Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/63

e-Konsel edisi 63 (18-5-2004)

Kepahitan

><>                 Edisi (063) -- 15 Mei 2004                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Kemarahan Bisa Menjadi Kepahitan
    - Cakrawala            : Menghadapi Kepahitan
    - Bimbingan Alkitabiah : Pulih dari Luka Hati
    - Tips                 : Bahaya-bahaya Kepahitan yang Tak
                             Terampuni
    - Info                 : Situs yang Melayani Masalah Kejiwaan
                               Ron Hutchcraft Ministries,
                               Narramore Christian Foundation,
                               Freedom in Christ Ministries
    - Stop Press           : Situs YLSA
    - Surat                : Ingin Mendapatkan Konsel Edisi 01 - 057

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Masalah kejiwaan memang mencakup berbagai persoalan yang berhubungan
  dengan emosi seseorang. Terkadang dari satu masalah bisa bersambung
  ke masalah yang lainnya. Contoh seperti tema yang kita bahas bulan
  ini, yaitu masalah kemarahan. Kemarahan bisa berubah menjadi masalah
  kepahitan apabila tidak diselesaikan atau ditangani dengan benar.
  Nah, itu sebabnya sangat tepat jika topik tentang "Kepahitan" kami
  pilih menjadi topik bahasan di e-Konsel edisi 063 ini.

  Melalui artikel dalam Cakrawala, Anda akan melihat bagaimana bangsa
  Israel juga mengalami kepahitan hidup ketika mereka menuju Tanah
  Perjanjian. Pelajaran apa yang dapat Anda ambil dari pengalaman
  bangsa Israel tersebut? Silakan simak sajian Cakrawala.

  Selain itu Anda juga bisa menikmati sajian Bimbingan Alkitab dan
  Tips dengan topik yang sama, yaitu bagaimana menghadapi kemarahan
  agar tidak berubah menjadi kepahitan. Sajian info tentang situs-
  situs konseling (bahasa Inggris) juga akan sangat berguna bagi Anda
  karena bisa menolong Anda menemukan bahan-bahan tentang bagaimana
  mengatasi masalah-masalah kejiwaan yang sering dihadapi. Nah,
  selamat berselancar.

  Tuhan memberkati Anda.

  Tim Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                     -*- MENGHADAPI KEPAHITAN -*-

  Tidak ada seorang pun di antara kita yang ingin menghadapi atau
  mengalami kepahitan dalam hidup ini. Namun kenyataan memberitahu
  kita bahwa kepahitan sering singgah dalam hidup kita sekalipun tanpa
  diundang atau dicari seperti yang dialami oleh umat Israel dalam
  perjalanan ke Tanah Perjanjian. Demikian tercatat dalam Kitab
  Keluaran 15:22-27:
     "Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu
     mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka
     berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah
     mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di
     Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang
     tempat itu Mara. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa,
     kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?" Musa berseru-seru
     kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa
     melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di
     sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-
     peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
     firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN,
     Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang
     telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala
     ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit
     manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku
     Tuhanlah yang menyembuhkan engkau." Sesudah itu sampailah mereka
     di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon
     korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu."

  Kepahitan dalam hidup ini dapat berbentuk sakit penyakit yang parah
  dan mematikan yang tidak hanya diderita oleh anggota keluarga yang
  kita kasihi tetapi juga pada diri kita sendiri. Kematian anggota
  keluarga yang kita anggap belum waktunya ataupun yang belum
  dipastikan keselamatan jiwa-rohnya. Musibah yang mengakibatkan
  kerugian materi yang menyebabkan kita kehilangan segala-galanya
  ataupun cacat fisik yang tak tersembuhkan. Kepahitan dapat juga
  berupa masa depan yang tidak menentu seperti yang banyak dialami
  oleh WNI pria yang berusia diatas 16 tahun dan saat ini 'over stay'
  di Amerika Serikat. Tinggal tanpa melapor sulit, melapor juga sulit,
  bagaikan makan buah simalakama -- dimakan ayah mati tidak dimakan
  ibu mati. Khususnya bagi mereka yang telah belasan tahun di Amerika
  dan mempunyai anak.

  Kalau harus kembali ke Indonesia, di Indonesia pun keadaan ekonomi
  tidak lebih baik daripada Amerika kalau tidak mau dikatakan lebih
  parah. Pengangguran yang terus meningkat, keamanan yang tidak
  menentu, politik yang tidak stabil khususnya menjelang Pemilu, dan
  diskriminasi terhadap kaum minoritas yang masih dipertahankan.
  Selain itu merajelalanya korupsi telah merasuk ke tulang sumsum
  bangsa yang tidak terobati dan penanganan hak azasi manusia yang
  masih amburadul. Semua itu hanya sebagian kecil dari kondisi di
  Indonesia dimana sangat sulit bagi orang-orang percaya untuk
  membesarkan anak-anak mereka di dalam iman dan moral kristiani jika
  tidak mau berkompromi. Menghadapi semuanya itu bagaimanakah
  seharusnya kita bersikap sebagai orang-orang percaya?

  Dunia yang Tidak Ideal.
  -----------------------
  Kita tahu bahwa kepahitan yang dihadapi oleh umat Israel dengan mata
  air Mara tersebut bukanlah sesuatu yang direncanakan ataupun yang
  sengaja ingin ditemukan oleh mereka. Kita juga tahu bahwa mereka
  dipimpin oleh Musa, seorang pemimpin yang beriman dan dekat dengan
  Allah. Kita percaya bahwa tentu dalam memimpin umat Israel Musa juga
  sudah berdoa dan memohon pimpinan Allah agar mereka terhindar dari
  hal-hal yang tidak menggembirakan. Sudah pasti Musa tidak meminta
  untuk melewati mata air yang pahit atau merencanakan untuk memimpin
  bangsanya ke dalam situasi yang pahit sebab ia tahu betul tipe yang
  bagaimana umat Israel itu, yaitu bangsa yang tegar tengkuknya: kalau
  senang, tidak tahu berterima kasih; kalau susah sedikit saja
  langsung memaki-maki.

  Semua itu terjadi bukan karena Musa salah memimpin mereka dan bukan
  pula karena Allah tidak tahu apa yang akan mereka tempuh atau Allah
  tidak sanggup menghindarkan mereka dari kepahitan tersebut. Semua
  itu terjadi karena memang dunia ini bukan dunia yang ideal. Dunia
  yang sudah jatuh dalam dosa, dunia yang sudah terkutuk dan dikutuk.
  Sekalipun kita beriman, percaya bahkan melayani Tuhan dengan
  sungguh-sungguh, setia, dan tulus, tidak menjamin bahwa kita
  terluput dari kepahitan sebab kepahitan itu tidak pandang bulu.

  Sehingga tidak heran ada yang bertanya "Why good people suffer?"
  bahkan pemazmurpun bisa berkata:
     "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi
     mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku
     terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sia-sia sama sekali Aku
     mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak
     bersalah. Namun sepanjang hari, aku kena tulah, dan kena hukum
     setiap pagi." (Mazmur 73:1-2, 13-14)

  Dalam Mazmur tersebut si pemazmur mengakui bahwa sekalipun ia tahu
  bahwa Allah itu baik bagi mereka yang tulus dan bersih hatinya, ini
  adalah pengetahuan yang benar tentang Allah, namun tidak menjamin
  bahwa ia terhindar dari penderitaan dan kepahitan yang membuatnya
  kecewa bahkan hampir tergelincir imannya. Ini adalah suatu akibat
  yang wajar dan normal. Janganlah kita langsung menunjuk jari bahwa
  pemazmur adalah orang yang lemah imannya. Karena tanpa sadar tiga
  jari kita menunjuk kepada diri kita sendiri.

  Adakah saudara saat ini dalam kepahitan? Ketahuilah bahwa semua itu
  adalah wajar dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa ini. Dunia ini
  memang tidak ideal. Melalui kepahitan ini iman kita kepada Allah
  yang kita percaya diuji. Reaksi kita terhadap kepahitan tersebut
  akan merefleksikan iman kita kepada Allah yang kita percayai, yaitu
  Allah yang telah menyelamatkan kita dari dosa.

  Jangan bersungut-sungut
  -----------------------
  Menghadapi mata air yang pahit di Mara, kita melihat ada dua reaksi
  yang berbeda sebagai refleksi iman. Pertama adalah bersungut-sungut,
  "Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa". Siapakah mereka
  yang bersungut-sungut itu? Mereka adalah umat Israel yang telah
  mengalami berbagai macam kuat kuasa Allah. Mereka yang dahulunya
  menjadi budak dan menderita di Mesir dengan kuat kuasa Allah melalui
  berbagai mujizat telah dilepaskan dari perbudakan. Kuat kuasa Allah
  yang terakhir adalah kelepasan mereka dari malaikat maut melalui
  pengorbanan anak domba yang disembelih dan yang darahnya dibubuhkan
  di kedua ambang pintu serta terbelahnya Laut Merah sehingga mereka
  selamat dari kejaran Firaun serta bala-tentaranya. Mujizat-mujizat
  yang mereka alami sungguh luar biasa. Namun demikian mujizat-mujizat
  yang luar biasa tersebut tidak menjamin untuk mencegah mereka tidak
  bersungut-sungut dalam menghadapi kepahitan. Banyak orang kristen
  yang gandrung akan mujizat dan menganggap mujizat itu dapat
  menguatkan iman mereka. Tetapi kenyataan memberitahu bahwa mujizat
  bukan jaminan untuk iman yang teguh. Iman kita tidak boleh
  dilandaskan pada pengalaman akan mujizat karena mujizat adalah
  landasan yang sangat lemah. Landasan iman kita haruslah Firman
  Kristus,
     "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
     Kristus." (Roma 10:17)

  Mereka bukan saja mempunyai pengalaman luar biasa dengan mujizat,
  mereka juga mempunyai pengenalan yang benar tentang Allah atau boleh
  dikatakan teologia yang benar tentang Allah. Seperti yang terungkap
  ketika mereka memuji Allah setelah dilepaskan dari kejaran Firaun:
     "Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN;
     siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan
     karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban? ...
     Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus;
     dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya ke tempat kediaman-Mu
     yang kudus." (Keluaran 15:11,l3)

  Namun semua itu tak dapat mencegah mereka untuk tidak bersungut-
  sungut!

  Untuk tidak bersungut-sungut dalam menghadapi kepahitan baiklah kita
  mengikuti teladan Daud yang berkata,
     "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai
     segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah
     lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:1-2)

  Itulah kiat mujarab agar kita tidak bersungut-sungut bahkan sanggup
  memuji TUHAN dalam segala keadaan. Menghitung semua kebaikan Tuhan
  dalam hidup kita, terutama keselamatan yang dianugerahkan kepada
  kita melalui kematian-Nya di atas kayu salib di Golgota.

  Berseru-seru kepada TUHAN.
  --------------------------
  Berbeda dengan umat Israel yang bersungut-sungut, maka reaksi Musa
  terhadap kepahitan itu adalah "berseru-seru kepada TUHAN". Inilah
  refleksi iman yang harus ada pada kita tatkala menghadapi kepahitan
  dalam hidup ini. Berseru-seru kepada TUHAN adalah pernyataan iman
  Musa yang percaya bahwa TUHAN mempunyai cara-Nya sendiri untuk
  menyelesaikan masalah yang dihadapi dan juga iman yang mau melakukan
  apa yang diperintahkan TUHAN, iman yang 'trust and obey'. Dengan
  tanpa bertanya apa jenis kayu tersebut dan ragu bagaimana hal itu
  bisa terjadi "Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu
  menjadi manis."

  Apakah Anda saat ini dalam kepahitan hidup? Berdoalah, berseru-
  serulah kepada TUHAN, dan nantikanlah jawaban-Nya. Pekalah terhadap
  jawaban TUHAN. Memang ada yang mengatakan bahwa jawaban doa kita
  biasanya "Ya", "Tidak", atau "Tunggu"; namun jangan kita tertutup
  dengan jawaban lainnya dari TUHAN. Yakinlah jika dengan sungguh-
  sungguh kita mau 'trust and obey', maka pada waktunya -- karena
  segala sesuatu ada waktunya -- kepahitan itu akan berubah menjadi
  manis. TUHAN sanggup "membuat segala sesuatu indah pada waktunya"
  (Pengkotbah 3:11) dan percayalah semua kepahitan itu akan berlalu
  oleh kuasa TUHAN. Semoga TUHAN menolong kita semua menghadapi
  kepahitan hidup ini dengan sikap yang benar, merefleksikan iman kita
  kepada TUHAN agar mereka yang belum percaya mau mengenal-Nya.

  Setelah semuanya itu berlalu mereka melanjutkan perjalanan dan
  "Sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh
  puluh pohon korma" suatu tempat yang kontras dengan Mara, suatu
  tempat yang lebih nyaman daripada Mara yang pahit itu. Namun mereka
  tidak boleh berkemah seterusnya di sana sebab tujuan akhir mereka
  bukanlah Elim, tetapi tanah perjanjian. Demikian juga dalam
  perjalanan iman kita. Kepahitan dan kenyamanan bukanlah tujuan akhir
  dari hidup kita. Oleh karena itu apapun yang kita hadapi dalam hidup
  ini janganlah kita berhenti tetapi teruskanlah perjalanan iman kita.

  Viktor Frankl, seorang ahli ilmu jiwa asal Austria yang dipenjara
  oleh Nazi pada Perang Dunia II, setelah dibebaskan, menulis buku
  berjudul 'Man's Search For Meaning' (Pencarian Manusia akan Makna
  Hidup), yang menjadi buku laris sepanjang masa. Dalam buku ini,
  Frankl membagikan semua pelajaran penting yang ia petik dari
  penderitaannya:
     "Saya berani berkata bahwa di dunia ini tak ada yang dapat benar-
     benar menolong seseorang untuk terus bertahan hidup, bahkan dalam
     situasi terburuk sekalipun, selain pemahaman bahwa sesungguhnya
     hidup seseorang itu berarti."

  Semoga dalam kepahitan hidup, Tuhan menguatkan kita untuk terus
  mempertahankan hidup ini. Karena hidup yang telah ditebus Kristus
  ini sangat berarti untuk memuliakan TUHAN. Amin.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buletin: GKI Monrovia Newsletter, Maret 2003, Th. XVII No. 3
  Judul Artikel: Menghadapi Kepahitan
  Penulis      : Pdt. Bob Jokiman
  Penerbit     : GKI Monrovia
  Halaman      : 1 - 3


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                    -*- PULIH DARI LUKA BATIN -*-

  1. Apa penyebab luka batin?
     a. Penderitaan yang merobek jiwa (Amsal 27:9).
     b. Dosa (Yesaya 1:4-6).

  2. Apa obat penyembuh luka batin?
     Kuasa salib Kristus.
     Salib Kristus sebagai korban penebusan/pengganti menjadi tempat
     pertukaran dari segala luka batin dengan pemulihannya.

  3. Bagaimana seharusnya respon orang yang mengalami luka batin agar
     memperoleh pemulihan?
     a. Terbuka (1Yohanes 1:7; Yakobus 5:16): semakin kita terbuka
        dengan Allah dan saudara seiman yang membangun akan menjadikan
        kita semakin diketahui keadaan kita sebenarnya, sehingga
        proses pemulihannya akan semakin mudah dan baik.
     b. Mengampuni seperti Kristus mengampuni (Matius 18:21-22, 34-35)
        Pengampunan mempunyai dua pengertian:
        1. Aviami, yang artinya menghapus, menyuruh pergi, membatalkan
           atau membayar surat hutang.
        2. Apolo, yang artinya memerdekakan orang lain dari sesuatu,
           membebaskan dari tawanan, memerdekakan.
     Luka yang kita alami bukanlah pada pribadi kita, melainkan
     kesombongan kitalah yang terluka.

-*- Sumber diedit dari -*-:
  Judul Buku: Pemulihan Keselamatan
  Penulis   : Dmision Publishing House
  Penerbit  : Solo Scriptura, Yogyakarta, 2001
  Halaman   : 13 - 14


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

          -*- BAHAYA-BAHAYA KEPAHITAN YANG TAK TERAMPUNI -*-

  Ayat Hafalan: Matius 6:14-15; Efesus 4:31-32

  Kadang-kadang orang berkata dengan marah, "Dia tidak pantas untuk
  mendapatkan pengampunan dari saya. Apa yang ia telah lakukan sama
  sekali tidak dapat diampuni. Faktanya, ia cuma seorang yang tolol."
  Mungkin benar bahwa orang ini tidak pantas memperoleh pengampunan
  Anda, namun pertanyaan yang riil adalah: Apakah Anda merindukan
  kesehatan mental dan fisik? Apakah Anda menginginkan damai di
  pikiran Anda? atau Apakah Anda menginginkan konsekuensi logis akibat
  memendam iri hati dan mengabadikan kepahitan Anda?

  Marilah kita mulai dengan mengamati amarah itu sendiri. Amarah
  adalah sebuah reaksi emosional yang membutuhkan energi. Amarah itu
  sendiri pada dasarnya tidak buruk, karena hal itu dapat bersifat
  sangat konstruktif. Alkitab mengatakan, "Di dalam amarahmu (boleh
  saja marah), jangan berbuat dosa ..." (Efesus 4:26). Hal itu
  memberitahukan kepada kita tentang apa yang kita dapat lakukan
  dengan amarah yang dapat menjadi buruk.

  Anda biasanya merasakan amarah yang benar ketika hak-hak pribadi
  yang Allah berikan kepada Anda itu terancam atau diganggu. Satu
  contoh, apabila Anda merasa hak Anda untuk dianggap sebagai pasangan
  yang eksklusif dalam suatu relasi diganggu oleh ketidaksetiaan dari
  pasangan pernikahan Anda.

  Marah yang benar lainnya adalah pada saat keyakinan pribadi Anda
  diganggu atau terancam. Tuhan Yesus marah beberapa kali, sebagaimana
  dicatat di dalam Alkitab. Ia menyembuhkan seorang pria pada hari
  Sabat orang Yahudi. Orang Farisi mengkritik Dia, karena mereka pikir
  Ia telah melanggar peraturan penting tentang tidak bekerja pada hari
  Sabat. Yesus melihat sekeliling mereka dengan marah dan Ia
  menyatakan keyakinan-Nya: "Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia
  untuk Sabat." (baca Markus 2:27-3:6).

  Kapankah terakhir Anda marah? Apakah itu karena hak atau keyakinan
  pribadi yang diganggu atau terancam? Apa yang Anda lakukan dengan
  amarah Anda sejak kejadian itu? Anda dapat berbuat dosa dengan
  amarah Anda ketika Anda melakukan dua ekstrem -- meledak atau
  bungkam.

  'Meledakkan' amarah adalah mencampuradukkan amarah yang baik dengan
  motif pembalasan dendam. Hal ini akan menghasilkan sebuah tindakan
  baru yang disebut 'permusuhan' dimana jalan penyelesaiannya dengan
  penganiayaan fisik atau dengan bertindak kasar (seperti membanting
  pintu atau menyetir mobil dengan ceroboh atau gegabah), lalu
  memperlihatkan amarah. Kita juga memperlihatkan amarah dengan kata-
  kata kita, penggunaan ungkapan merendahkan, menyebut nama,
  berteriak, kejengkelan, ancaman-ancaman, sindiran, dan bahkan
  "perilaku bungkam" yang bermusuhan. Kita memegang' cambuk' di tangan
  kita, lalu berbicara, dan membalas musuh-musuh kita. Kita
  menginginkan dia disakiti setimpal (lebih) dengan dia menyakiti
  kita.

  Ekstrem yang lainnya adalah "bungkam." Gaya ini meliputi sikap
  membisu terhadap perasaan marah kita dan terus menyimpan iri hati
  atau ketidakrelaan. Maka kemarahan itu menjadi kepahitan. Hal ini
  mempengaruhi kesehatan kita. Selain itu juga dapat berubah menjadi
  depresi dan bahkan membawa kepada pikiran untuk bunuh diri. Semua
  ini mendukacitakan Tuhan, karena ini merintangi persekutuan kita
  dengan-Nya. Motif menyimpan iri hati, sama halnya dengan suatu
  permusuhan yang terbuka -- pembalasan dendam. Kita mengatakan, "Saya
  tidak akan bersikap baik pada orang itu sampai saya melihat bahwa
  bagaimanapun juga, dialah yang menyebabkan saya menderita. Saya akan
  menjauh darinya. Saya akan mencibiri dan menghina dia." Hal ini
  mungkin tidak terjadi secara langsung pada orang lain, tetapi ini
  akan 'menghabisi' kesehatan Anda sendiri, keseimbangan emosional dan
  semangat Anda.

  Waspadalah terhadap bahaya-bahaya pembalasan dan kepahitan. Yang
  salah dengan pembalasan sebagai satu motif adalah bahwa bukan
  tanggung jawab kita untuk menjadi agen Allah dalam menghukum musuh-
  musuh kita. Allah memerintahkan kita untuk jangan pernah membalas
  kejahatan dengan kejahatan terhadap semua orang (Roma 12:17-18).
  "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut
  pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada
  tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
  pembalasan, firman Tuhan" (ayat 19).

  Anda mengadakan perhitungan, dan hak-hak Anda memang penting.
  Seseorang perlu bangkit untuk Anda, namun Allah-lah yang akan
  melakukannya. Alihkanlah kepada-Nya di dalam doa. Jangan
  mempermainkan Allah dengan menuntut pembalasan sendiri. Allah
  mendirikan pemerintahan, maka rencana-Nya itu termasuk penyerahan
  orang tersebut kepada hukum. Namun biasanya konflik-konflik antar
  manusia berada pada dasar yang lebih personal.

  Amarah itu sendiri adalah sebuah emosi yang 'netral'. Apa yang kita
  lakukan dengan amarah itu yang menentukan apakah itu akan menjadi
  kekuatan yang positif atau negatif di dalam hidup kita. Amarah yang
  bernilai dapat menjadi satu tanda bahwa sesuatu yang konstruktif
  dapat muncul dari sebuah situasi. Amarah yang tidak bernilai --
  tatkala hak pribadi seseorang itu sungguh-sungguh merupakan suatu
  tuntutan yang mementingkan diri atau yang perfeksionistik --
  biasanya berdampak negatif dan karena itu tidak seharusnya dituntut,
  tetapi diserahkan kepada Allah.

-*- Sumber diedit dari:-*-
  Judul Buku   : The Healthy Christian Life - Kehidupan Kristen yang
                 Sehat
  Judul Artikel: Bahaya-bahaya Kepahitan yang Tak Terampuni
  Penulis      : Frank Minirth, Paul Meier, Richard Meier, Don Hawkins
  Penerbit     : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2003
  Halaman      : 113-118


*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*

          -*- SITUS-SITUS YANG MELAYANI MASALAH KEJIWAAN -*-

  Kemarahan, depresi, nilai diri yang rendah, perasaan-perasaan
  negatif, dan masalah-masalah lainnya terkadang muncul dalam
  kehidupan kita sehari-hari. Tiga sumber informasi (situs) di bawah
  ini siap membantu Anda dengan menyediakan berbagai bahan yang
  berguna untuk menolong Anda mengatasi masalah hidup sesuai dengan
  sudut pandang Kristiani.

  Ron Hutchcraft Ministries
  -------------------------
  Ron Hutchcraft Ministries memberikan jawaban-jawaban praktis
  terhadap berbagai masalah hidup, misalnya depresi, ketakutan,
  pengampunan, kesepian nilai diri, hubungan dengan orang lain, dll.
  Anda bisa berkunjung ke Situs Ron Hutchcraft Ministries di alamat:
  ==>  http://www.gospelcom.net/rhm/
  ==>  http://www.gospelcom.net/rhm/lifeiss/

  Narramore Christian Foundation
  ------------------------------
  Dalam Situs Narramore Christian Foundation, Anda bisa membaca
  artikel bagaimana memahami dan mengatasi depresi. Situs ini juga
  memberikan booklet secara gratis mengenai masalah kejiwaan. Jika
  tertarik untuk mengetahui informasi lebih lanjut, silakan berkunjung
  ke:
  ==>  http://www.gospelcom.net/narramore/
  ==>  http://www.gospelcom.net/narramore/bk_127_depression1.htm
  ==>  http://www.ncfliving.org/freebooklets.htm

  Freedom in Christ Ministries
  ----------------------------
  Freedom in Christ Ministries menyediakan sumber-sumber Kristiani
  untuk bertumbuh dalam iman dan dalam Kristus. Anda bisa juga
  berlangganan Dr. Anderson's Daily yang didalamnya memuat artikel
  "Who I Am in Christ".
  ==>  http://www.ficm.org/
  ==>  http://ficm.org/whoami.htm


*STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS*

                          -*- SITUS YLSA -*-

  Kabar gembira bagi Anda yang ingin mengenal pelayanan YLSA!

  Situs YLSA sekarang hadir dengan tampilan baru yang tentu saja
  dengan isi yang semakin lengkap dan up-to-date. Diharapkan melalui
  situs ini pelayanan YLSA bisa semakin dikenal oleh masyarakat
  Kristen Indonesia khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam
  pelayanan di bidang komputer dan internet. Sejarah, visi & misi
  YLSA, produk-produk pelayanan YLSA, cara untuk ikut ambil bagian
  dalam pelayanan YLSA, dan lain-lain bisa Anda dapatkan dengan
  langsung mengakses Situs YLSA di alamat:
  ==>  http://www.sabda.org/ylsa/

  Selamat berkunjung!


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: "Yusuf" <serve4u@>
  >Syalom
  >Aduh saya mendapatkan berkat sekali dari membaca cakrawala Anda,
  >bisakah saya mendapatkan edisi no 1 - 57, soalnya yang saya punya
  >baru edisi 58 ke atas. Gimana caranya. Thanks God bless you.

  Redaksi:
  Puji syukur kami kembalikan hanya kepada Tuhan yang layak menerima
  pujian. Jika Anda ingin mendapatkan edisi-edisi e-Konsel yang lain,
  silakan melihat arsip e-Konsel yang tersedia dalam Situs SABDA.org
  di alamat:
  ==>     http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/

  Atau kalau Anda ingin mendapatkan bahan-bahan e-Konsel yang sudah
  dikategorikan dalam topik-topik, silakan berkunjung ke situs C3I
  (Christian Counseling Center Indoensia) di alamat:
  ==>     http://www.sabda.org/c3i/

  Karena Anda sudah mendapatkan banyak berkat melalui publikasi
  e-Konsel, jangan lupa untuk membagikan berkat itu kepada teman-teman
  Anda lainnya. Jika ada teman-teman Anda yang ingin berlangganan
  e-Konsel, silakan kirim alamat e-mail mereka kepada kami. Demikian
  informasi dari kami. Selamat melayani.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                         Yulia, Ratri, Natalia
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org