang alkitabiah. Anda mungkin pernah mendengar dari Allah bahwa
     Ia telah membukakan bagi Anda seorang teman hidup, tetapi apakah
     Anda juga telah mendengar dari Tuhan bagaimana menilai tentang
     orang tersebut?

  4. Apakah keputusan ini telah dikonfirmasi oleh orang-orang lain
     yang tergabung di dalam Tubuh Kristus, yang terdiri atas orang-
     orang Kristen yang dihormati, dewasa secara rohani, dan yang
     sudah mengenal betul diri Anda? 
     Dengarkanlah petunjuk yang diberikan oleh para pemimpin yang 
     merupakan atasan Anda. Jika seorang yang berwenang melakukan 
     koreksi terhadap Anda, janganlah mencari orang lain yang akan 
     mendukung apa yang ingin Anda percayai. Jika tidak ada orang yang 
     telah dewasa secara rohani yang disegani oleh banyak orang di 
     dalam Tubuh itu dan yang mengenal Anda dengan baik, berusahalah 
     untuk mengambil langkah-langkah yang nyata untuk mencari seorang 
     yang sungguh-sungguh beriman dan yang dapat dijadikan penasihat. 
     Jalan yang pasti yang akan membawa Anda kepada delusi adalah 
     dengan melangkah seorang diri sehingga Anda tidak perlu 
     mempertanggungjawabkannya kepada siapa pun.

  5. Apakah kata-kata yang membuat Anda mengambil keputusan ini
     mendesak Anda terus-menerus?
     Jika Allah benar-benar sedang memimpin Anda ke suatu arah, Ia
     tidak akan berhenti setelah sekadar menarik perhatian Anda.
     Ambillah cukup waktu untuk memeriksa pimpinan itu dengan realitas
     yang objektif dan penasihat-penasihat yang disegani, dan
     peliharalah hati Anda agar terus terbuka bagi koreksi.

  6. Apakah pimpinan ke arah keputusan ini konsisten dengan pimpinan
     Allah yang sebelumnya bagi Anda?
     Jika setelah banyak berdoa, mempelajari Alkitab, mendapat nasihat
     dari orang-orang percaya yang disegani, mendapat konfirmasi yang
     objektif, dan Anda telah memutuskan bahwa Allah menghendaki Anda
     melakukan sesuatu, berpegang teguhlah pada keputusan itu. Lalu
     jika seorang datang kepada Anda dan berkata, "Allah mengatakan
     kepada saya untuk mengatakan bahwa Anda harus melakukan hal yang
     lain," janganlah percaya kepada hal itu jika ia tidak mempunyai
     bukti yang tidak dapat diragukan bahwa Allah mempunyai jalan baru
     yang harus Anda tempuh.

  Sumber diambil dan diedit dari:
  Judul buku: Kompas Kehidupan Kristen
  Penulis   : K. C. Hinckley
  Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
  Halaman   : 145--146

                   ========== SURAT ANDA ==========

  Dari: g`Lief <godlief(at)xxxx>
  >SaLom,
  >Mohon pencerahan Bpk/Ibu tentang bagaimana cara kita melayani dan
  >menguatkan saudara-saudara kita yg terlibat dalam kehidupan sebagai
  >Lesbi dan Homosex? Jika ada artikel atau pengalaman-pengalaman yg
  >bisa dikirimkan buat kami, ini akan sangat menolong utk membantu
  >kami dalam pelayanan kami di sini.
  >Bersama Untuk KerajaanNYA,

  Redaksi:
  Bahan-bahan tentang homoseks/lesbi sudah pernah kami tampilkan di
  Edisi 084. Silakan membuka arsipnya di:
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/084/

  Bahan-bahan serupa juga dapat Anda temukan di Situs C3I dan Situs
  Telaga. Silakan mengunjungi kedua situs ini di:
  ==> http://www.sabda.org/c3i/
  ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?perilaku_homoseksual.htm
  ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?menolong_homoseksual.htm

============================== e-KONSEL ==============================
                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?    masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi, artikel, bahan, sumber konseling, surat, saran, pertanyaan,
dll. dapat dikirimkan ke alamat: owner-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org