|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/69 |
|
e-Konsel edisi 69 (15-8-2004)
|
|
><> Edisi (069) -- 15 Agustus 2004 <><
e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Daftar Isi:
- Pengantar : Menerapkan Iman dalam Kehidupan Kita
- Renungan : Mazmur 70: Iman yang Mampu Menerobos
Keadaan Genting
- Cakrawala : Mulailah Melangkah dengan Iman
- Bimbingan Alkitabiah : Iman: Masalah Kurang Iman
- Surat : Artikel Seputar Keluarga/Suami Istri
*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*
-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
Kehidupan orang Kristen tidak terlepas dari iman. Bahkan saat
seseorang pertama kali menerima Kristus dan memutuskan untuk menjadi
Kristen, itu juga diawali dengan iman, percaya pada janji
keselamatan dalam Yesus Kristus. Sejak saat itu, orang Kristen akan
terus belajar hidup dalam iman kepada Allah.
Banyak sekali pertanyaan yang muncul mengenai iman, sehingga penting
bagi kita untuk mengupas dan menggalinya lebih dalam lagi. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka edisi kedua e-Konsel bulan Agustus ini,
masih akan mengulas tentang iman. Bersama-sama, Anda akan diajak
untuk melihat dan merenungkan bagaimana iman menerobos keadaan-
keadaan yang sulit dan genting. Bagi Anda yang rindu belajar hidup
dan berjalan dalam iman pada Kristus, silakan menyimak sajian kami
di Kolom Cakrawala. Bagi Anda yang saat ini merasa sedang lemah
dalam iman, Anda akan menemukan solusinya di Kolom Bimbingan
Alkitab. Jadi, segeralah simak sajian kami dan selamat melangkah di
dalam iman!
Tak lupa Redaksi e-Konsel juga ikut mengucapkan:
SELAMAT ULANG TAHUN KEMERDEKAAN RI KE-59
MERDEKA!!
Redaksi
*RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN*
-*- MAZMUR 70 -*-
IMAN YANG MAMPU MENEROBOS KEADAAN GENTING
Keadaan yang genting, kacau, dan tak terkendali seringkali
memperhadapkan kita pada berbagai kemungkinan, risiko, kepanikan,
dan tindakan yang harus diambil dengan cepat. Tidak jarang, pada
situasi seperti ini, kita harus berhadapan dengan ketegangan,
berbagai kebingungan, dan terdesak untuk melakukan tindakan yang
gegabah. Pada situasi seperti ini, iman memegang peranan yang sangat
penting. Iman akan menuntun kita untuk mengambil tindakan-tindakan
yang tepat, yang tidak berdasarkan pada pertimbangan yang kacau,
melainkan pada kebergantungan kita kepada Allah yang mengendalikan
keadaan.
Kitab Mazmur pasal 70 ini merupakan pancaran iman Daud yang mampu
menerobos keadaan genting. Pengenalannya akan Allah menolongnya
untuk tidak putus asa atau pun terpancing untuk bertindak gegabah,
ketika dihadapkan pada situasi yang tidak terkendali. Sebaliknya, ia
menunjukkan respon yang sangat mengagumkan. Dalam keadaan genting,
ia menyediakan waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan,
berinteraksi dengan-Nya, dan berdoa memohon agar Tuhan memberikan
pertolongan-Nya dengan segera (ayat 2 dan 6). Ia menyadari
ketidakberdayaannya, namun memiliki pengharapan yang kuat kepada
Tuhan (ayat 3-5). Ia tidak bertindak gegabah dengan mengandalkan
kekuatan dan strateginya sendiri, melainkan bergantung sepenuhnya
kepada pertolongan Tuhan. Inilah teladan dari iman yang terpancar
kuat di tengah keadaan yang genting.
Keputusan untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam situasi
yang genting, bukanlah tindakan yang mudah diterapkan. Tetapi di
sinilah letak dari nilai iman. Karena di dalam iman terkandung
risiko. Iman yang mampu menerobos segala keadaan dan keterbatasan
adalah iman yang mampu bertahan ketika dihadapkan pada pertaruhan
dan risiko yang besar.
Renungkan: Ketika kita menghadapi situasi yang penuh dengan
kepanikan, di mana kita tidak lagi dapat menguasai keadaan,
janganlah bersandar pada kekuatan sendiri. Sediakanlah waktu sejenak
untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan
bersandar sepenuhnya pada pertolongan-Nya yang akan datang tepat
pada waktunya.
-*-Sumber:-*-
Arsip Publikasi e-SH (Santapan Harian), Edisi Kamis, 18 Oktober 2001
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2001/10/18/
*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*
-*- MULAILAH MELANGKAH DENGAN IMAN -*-
Salah satu pelajaran terbesar yang hendak diberikan Allah kepada
kita adalah bagaimana mulai berjalan di atas air. Melangkahlah
dengan iman. Beranikan diri untuk melangkah dalam hal apa pun yang
diperintahkan-Nya, baik kepada Anda sekeluarga maupun secara
pribadi. Mungkin, sepuluh tahun yang lalu, Allah pernah berbicara
kepada seseorang. Bahkan, Ia terus berbicara kepadanya, namun tidak
memperoleh tanggapan atau reaksi apa pun dari orang tersebut. Bila
Allah sudah begitu setia mengingatkan Anda bahwa Ia telah berbicara
mengenai sesuatu hal kepada Anda, beranikan diri untuk melangkah
dengan iman berdasarkan Firman Allah. Bagi orang Kristen, tidak
adanya keberanian seperti ini akan menghasilkan hidup yang suram,
gersang, tak berbuah, dan penuh keputusasaan belaka. Kemungkinan
besar, Roh Kudus terus berbicara dan mendorong Anda untuk menaati
Firman Allah yang telah disampaikan-Nya bertahun-tahun yang lalu.
Kalau saja Anda berani melangkah, Anda akan menikmati kepenuhan Roh
Kudus dan mulai berjalan di dalam kepenuhan Roh. Masih belum
terlambat untuk memberikan reaksi Anda kepada-Nya.
Setiap orang Kristen harus belajar "melangkah dengan iman". Di
dalam Alkitab, orang-orang pilihan Allah disebut "orang-orang yang
beriman". Apakah artinya ini? Pada dasarnya, ini berarti bertindak
dengan keberanian seperti yang telah ditunjukkan oleh Petrus.
Abraham adalah salah seorang dari orang-orang yang beriman ini. Ia
memang tidak berjalan di atas air, tetapi ia berjalan di lautan
padang pasir atas perintah Tuhan. Di dalam Ibrani 11:8 dikatakan:
"Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke
negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia
berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui."
Waktu Abraham dipanggil Allah, ia tidak tahu sama sekali ke mana
Allah akan membawanya. Bayangkan! Seberapa besar iman yang
dibutuhkan Abraham untuk mempercayai Allah, sehingga ia berangkat.
Satu-satunya yang dimiliki Abraham adalah janji Allah: "Abraham, Aku
akan memberikan negeri bagimu dan anak cucumu. Jumlah mereka akan
melebihi jumlah bintang di langit atau pasir di laut. Ikutlah
dengan-Ku dan Aku akan membawamu ke negeri itu." Bagi Abraham,
cukuplah ia tahu bahwa Allah sendiri yang sudah berbicara, dan
dengan iman ia melangkah pergi. Ketaatan Abraham adalah iman yang
dibuktikan.
Setiap orang percaya dapat memperoleh pengalaman yang sama dengan
Allah, bila ia mulai "melangkah dengan iman" di dalam Roh Kudus.
Sekali Petrus atau setiap orang Kristen mau menaati Tuhan dan
melangkah, ia akan mampu melakukan apa saja, sebab segala sesuatu
adalah mungkin terjadi bagi mereka yang percaya.
Sekali pun kelihatannya mustahil, Petrus percaya bahwa ia dapat
berjalan di atas air menemui Yesus dan ia pun melangkah keluar
dengan iman. Waktu Petrus sudah dekat dengan Yesus, tiba-tiba ia
melepaskan pandangan daripada-Nya. Akibatnya, ia mulai tenggelam.
Namun, pada saat ia berseru: "Tuhan, tolonglah aku!" Yesus pun
mengulurkan tangan-Nya, mengangkatnya dan berkata: "Hai orang yang
kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
Mengingat sifat manusia pada umumnya, sangat besar kemungkinannya
apabila Petrus menengok kepada orang-orang yang berada di perahu
pada saat gelombang di bawah kakinya bergulung-gulung. Karena merasa
bahwa ia pastilah satu-satunya orang yang pernah berdiri di atas
air, boleh jadi ia berseru: "Hai, lihatlah aku! Aku sedang berdiri
di atas air!". Kristus telah dilupakan dan Petrus sedang bermegah
diri atas kebolehannya itu.
Kuasa dari Allah
----------------
Begitu banyak di antara kita yang lupa terhadap asal kuasa yang ada
dalam hidup kita. Kita memiliki pengalaman rohani dan doa-doa yang
dijawab. Atau suatu ketika, kita memenangkan jiwa bagi Kristus dan
pada saat yang penuh kemenangan dan suka cita itu, tiba-tiba kita
lupa bahwa hal-hal tersebut terjadi karena kuasa Allah bekerja
melalui kehidupan kita. Pada saat kita merasa percaya pada kekuatan
diri sendiri, maka jatuhlah kita.
Bagi Petrus, tentunya terasa sangat menyakitkan ketika Tuhan
bertanya mengapa ia tidak beriman. Sebab bagaimana pun juga, ia
telah melangkah keluar dari perahu. Ia juga sudah berjalan di atas
ombak yang bergulung-gulung itu sampai di hadapan Tuhan Yesus. Namun
demikian, Yesus mengatakan kepadanya bahwa ia tidak memiliki iman.
Allah menantikan kita untuk taat supaya Ia dapat menunjukkan kuasa-
Nya kepada kita dan kita seringkali takjub melihat besarnya kuasa
itu. Hal-hal yang kecil bagi Allah, tampak begitu penting bagi kita.
Saya masih teringat waktu pertama kali Allah menjawab salah satu
doa saya. Permintaan saya begitu sepele, sehingga saya nyaris ragu-
ragu untuk mengucapkannya.
Waktu kami masih tinggal di Argentina, saya membaca sebuah kisah
mengenai George Mueller, seorang beriman yang terkenal. Ketika itu,
saya bekerja di sebuah bank yang sedang dilanda "mogok kerja" selama
empat puluh dua hari. Dapat Anda bayangkan, betapa kacaunya sistem
perbankan pada waktu itu. Selama pemogokan berlangsung, gaji para
pegawai tidak dibayarkan. Ibu saya seorang janda dan saya masih
mempunyai lima orang saudara wanita dan seorang adik lelaki. Kami
sudah kehabisan uang sama sekali. Selesai membaca buku tentang
pengalaman-pengalaman George Mueller, saya pun berkata: "Tuhan, saya
belum pernah mengalami sendiri sebuah jawaban doa. Tunjukkan sebuah
jawaban atas doa saya dan kirimlah uang kepada saya, supaya saya
dapat berangkat ke bank dengan naik bis. Kirimkan uang itu dengan
cara yang membuat saya tahu bahwa uang itu adalah daripada-Mu." Saya
sudah sering melihat doa-doa ibu saya terjawab. Saya tahu bahwa ia
memiliki iman dan bahwa Tuhan menjawab doa, tetapi saat itu saya
menginginkan jawaban bagi saya pribadi.
Pagi itu saya bangun pagi, sebab di musim panas, bank buka mulai
pukul tujuh pagi. Dalam bayangan saya, Tuhan menjawab doa saya
dengan jalan menggerakkan seseorang untuk menjatuhkan uang dua puluh
lima sen, supaya saya dapat menemukannya dan kemudian saya dapat
pergi ke bank dengan naik bis. Meskipun saya mengharapkan Allah
bekerja, namun iman saya begitu kecil. Hal ini terlihat pada
tindakan saya yang bangun pagi-pagi sekali, supaya mempunyai cukup
waktu untuk berjalan kaki ke bank, seandainya uang itu tidak
dikirimkan oleh Tuhan. Ketika saya meninggalkan rumah, hari masih
gelap. Sepanjang perjalanan, saya mencari-cari uang dua puluh lima
sen yang saya kira pasti akan saya temukan. Saya menuju sudut jalan
dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Saya perhatikan setiap orang yang
sedang repot mencari-cari uang kecil di dompet mereka. Saya juga
melihat ke semua arah, tetapi tidak juga menemukan uang dua puluh
lima sen itu. Saya berpikir, mungkin uang dari Tuhan tidak ada di
halte bis yang ini, karena masih ada satu halte lagi, maka saya pun
berjalan ke situ. Uang yang saya butuhkan itu pasti akan ada di
sana.
Saya telah berjalan sejauh tiga blok di dalam kabut yang gelap
ketika saya mendengar seseorang sedang berusaha mendorong mobilnya
keluar dari garasi. Nafasnya sudah terengah-engah, namun ia tak
berhasil mengeluarkan mobilnya. Saya menawarkan bantuan untuk
mendorong mobilnya. Sementara mobil yang mogok itu menggelinding
menuruni bukit, mesinnya pun hidup dan sebentar kemudian sudah tak
nampak ditelan kabut. Saya melanjutkan perjalanan menuju ke halte
bis terakhir dan belum juga menemukan uang itu. Tiba-tiba, saya
mendengar suara mobil berhenti di dalam kabut. Ternyata, itu adalah
orang yang saya tolong tadi. Dibukanya jendela sambil meminta maaf
karena tidak menawarkan tumpangan kepada saya. Ia lalu bertanya ke
mana saya akan pergi. Waktu saya jawab pertanyaannya itu, ia berkata
bahwa ia bekerja di bank yang terletak di seberang jalan dan ia akan
mengantar saya dengan senang hati.
Bagi Anda, pengalaman saya ini mungkin tidak terlalu istimewa,
tetapi jawaban atas doa saya ini sungguh menggetarkan hati saya.
Nilainya mungkin hanya dua puluh lima sen saja, tetapi bagi saya ini
sudah merupakan ujian yang besar. Ini adalah pengalaman saya yang
pertama dengan Allah di mana Ia menjawab doa saya, menembus semua
kebimbangan saya.
Dari Iman Kecil Menuju Iman Besar
---------------------------------
Pada waktu kami mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani di Lima,
Peru, kami ingin agar setiap kebaktian ini disiarkan melalui
jaringan televisi. Para anggota tim yang menangani Kebaktian
Kebangunan Rohani itu menulis: "Luis, untuk mendapatkan kontrak itu
kita memerlukan uang." Saya membalas: "Tanda tanganilah kontrak itu.
Kita belum mempunyai uangnya, tetapi aku percaya, Tuhan akan
mengirimkannya."
Buku kas Misi kami saat itu mengalami defisit 0. Sementara berdoa
di rumah, saya percaya dengan iman bahwa Allah akan mengirimkan uang
yang diperlukan itu. Panitia Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut
menandatangani kontrak. Kebaktian Kebangunan Rohani pun dimulai,
malam pertama, kedua, dan ketiga -- dan uang sejumlah 00 yang
kami butuhkan itu belum juga tersedia. Manajer jaringan televisi itu
tidak tahu sama sekali bahwa kami tidak memiliki uang sesen pun
untuk membayar ongkos penyiaran itu.
Pada hari keempat, datanglah sebuah telegram dari istri saya, Pat.
Isinya adalah: "PUJI TUHAN TITIK LONGHILL CHAPEL DI CHATHAM NEW
JERSEY MENGIRIM 00 UNTUK TELEVISI TITIK". Gereja yang
mengirimkan uang itu bahkan tidak tahu bahwa kami membutuhkannya.
Diperlukan waktu beberapa tahun lamanya antara kejadian dua puluh
lima sen dan 00 itu. Dibutuhkan pula praktik dan pengalaman iman
untuk dapat menerima anugerah yang mengherankan itu. Tetapi, setiap
orang memang harus memulainya dari awal.
Hal yang menggairahkan dalam permulaan mempraktikkan iman adalah
bahwa Allah senang memberikan pengalaman-pengalaman tersebut kepada
kita.
Boleh jadi, kadang-kadang kita mengajukan permintaan-permintaan yang
bodoh dan aneh. Hak apa yang dimiliki Petrus untuk meminta agar
dapat berjalan di atas air? Meskipun demikian, Tuhan menyuruhnya
datang dan ia pun mendapat upah atas imannya itu.
Mulailah melangkah berjalan dengan iman. Apa yang Anda risaukan
dalam hidup ini bukanlah persoalan, percayalah bahwa Tuhan akan
memberikan suka cita dan berkat ketika menjawab iman Anda yang kecil
itu. Iman yang sedikit ini pun akan mampu menjadi sesuatu yang
menggairahkan bagi Anda. Iman yang kecil dapat menjadi besar bila
kita mulai menerapkannya hari lepas hari.
-*- Sumber diambil dari: -*-
Judul Buku : Melangkah dengan Iman
Judul Artikel: Mulailah Melangkah dengan Iman
Penerbit : Yakin, Surabaya, 1981
Penulis : Luis Palau
Halaman : 32 - 37
*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*
-*- IMAN: MASALAH KURANG IMAN -*-
AYAT ALKITAB
============
Matius 17:20 Roma 5:1
Markus 11:22 1Petrus 1:6-9
LATAR BELAKANG
==============
Seringkali orang yang kita layani menyatakan keinginannya untuk
memiliki iman yang lebih kuat.
Kita bisa mendefinisikan iman sebagai suatu penyerahan diri total
kepada Allah: Diri, Karya, dan Firman-Nya. Iman adalah
mempertaruhkan hidup kita pada kelayakan Allah untuk dipercaya.
Tetapi tanpa iman yang mempengaruhi hidup kita, ia hanya sekedar
slogan kosong. Penjelasan Alkitab yang paling terkenal tentang iman
menunjuk kepada segi fungsinya, bukan kepada uraian tentang hakikat
dan faedah iman:
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1)
Injil adalah jalan iman. Hidup Kristen adalah perjalanan iman. Iman
memperkenan Allah dan Dia menghargainya.
"Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, barangsiapa
berpaling kepada Allah ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa
Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."
(Ibrani 11:6)
STRATEGI BIMBINGAN
==================
Untuk yang non-Kristen:
-------------------------
Jika orang yang Anda layani berbicara sedemikian rupa tentang iman,
sampai nyata bahwa dia kurang mengerti mengenai arti iman yang
menyelamatkan, jelaskan mengenai "Damai dengan Allah", [["Damai
dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-Kristen
agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan
Pelayanan, halaman 5; atau CD-SABDA: Topik 17750]].
Tekankan bahwa hanya melalui iman, kita dapat mengenal Allah. Masuk
ke dalam hubungan yang benar dengan Dia melalui Yesus Kristus,
berarti menyerahkan diri karena iman kepada Pribadi dan karya-Nya,
seperti yang diungkapkan dalam kematian-Nya di kayu salib dan dalam
kebangkitan-Nya.
"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
Kristus." (Roma 10:17)
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
(Efesus 2:8,9)
Jelaskan kepadanya, bagaimana "Mendapatkan Kepastian Keselamatan"
[["Kepastian Keselamatan" -- Traktat untuk orang yang telah
menerima Kristus, namun mengalami keraguan (dari LPMI/PPA); atau
Buku Pegangan Pelayanan, halaman 9; atau CD-SABDA: Topik 17752]].
Untuk yang Kristen:
-------------------
Jika orang yang menyatakan keprihatinannya tentang kelemahan imannya
atau keinginannya untuk memiliki iman yang lebih kuat itu adalah
seorang Kristen, maka:
1. Tanyakan kepadanya:
Mengapa Anda menginginkan iman lebih?
Apa yang Anda inginkan dari iman Anda?
Mungkin dia kurang yakin tentang hubungannya dengan Kristus. Bila
demikian, jelaskan "Kepastian Keselamatan" sambil menegaskan
Efesus 2:8-9.
2. Jika ternyata posisi keselamatannya karena iman dalam Kristus,
jelas, maka jelaskan padanya pengertian tentang iman yang
bertumbuh.
A. Hidup beriman tidak tumbuh dalam sekejap mata, tetapi melalui
proses yang ajaib. Yang memperdalam iman kita adalah disiplin
rohani.
B. Dorong dia untuk mengakui kekurangan iman sebagai dosa.
"... dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah
dosa." (Roma 14:23)
"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu
jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak
percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup."
(Ibrani 3:12)
C. Doronglah, supaya ia membaca Alkitab sebagai sumber iman.
Dalam Perjanjian Baru saja, ada sekitar 500 ayat acuan tentang
"iman", "percaya", dan sebagainya. Ia perlu membaca dan
mempelajarinya! Anjurkanlah ia untuk mencatat setiap ayat yang
berbicara tentang iman, lalu mempelajari masing-masing ayat
sesuai dengan konteks, untuk mengetahui perkataan Allah
tentang iman dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupannya.
D. Doronglah ia untuk melatih imannya melalui hidup di dalam doa.
Beberapa ayat mengkaitkan iman dengan doa, misalnya:
Matius 17:20, Yakobus 5:15. Iman bertumbuh bersama pengalaman
kemenangan kita dalam berdoa.
E. Doronglah ia untuk mulai menerapkan apa yang dipelajarinya
mengenai iman, mengujinya dalam hidup dan pengalaman.
Misalnya, dalam Amsal 3:5-6, Allah menjanjikan bimbingan-Nya,
jika kita memenuhi beberapa persyaratan. Jika orang itu ingin
dipimpin Tuhan dalam keputusan atau tindakan yang akan
diambilnya, ia harus melakukan persyaratan yang diberikan
Tuhan agar janji bimbingan-Nya boleh dialami.
F. Desaklah ia untuk mulai membuktikan imannya dengan
memberanikan diri untuk lebih mempercayai Allah dan bertindak
sesuai dengan iman. Iman sejati bersifat dinamis; melahirkan
tindakan! Para pahlawan iman (Ibrani 11:1-40) adalah mereka
yang bergerak bersama Tuhan, maka terlibatlah dalam pelayanan
Kristen!
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia." (1Korintus 15:58)
------------------------------Kutipan------------------------------
Menurut Billy Graham:
"Iman akan menampakkan dirinya dalam tiga hal: doktrin, ibadah,
dan persekutuan. Ia akan mengungkapkan dirinya dalam moral, dalam
cara kita hidup dan bertindak. Alkitab juga mengajarkan bahwa iman
tidak berhenti dengan mempercayai Kristus untuk keselamatan kita.
Iman berlangsung terus! Iman bertumbuh! Mungkin lemah pada mulanya,
tetapi akan menjadi makin kuat, sambil kita mempelajari Alkitab,
berdoa, bergereja, dan mengalami kesetiaan Allah dalam hidup
Kristen Anda."
--------------------------Kutipan_Selesai--------------------------
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
Penulis : Billy Graham
Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
Halaman : 74 - 75
*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*
Dari: Roy <roy@>
>Dh.
>Mohon tanya untuk mendapatkan artikel2 mengenai keluarga/seputar
>Suami-Istri. Karena dahulu pernah saya mendapatkan cukup banyak
>al. lewat situs; ayah-bunda. ttp sekarang saya mencoba baik di
>Telaga maupun Ayah-bunda ternyata tidak bisa. Terima kasih untuk
>bantuannya.
>Salam sejahtera,
>roy.
Redaksi:
Saudara Roy yang terkasih,
Terima kasih untuk surat yang Anda kirimkan kepada kami. Artikel-
artikel yang Anda inginkan bisa Anda dapatkan di situs arsip
e-Konsel, karena sudah beberapa kali e-Konsel membahas topik tentang
keluarga atau hubungan suami istri. Silakan berkunjung ke:
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
Selain di situs arsip e-Konsel, Anda juga bisa mendapatkan artikel-
artikel sejenis di Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)
di alamat:
==> http://www.sabda.org/c3i/
Dalam situs ini Anda cukup menuliskan kata kunci dari artikel yang
Anda inginkan pada fasilitas cari (search), misalnya "keluarga",
"suami" atau "istri", maka Anda akan dituntun menuju ke bahan-bahan
yang sesuai dengan kata kunci tersebut.
Situs TELAGA juga menyediakan banyak sekali bahan-bahan tentang
keluarga dan suami istri. Silakan berselancar di Situs TELAGA:
==> http://www.telaga.org/
Tuhan memberkati!!
e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
STAF REDAKSI e-Konsel
Yulia, Ratri, Natalia, Tesa, dan Kristianto
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2004 oleh YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |