Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/62

e-Konsel edisi 62 (1-5-2004)

Kemarahan

><>                   Edisi (062) -- 01 Mei 2004                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Apakah Kemarahan itu?
    - Cakrawala            : Sikap Terhadap Kemarahan
    - Telaga               : Kemarahan
    - Bimbingan Alkitabiah : Marah: Kemarahan
    - Surat                : Berkat dari e-Konsel

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Salam sejahtera,
  Apa kabar para pembaca e-Konsel? Kami harap Anda dalam keadaan baik
  dan sehat senantiasa. Dua (2) terbitan e-Konsel yang hadir di bulan
  Mei ini secara khusus akan membahas tentang MASALAH KEJIWAAN, yaitu
  topik KEMARAHAN (edisi 062) dan topik KEPAHITAN (edisi 063).

  Topik KEMARAHAN yang hadir pada terbitan ini akan mengupas tentang
  berbagai hal yang berhubungan dengan kemarahan, suatu sifat yang
  sering kali membuat kita sangat terganggu, bukan? Apakah pendapat
  Alkitab tentang sifat marah ini? Jika sifat marah itu menjadi
  sesuatu yang sulit untuk kita kendalikan, apa yang harus kita
  lakukan? Sebaliknya, bagaimana kita menghadapi orang yang sulit
  mengendalikan amarahnya?

  Pertanyaan-pertanyaan itu sangat sering muncul dalam kehidupan kita.
  Apakah Anda ingin mengetahui jawabannya? Untuk itu ada baiknya jika
  Anda tidak melewatkan begitu saja sajian kami di edisi ini!
  Selamat membaca.

  Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                   -*- SIKAP TERHADAP KEMARAHAN -*-

  Menghadapi sisi-sisi gelap dalam diri sendiri merupakan sumber dari
  segala pergumulan hidup manusia. Filsuf Rusia, Feodor Dostoevski,
  pernah mengatakan bahwa
     "Di tengah kedalaman lubuk hati manusia, ada sesuatu yang
     manusia sembunyikan dan tidak mampu singkapkan kecuali kepada
     sahabatnya. Itupun dilakukan secara sembunyi. Di samping itu
     manusia masih mempunyai berbagai rahasia lain, yang kepada
     sahabatnya pun ia tidak berani ceritakan, yaitu rahasia yang
     ia hanya dapat singkapkan kepada dirinya sendiri. Lebih
     mengherankan lagi, manusia masih dapat menyimpan rahasia-
     rahasia lain, yang ia tidak mampu singkapkan bahkan kepada
     dirinya sendiri."

  Itulah sisi gelap yaitu hal buruk yang mungkin sangat memalukan dan
  menjijikkan sehingga manusia yang berhati-nurani takut untuk
  menghadapi dan memikirkannya sendiri. Paul Tournier dalam bukunya
  "Reflections" mengatakan bahwa memasuki daerah sisi gelap tersebut,
  manusia tidak dapat lagi dibedakan dengan binatang. Tingkah laku dan
  perasaannya digerakkan oleh instingnya sehingga akal dan
  pertimbangan pikiran yang sudah dibekali dengan berbagai pengetahuan
  akan kebenaranpun tidak berdaya lagi. Setiap kali muncul, ia
  menuntut pemuasan yang akan disesali kemudian.

  Kasus:
  ------
  A adalah seorang Kristen yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan
  rohani. Sebagai seorang majelis gereja, A seringkali memimpin
  pemahaman Alkitab dan menangani berbagai masalah konseling. Tidak
  heran jikalau A dikenal sebagai tokoh Kristen dan berbagai jabatan
  dipegangnya.

  Hari ini istri A menemui Anda. Mula-mula ia mengeluh tentang anaknya
  yang kedua, yang terjerat narkoba dan sudah dua hari tidak pulang ke
  rumah. Ia juga menceritakan dengan bercucuran air mata tentang sifat
  suaminya yang pemberang dan abusive (memukul). Ia menunjukkan bekas-
  bekas luka di tangannya dan memar-memar di punggung dan dadanya.

  Ia mengakui bahwa A sebenarnya seorang suami yang baik, tetapi
  pemarah dan sulit memaafkan kesalahan orang lain. Kalau harga
  dirinya tersinggung, ia bisa dengan segera mata gelap, dari mulutnya
  akan keluar kata-kata kotor, sumpah-serapah dan ia bisa melakukan
  apa saja. Pisau, gunting, sapu, kursi apa saja bisa dipakai untuk
  melampiaskan kemarahannya. Memang kemudian ia akan menyesal, tetapi
  ini terus terulang-ulang sehingga seluruh keluarga menjadi korban,
  termasuk anaknya yang terjerat narkoba, tidak lagi tahan tinggal di
  rumah.

  Menghadapi kasus di atas beberapa prinsip konseling di bawah ini
  bisa Anda pakai.
  1. Boleh marah tetapi tidak berbuat dosa (Efesus 4:26).
     ----------------------------------------------------
     Munculnya perasaan marah merupakan bagian integral dari jiwa
     manusia. Bahkan Alkitab menyaksikan bahwa Allah pun pada saat-
     saat tertentu marah, meskipun kemarahan Allah adalah kemarahan
     atas dosa. Alkitab menyaksikan bahwa reaksi Allah yang suci atas
     dosa dan kecemaran adalah "kemarahan." Ada 375 kali di Perjanjian
     Lama dan 80 kali di Perjanjian Baru dicatat tentang kemarahan
     Allah. Alkitab juga mencatat bahwa Tuhan Yesus dan rasul-rasul
     pun berulang kali marah. Bahkan yang lebih mengherankan adalah
     bahwa ekspresi kemarahan yang suci itu bisa "menjadi batu
     sandungan" di mata manusia. Oleh sebab itu, meskipun setiap kata
     yang dipakai bukan merupakan manifestasi dari dosa,
     Yohanes 6:60-66 menyaksikan bahwa banyak murid yang mengundurkan
     diri dan tidak lagi mengikuti Dia.

     Marah dan tidak berbuat dosa seringkali menjadi masalah yang
     sangat kompleks. Meskipun jelas bahwa kemarahan Allah dan Tuhan
     Yesus tak dapat dibandingkan dengan kemarahan manusia yang selalu
     tercemari oleh dosa, tetapi batasan manifestasi kemarahan
     merupakan hal yang sulit sekali digariskan. Jikalau Allah dalam
     kemarahan-Nya bisa membunuh, maka manusia dengan alasan apapun
     juga tidak berhak melampiaskan "spirit membunuh" meskipun hanya
     dengan kata-kata. Tuhan Yesus menegaskan bahwa "spirit membunuh"
     telah melibatkan manusia jatuh dalam dosa yang mematikan (ayat 21-
     22). Berarti, meskipun kemarahan adalah bagian integral hidup
     manusia, tidak ada seorang manusia pun yang berhak melampiaskan
     kemarahan dalam bentuk apapun juga atas dorongan dosanya. Dengan
     demikian, kasus A bukan hanya "kepribadian abusive" tetapi juga
     kasus "perkanjangan dalam dosa" oleh karena "buruknya hubungan
     dengan Allah." Keduanya harus diselesaikan.

  2. Jangan percaya kata-kata penyesalannya karena kemarahan yang tak
     terkendali bukan masalah rasional yang disadari.
     ----------------------------------------------------------------
     Untuk pengalaman pertama dengan sifat suami yang abusive, istri A
     mengatakan, "Saya shock sekali. Saya tidak pernah mengenal sisi A
     yang ini. Saya merasa tidak berarti, tetapi beberapa hari
     kemudian saya sudah menemukan A sebagai suami yang hangat, yang
     penuh kasih, yang suka memberi surprise, dan romantis. Memang
     untuk pemukulan yang pertama itu ia tidak minta maaf, tetapi
     seluruh tindakan dan sikapnya sudah menyatakan itu. Jadi saya
     merasa lega. Namun tiga minggu kemudian ia begitu lagi. Untuk hal
     yang kecil (saya lupa mengembalikan buku yang dipinjamnya dari
     perpustakaan gereja) ia begitu marah dan memukul dan membenturkan
     kepala saya ke tembok. Akibatnya mulut dan hidung saya bocor dan
     kepala saya benjol. Nah, untuk yang ini A sampai menangis dan
     meminta maaf berulang kali. Ia menyesal dan bersumpah tidak akan
     melakukan hal seperti itu lagi. Memang luka hati saya saat itu
     cukup dalam sehingga memakan waktu lebih lama untuk sembuh.
     Kemudian hubungan kami membaik lagi, dan saya yakin Tuhan sudah
     menolong. Kami sering berdoa dan melakukan saat teduh bersama
     seluruh keluarga. Indah sekali, tetapi dua hari yang lalu A
     melakukannya lagi. Bahkan di tengah kemarahannya ia mengatakan
     bahwa dia menyesal menikah dengan saya. Saya betul-betul putus
     asa dan kecewa. Meskipun kali ini A sampai berlutut di kaki saya
     dan bersumpah di hadapan Tuhan, rasanya sulit sekali saya
     memaafkan dia."

     Pola seperti di atas memang merupakan pola yang seringkali
     ditemukan dalam hidup pasangan dengan masalah "sisi-sisi gelap
     (unconsciousness)" seperti A yang abusive. Munculnya dorongan
     yang tak terkendali untuk mengatakan atau melakukan hal-hal yang
     jahat merupakan hal yang muncul sebagai insting sehingga alasan
     dan tujuannya tidak rasional. Oleh sebab itu "Anda sulit percaya
     pada kata-kata dan janjinya," kecuali ia menunjukkan kesungguhan
     untuk memperbaiki kelakuannya, yaitu:
     (a) ia mau ditolong melalui pelayanan psikoterapi yang benar-
         benar profesional, dan
     (b) ia bertekad mengubah pola dan sistem kehidupannya.

     Biasanya, tekad untuk memperbaharui kehidupan hanya ada pada saat
     seorang sudah terpaksa dan tak mempunyai pemilihan yang lain
     lagi.

  3. Menolong A menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya.
     -----------------------------------------------------------
     Sebagai teman (konselor awam) Anda dapat menolong A menyadari apa
     yang sedang terjadi dalam dirinya. Itu dapat dilakukan melalui:
     (a) Alasan dari penyesalannya. Mungkin A mengakui bahwa ia telah
         marah dengan kemarahan yang tidak dapat dipertanggung-
         jawabkan, tetapi apa sebenarnya alasan di belakang pengakuan
         tersebut? Apakah A benar-benar menyesali kesalahannya dan
         melihat bahwa kesalahan tersebut adalah dosa yang sangat
         menyedihkan, atau A menyesal karena "akibat yang harus ia
         tanggung?" Yang kedua merupakan gejala dari masalah yang
         serius dari kepribadian A, dan Anda harus merefer A kepada
         seorang psikoterapist.

     (b) Tujuan dari kemarahannya. Setiap kemarahan mempunyai
         tujuan yang khusus, dan itu bisa disadari bisa pula tidak
         disadari. Anda perlu menolong A menemukan dan menyadari
         sendiri apa sebenarnya tujuan dari kemarahannya. Apakah ia
         marah oleh karena stimulan dari luar dirinya (mempunyai
         'precipitating factors'), atau ia seringkali berada dalam
         'mood' siap untuk marah (mempunyai 'predisposing factors').
         Meskipun yang pertama bisa juga tidak beralasan yang mendasar
         (misalnya: A marah bukan oleh karena prinsip kebenaran yang
         ia pegang), tetapi biasanya yang kedua lebih serius dan
         membutuhkan penanganan seorang profesional.

     (c) Sarana dan cara untuk melampiaskan kemarahannya. Memang
         di dalam kasus di atas ada gejala A memakai sarana dan cara
         pelampiasan kemarahan yang tidak sehat. Meskipun demikian
         Anda masih perlu menolong A menyadari mengapa atau kapan ia
         memakai cara dan sarana tersebut. Apakah A memukul oleh
         karena cara-cara lain yang ia pakai tidak mempan (berarti A
         sudah memakai cara dan sarana yang lain sebelum kemarahannya
         memuncak dan meledak/'escalated' dan 'exploded'), atau
         "memukul" merupakan suatu kebiasaan setiap kali ia marah.
         Keduanya memang tidak baik, tetapi yang pertama bisa diatasi
         melalui kerjasama dengan istri A (misalnya: belajar untuk
         tidak meresponi kemarahan A dengan sikap dan kata-kata yang
         lebih menstimulir kemarahan) dan yang kedua memerlukan
         bantuan seorang konselor yang profesional.

  4. Menyusun strategi kehidupan yang lebih baik.
     --------------------------------------------
     Meskipun mungkin penanganan kasus A ada dalam tanggung jawab
     konselor yang profesional, peran Anda sebagai teman dan konselor
     awam tidak kecil. Hal itu nampak:
     (a) Kalau Anda bisa membina rapport atau hubungan yang baik
         dengan A. Hubungan yang baik yang dijiwai oleh 'acceptance'
         atau kemampuan menerima A sebagaimana adanya akan mencipta
         'openness'/keterbukaan; dan 'openness' tersebut akan menjadi
         semakin mendalam jikalau Anda dapat menjadi 'listener' atau
         pendengar yang baik. Ajaib bahwa melalui peran ini saja, A
         akan menemukan dirinya, kerapuhannya, dan bahkan kemungkinan
         jalan keluarnya.

     (b) Kalau Anda bisa menolong istri A menjadi teman bicara yang
         baik bagi suaminya. Memang aneh bahwa kebiasaan abusive
         seringkali hanya dilampiaskan kepada orang-orang yang
         terdekat. Jiwa 'pseudo masculinity' (kejantanan semu) ini
         adalah jiwa pengecut dari pribadi yang tidak berani
         menghadapi realita dan pertanggungjawaban hidupnya.
         Kemarahan terhadap ketidakmampuannya sendiri ditransfer
         kepada orang-orang yang terdekat yaitu istri dan atau anak-
         anaknya.

  Menghadapi perlakuan yang tidak fair ini memang sulit. Secara
  natural istri A akan melawan atau membela diri (kecuali dia sendiri
  terjebak dalam pola masochism) dan ini justru akan semakin menumbuh
  suburkan dorongan abusive dari suaminya. Oleh sebab itu, di samping
  bantuan dari seorang profesional, istri A perlu ditolong untuk
  keluar dari sistem yang buruk itu. Ia harus menemukan strategi untuk
  tidak ikut menstimulir dorongan abusive dari suaminya. Suasana rumah
  tangga yang nyaman biasanya akan mengurangi dorongan-dorongan
  negatif tersebut, begitu juga "cara berkomunikasi" yang menyejukkan.

  Jangan kecil hati, cobalah tips di atas dengan spirit ketergantungan
  pada belas kasihan dan pertolongan Tuhan.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buletin Parakaleo
  Edisi     : Juli - September 2001 Vol. VIII/ 3
  Penulis   : Pdt. Yakub B. Susabda
  Penerbit  : Dept. Konseling STTRII
  Halaman   : 1 - 3


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                          -*- KEMARAHAN -*-

  Kemarahan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Bagaimana
  caranya supaya kemarahan kita itu tidak membuahkan dosa? Alkitab
  cukup banyak memberikan pedoman bagi kita untuk mengatasi kemarahan
  dan juga untuk bisa mengendalikan diri dari kemarahan itu. Simak
  ringkasan diskusi tentang Kemarahan bersama Pdt. Paul Gunadi berikut
  ini.

  T: Kemarahan itu sudah menjadi bagian di dalam kehidupan kita ini
     dan saya percaya kita pasti pernah marah. Ada yang marahnya
     disimpan atau diungkapkan secara meledak-ledak tetapi satu hal
     yang kita tahu dia sedang marah atau kita sedang marah. Di dalam
     Alkitab sendiri kita juga pernah membaca bagian yang mengatakan
     Tuhan Yesus juga pernah marah, tetapi kita juga tahu bahwa
     kemarahan itu bisa menjadi suatu dosa yang Tuhan tidak kehendaki.
     Nah, bagaimana sebenarnya pandangan kita sebagai orang Kristen
     tentang kemarahan?

  J: Kita perlu menyadari bahwa kemarahan itu sendiri adalah suatu
     reaksi emosional dan tidak harus identik dengan dosa. Cara kita
     melampiaskan kemarahan bisa akhirnya membuahkan dosa. Jadi sekali
     lagi kemarahan itu sendiri belum tentu mengandung unsur dosa,
     namun pelampiasannya atau pengekspresiannya yang bisa akhirnya
     membuahkan dosa.
-----
  T: Bagaimana contoh ekspresi kemarahan yang bisa disebut dosa dan
     kemarahan yang tidak disebut dosa?

  J: Di Efesus 4:26, Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi
     marah, janganlah kamu berbuat dosa." Kemarahan bisa menjadi dosa
     sewaktu kemarahan yang kita ekspresikan akhirnya benar-benar
     menghina orang, menjatuhkan, dan merusakkan orang. Kita
     menghancurkan orang dengan kemarahan kita.
-----
  T: Nah, justru yang sering terjadi adalah pada saat marah, kita
     tidak bisa mengontrol diri.

  J: Hal itu betul. Seringkali kemarahan ini diidentikkan dengan
     tingkat kematangan rohani. Kita seolah-olah beranggapan bahwa
     orang yang mudah marah adalah orang yang tidak dewasa secara
     rohani. Namun sebenarnya tidak sesederhana itu. Saya ingin
     mengajak kita semua untuk melihat masalah marah ini dari berbagai
     sudut dan melihatnya sebagai suatu fenomena yang kompleks. Kita
     perlu mengerti alasan mengapa sebagian orang lebih mudah marah
     dibandingkan yang lainnya atau mengapa sebagian orang lebih susah
     marah dibandingkan orang yang lainnya. Hal ini tidak selalu
     ditentukan oleh tingkat kedewasaan rohani seseorang.

     Alasan-alasannya antara lain:
     1. Adanya pengaruh dari faktor biologis atau faktor fisik. Ada
        orang-orang tertentu yang memang mempunyai daya reaksi yang
        sangat cepat. Orang-orang yang reaktif seperti ini juga mudah
        memberikan reaksi emosional termasuk kemarahan. Hal ini memang
        sudah dibawa sejak lahir. Orang-orang yang biasa disebut high
        strong (gampang marah) ini memang secara biologis adalah
        orang-orang yang kelihatannya hangat. Temperamen mereka memang
        sepertinya bergelora. Ada juga orang-orang yang termasuk tipe
        plegmatik -- tipe yang memang santai, tidak terlalu terlibat
        di dalam dunia atau dalam kontak dengan orang lain. Nah orang
        yang bertipe plegmatik ini akan lebih mudah menguasai
        kemarahannya, karena dia memang tidak terlalu terlibat dengan
        peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

     2. Faktor bentukan lingkungan. Kalau kita melihat orangtua
        menyatakan ketidaksetujuannya melalui kemarahan dan kita
        menyaksikan ini berulang-ulang kali, kemungkinan besar metode
        penyampaian ketidaksetujuan itu yakni dengan kemarahan akan
        terekam dalam benak kita dan akan menjadi satu dengan sistem
        kita. Karena kita terus-menerus menyaksikan orangtua mengumbar
        kemarahan tatkala mereka tidak setuju dengan apa yang sedang
        dikerjakan dan akhirnya hal itu membekas dalam benak kita.
        Setelah dewasa kita pun cenderung untuk marah ketika kita
        tidak setuju atau tidak sepakat atau merasa tidak nyaman.

     3. Situasi kehidupan sekarang ini pun bisa membuat kita menjadi
        seorang yang pemarah. Contohnya adalah keadaan yang sekarang
        sedang kita alami yaitu krisis ekonomi, keadaan politik yang
        begitu tidak menentu. Krisis-krisis ini sangat menekan kita.
        Kebanyakan dari kita bisa menanggung tekanan atau stres untuk
        suatu jangka waktu tertentu. Tatkala melewati batas itu hidup
        kita mulai tergoncang, keseimbangan kita mulai terganggu dan
        kita pun mudah marah.
-----
  T: Apakah ada bagian Alkitab yang mengingatkan kita supaya kita
     tidak mudah marah?

  J: Di Efesus 4:26, dengan langsung Alkitab mengatakan bahwa kita
     akan marah, karena marah adalah bagian kehidupan manusiawi kita,
     tidak perlu kita ingkari. Ayat ini memberi kita 3 pedoman.
     Pertama, jangan berdosa, artinya jangan kita merobek-robek orang
     karena kemarahan kita. Kedua, jangan matahari terbenam sebelum
     padam amarahmu, artinya jangan menyimpan dendam, bereskan
     masalahnya secepat mungkin meskipun belum tentu akan segera
     selesai. Ketiga, jangan berikan kesempatan kepada iblis. Jangan
     sampai kita dibisiki oleh iblis untuk melakukan hal-hal yang
     salah dan berdosa di hadapan Tuhan.

-*- Sumber -*-:
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #27A
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                 atau: < TELAGA@sabda.org >        ]]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                       -*- MARAH: KEMARAHAN -*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Amsal 15:1               Kolose 3:8
  Amsal 29:1               Yakobus 1:19,20
  Efesus 4:21-24

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Kemarahan adalah suatu emosi, suatu reaksi tak disengaja terhadap
  suatu situasi atau kejadian yang tidak menyenangkan. Selama
  kemarahan terbatas pada emosi yang muncul tak disengaja ini, ia
  bisa dianggap reaksi wajar. Baru ketika kita menanggapinya secara
  salah, ketika kita tak dapat lagi mengekang diri (melampiaskan
  kemarahan) atau ketika kita memendamnya sampai timbul kepahitan,
  dendam dan permusuhan -- kita masuk dalam bahaya. Di sinilah Alkitab
  menuntut pertanggungan jawab kita.

  Dalam pendekatan kita terhadap masalah kemarahan, kita perlu ingat
  bahwa tidak semua kemarahan adalah salah. Bila Alkitab menyorotinya,
  ia menekankan pada beberapa bentuk emosi. Misalnya:

  1. "Maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu
     dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu."
     (Keluaran 32:19)

  2. Ketika menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya dikatakan bahwa
     Yesus "berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia
     memandang sekeliling-Nya ...." (Markus 3:5)

  3. Walau tidak dinyatakan secara langsung, jelas terlibat kemarahan
     dalam sikap dan tindakan-Nya ketika Dia mengusir para penyedot
     keuntungan dari Rumah Allah (Markus 11:15,17).

  4. Kemarahan sedikit banyak terlibat dalam sikap dan perlakuan kita
     terhadap dosa. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
     berbuat dosa." (Efesus 4:26)

  Mengontrol Kemarahan adalah Rohani:
  -----------------------------------
  "Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak
  akhirnya meredakannya." (Amsal 29:11). Dalam usaha mengontrol
  kemarahan, kita harus menyadari bahwa tiap orang berhak memiliki
  pendapatnya sendiri dan hidupnya harus ditandai oleh kehormatan
  dirinya. Bersamaan dengan itu, supaya seimbang, jangan lupa pula
  bahwa jika Yesus menuntut "hak-Nya", Dia tidak akan sampai di salib.
  Ada garis perbedaan di sini. Yang harus kita ingat ialah, bahwa
  orang Kristen harus berhati-hati dengan respon-responnya, sambil
  mengingat bahwa posisi kita bisa benar tetapi sikap kita salah.

  Kemarahan melampaui batas atau tak terkendali jika:
  ---------------------------------------------------
  1. Dia meluap dalam bentuk sikap dan atau ucapan jelek.
  2. Dia menimbulkan kepahitan, kebencian, dan permusuhan.
  3. Dia menyebabkan kelemahan rohani, kekacauan batin, menghilangkan
     kedamaian hatinya. Adakah perasaan dalamku bahwa aku sedang
     mendukakan Allah atau memberi kesempatan bagi si Iblis (Efesus
     4:27)?
  4. Dia membawa akibat buruk pada orang lain. Adakah ia merusakkan
     kesaksian hidupku? Adakah orang yang menjadi korban respon-
     responku?

  Bagaimana mengendalikan luapan kemarahan?
  -----------------------------------------
  1. Berusahalah untuk tidak menafsirkan segala hal sebagai sesuatu
     gangguan, kekhilafan, dan luka terhadap diri Anda. Usahakan juga
     untuk menemukan penyebab luapan marah Anda.

  2. Jadikan sikap dan respon Anda sebagai hal yang perlu untuk
     didoakan dengan sungguh-sungguh. Kita harus pula mendoakan sikap
     orang yang menganggu Anda pada Tuhan, sambil mengingat bahwa
     Allah memakai orang dan keadaan untuk membentuk watak kita.
     Bagian-bagian watak yang masih kasar perlu digosok, dihaluskan.

  3. Biasakan mengakui luapan kemarahan sebagai dosa. Pentingnya
     bertindak segera dalam kasus ini, tegas terdengar dalam nasihat
     Rasul Paulus, "janganlah matahari terbenam, sebelum padam
     amarahmu." (Efesus 4:26). Belajarlah untuk menyelesaikan baik-
     baik sebelum hari berakhir.

  4. Sadari bahwa seorang Kristen harus belajar mengatasi dua sifat
     yang masing-masing saling melawan ingin menang. Kita harus
     belajar mempraktekkan prinsip "tanggalkan dan kenakan" dari
     Efesus 4:22-24.
     A. "Tanggalkan" manusia lama kita yang dirusak oleh keinginan-
        keinginan salah (Efesus 4:22).

     B. "Kenakan" manusia baru kita, yang telah Allah ciptakan seturut
        kebenaran dan kekudusan-Nya (Efesus 4:24).

     C. Akibat mempraktekkan prinsip "tanggalkan dan kenakan" tadi,
        kita akan "dibaharui di dalam roh dan pikiran" (Efesus
        4:23). Inilah cara mewujudkan 2Korintus 5:17.

  5. Berusahalah mengalihkan kemarahan Anda dari diri ke masalah yang
     menyebabkannya.

  6. Serahkan diri tiap hari pada Roh Kudus. "Hiduplah oleh Roh, maka
     kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16)

  7. Izinkan Firman Allah meresapi hidup Anda melalui pembacaan,
     perenungan dan penghafalan Firman. "Hendaklah perkataan Kristus
     diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu
     dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang
     lain ...." (Kolose 3:16)

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  1. Persekutuan pribadi dengan Yesus Kristus adalah dasar jalan
     keluar bagi masalah rohani. Tanyakan orang itu, apakah dia sudah
     masuk dalam persekutuan tersebut. Jelaskan "Damai dengan Allah"
     [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang
     non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
     Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]]

  2. Lontarkan pertanyaan-pertanyaan kepadanya, untuk mengetahui dalam
     tahap kemarahan bagaimanakah dia berada. Jelaskan pembahasan di
     Latar Belakang kepadanya, sambil menekankan pentingnya sikap-
     sikap Kristen yang benar, pengakuan tiap hari dan prinsip
     "tanggalkan dan kenakan." Minta dia mencatat pokok-pokok
     pemikiran yang kelak dapat ditelaahnya ulang.

  3. Berdoalah bersamanya. Berdoalah agar dia memiliki "hati nurani
     yang murni di hadapan Allah dan manusia", dan iman untuk
     memperoleh kemenangan berketerusan.

  ------------------------------Kutipan-------------------------------
  Menurut Billy Graham:
  "Alkitab tidak melarang kita untuk tidak senang, asal dibatasi oleh
  dua hal. Pertama, menjaga kemarahan kita bersih dari kepahitan,
  permusuhan, dan kebencian. Kedua, setiap hari memeriksa diri, apakah
  kita sudah menangani perasaan-perasaan jelek kita. Pepatah Latin
  berkata: "Orang yang tidur membawa kemarahan, tidur dengan Iblis."
  Tentu saja, hidup akan penuh dengan gangguan. Hal-hal itu bisa
  dimanfaatkan Iblis untuk membangkitkan nafsu-nafsu jahat kita."
  --------------------------Kutipan_Selesai---------------------------

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993
  Halaman   : 137 - 139
  CD-SABDA  : Topik 17500


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <dharma_msi@>
  >Dear Pengasuh Konsel saya baru bergabung dengan publikasi ini, dan
  >saya sangat diberkati dengan adanya situs ini mengingat banyak
  >orang yang akan diberkati dengan tulisan-tulisan ini dengan
  >menggunakan methode domino, kiranya Tuhan Yesus memberkati para
  >penulis dan pengelola serta para subscriber semoga banyak jiwa
  >diselamatkan. Amin
  >Dharma Satya -- Jakarta

  Redaksi:
  Kami mengucapkan selamat bergabung dengan milis e-Konsel ini. Kami
  sangat bersyukur kalau sajian-sajian kami dapat menjadi berkat bagi
  Anda. Untuk itu teruslah berdoa bagi pelayanan ini, supaya semakin
  banyak orang mendapat berkat dan nama Tuhan dimuliakan.

  Jika Anda ingin melihat terbitan-terbitan e-Konsel sebelumnya, kami
  mengundang Anda untuk datang ke Situs C3I (Christian Counseling
  Center Indonesia). Di dalam Situs C3I ini, semua bahan dari
  e-Konsel, yang telah diterbitkan sebelumnya, disusun berdasarkan
  topik-topik sehingga memudahkan Anda mendapatkan bahan yang Anda
  cari. Kami yakin situs ini akan semakin memperkaya wawasan Anda
  dalam bidang konseling Kristen. Segeralah berkunjung ke:
  ==>   http://www.sabda.org/c3i/

  Sedangkan untuk melihat arsip e-Konsel, silakan berkunjung ke situs
  SABDA.org yang menyimpan semua arsip e-Konsel yang disusun
  berdasarkan nomor edisinya:
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                         Yulia, Ratri, Natalia
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org