WUJUDKAN KEMERDEKAAN ANDA!
Jika saya ditanya mengenai bagaimana kemerdekaan kita dapat
diwujudkan dalam kehidupan kita, jawaban saya sederhana saja.
Menurut saya, kemerdekaan kita akan terwujud dalam kehidupan kita
jika kita menyadari perubahan yang telah Allah kerjakan dalam diri
kita dan mulai bertindak sesuai dengan posisi dan sifat dasar kita
yang baru. Kita perlu bertobat dari semua dosa serta keterlibatan
kita dengan kuasa gelap dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada
Tuhan. Proses tersebut memang sederhana dan jika dilakukan dengan
penuh kerendahan hati serta keterbukaan terhadap Tuhan, maka
hasilnya akan sangat memuaskan.
Akan tetapi, banyak orang Kristen yang masih belum berjalan dalam
kemerdekaan di dalam Kristus. Walaupun mereka sudah percaya kepada
Yesus dan secara umum telah mengakui dosa, namun kenyataannya
kehidupan mereka masih kurang bahagia karena masih ada dosa dan
keterlibatan dengan kuasa gelap yang mempengaruhi kehidupan dan
menghalangi pertumbuhan rohani mereka.
Orang Kristen seperti ini bisa disamakan dengan orang-orang yang
belum percaya kepada Yesus. Setiap tahun, orang-orang di sekitar
kita merayakan hari raya sesuai dengan tradisi dan agama mereka.
Salah satu aspek dari perayaan mereka adalah mengucapkan "Mohon maaf
lahir dan batin kepada saudara-saudara, tetangga-tetangga, dan
teman-teman mereka". Maksud dari tradisi tersebut ialah agar semua
dosa dan kesalahan yang telah dilakukan pada tahun lalu bisa
dibereskan, sebelum memasuki tahun yang baru. Secara teoritis,
prinsipnya baik dan memang ada banyak orang yang meminta maaf dengan
sepenuh hati pada hari tersebut. Namun, menurut pengamatan saya dan
kesaksian orang-orang yang saya kenal, seringkali ritual itu kurang
efektif. Mengapa? Pertama, karena hanya dilakukan satu tahun sekali,
sehingga dalam banyak kasus, kemarahan, kebencian, serta kepahitan
yang terpendam di dalam hati seseorang sudah sangat dalam. Kedua,
ketika ritual itu dilakukan, kita tidak diwajibkan mengakui dosa
kita satu per satu, tetapi hanya secara umum. Karena itu, banyak
orang dapat mengikuti ritual itu tidak dengan penuh kerendahan hati
dan keterbukaan yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, sebab
mereka tidak perlu mengakui kesalahan mereka secara spesifik.
Ketiga, orang bisa mengikuti ritual itu tanpa harus mengubah
kelakuannya, sehingga kesalahannya bisa diulangi terus-menerus.
Kehidupan banyak orang Kristen dapat dibandingkan dengan ritual
tersebut. Pada saat mereka bertobat, mereka mengakui dosa mereka
secara umum -- seakan-akan mereka "Mohon maaf lahir dan batin kepada
Tuhan" -- tetapi mereka belum sungguh-sungguh bertobat dari dosa-
dosa yang sering mereka lakukan serta dari keterlibatan mereka
dengan kuasa gelap. Dosa-dosa mereka belum diakui secara spesifik,
apalagi ditinggalkan, sehingga mereka belum bisa menikmati
kemerdekaan yang telah mereka miliki di dalam Kristus. Mengapa
mereka tetap hidup dalam keadaan tersebut? Pada kasus-kasus
tertentu, mereka belum bertobat dari dosa mereka karena faktor
ketidaktahuan mereka. Mungkin tidak ada yang membimbing mereka lebih
lanjut. Tetapi, tidak semua kasus sama. Dalam kasus-kasus yang lain,
orang tidak bertobat dari dosa-dosa mereka karena mereka masih
tertipu oleh musuh kita, sehingga mereka tidak mau meninggalkan
dosa-dosa yang mereka nikmati, yang telah menjadi kebiasaan.
Bagaimana kemerdekaan kita di dalam Kristus dapat diwujudkan dalam
kehidupan? Dalam Efesus 4:17-32, Paulus menjawab pertanyaan ini.
Dalam nas tersebut, ia menegaskan pentingnya kualitas kehidupan kita
sebagai orang Kristen. Ia memulai nas ini dengan mendorong kita
secara langsung, supaya kita tidak melanjutkan pola kehidupan kita
yang lama, setelah kita percaya kepada Yesus: "Sebab itu kukatakan
dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama
seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah" (ayat 17). Bagaimana
kehidupan orang-orang yang belum mengenal Allah? Dalam ayat 17b-19,
Paulus menggambarkan keadaan orang-orang tersebut supaya kita
menyadari betapa buruknya kehidupan mereka yang masih di luar
Kristus. Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang:
"tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dengan
pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan
Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena
kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga
mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan
serakah segala macam kecemaran."
Maksud Rasul Paulus dalam ayat-ayat ini ialah bahwa kehidupan kita
harus sesuai dengan Firman Allah dan bukan sesuai dengan kebiasaan
kita sebelum kita percaya kepada Kristus. Hal tersebut sangat
penting supaya kita dapat terlepas dari pengaruh dunia, keinginan
daging dan iblis, serta berjalan dalam kemerdekaan dan kemenangan di
dalam Kristus.
Suatu Penyerahan yang Sejati
Dalam ayat 20-24, Paulus mengingatkan kita mengenai penyerahan yang
sudah kita ambil sebagai pengikut-pengikut Kristus:
"Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di
dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus yaitu bahwa
kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh
nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan
pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan
menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya."
Dari apa yang ditulis oleh Paulus, jelaslah bahwa hal ini bukan
pengajaran yang baru bagi jemaat Efesus. Sejak awal mereka sudah
diajar untuk "menanggalkan manusia lama" dan "mengenakan manusia
baru". Apakah "manusia lama" dan "manusia baru" itu? Dalam konteks
ini, jelaslah bahwa "manusia lama" berarti kehidupan mereka sebelum
bertobat, yang sangat dipengaruhi oleh dunia, keinginan daging, dan
iblis, dan yang "menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan". Kehidupan ini adalah kehidupan yang digambarkan dalam
ayat 18-19. Dalam ayat 20-24, Paulus mengingatkan jemaat Efesus
bahwa mereka telah menanggalkan kehidupan itu pada saat mereka
percaya kepada Yesus Kristus. Maksudnya, mereka sudah meninggalkan
kehidupan tersebut, termasuk dosa-dosa serta keterlibatannya dengan
kuasa gelap. Mereka telah menanggalkan "manusia lama" itu, sama
seperti kita menanggalkan baju yang kotor dan bau. Hal itu sudah
terjadi pada waktu mereka percaya.
Jika kita menanggalkan baju yang kotor, maka kita harus mengenakan
baju yang bersih supaya kita tidak telanjang. Hal ini sama dengan
apa yang telah dialami oleh jemaat di Efesus ketika mereka percaya
kepada Yesus. Pada saat mereka bertobat, mereka tidak hanya
menanggalkan manusia lama, tetapi juga mengenakan manusia baru. Ini
merupakan gaya hidup yang baru, yang sesuai dengan panggilan dan
kehendak Allah bagi mereka.
Sekali lagi, dalam ayat 22-24 Paulus tidak mendorong jemaat di
Efesus supaya mereka "menanggalkan manusia lama" dan "mengenakan
manusia baru", melainkan ia mengingatkan bahwa mereka telah
melakukannya pada saat mereka bertobat. Ini merupakan pengajaran
yang mendasar di dalam gereja mula-mula, dan seharusnya demikian
juga pada masa kini. Jika kita ingin berjalan dalam kemerdekaan dan
kemenangan di dalam Kristus, maka kita harus sungguh-sungguh
meninggalkan kehidupan kita yang lama, termasuk dosa-dosa serta
keterlibatan kita dengan kuasa gelap. Kemudian kita harus
menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah serta kehendak-Nya
bagi kita. Inilah jalan menuju kebahagiaan. Inilah jalan menuju
kemerdekaan.
Suatu Pembaruan yang tidak Terhalang
Dalam konteks ini, baik kata kerja "menanggalkan" maupun
"mengenakan" menunjukkan ketika jemaat itu bertobat. Tetapi dalam
konteks ini, Rasul Paulus juga memakai kata kerja "dibaharui", yang
menunjuk pada proses pembaruan yang sedang kita jalani hari demi
hari. Dalam ayat 22-23, Paulus mengingatkan jemaatnya bahwa mereka
telah menanggalkan manusia lama... supaya mereka "dibaharui di dalam
roh dan pikiran" mereka. Jadi, tujuan kita ketika kita menanggalkan
manusia lama dan mengenakan manusia baru ialah supaya proses
pembaruan roh dan hati kita tidak terhalang, tetapi bisa terus maju.
Bukan hanya tindakan kita yang perlu dibaharui, tetapi juga motivasi
dan pikiran kita. Dengan demikian, kita mengalami perubahan sejati
di dalam Kristus.
Jika kita memahami ajaran Rasul Paulus dalam ayat 22-24, maka akan
jelas bagi kita untuk mengetahui alasan mengapa banyak orang Kristen
belum berjalan dalam kemerdekaan di dalam Kristus. Padahal, pola
yang normal adalah kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan
manusia baru pada saat kita percaya kepada Yesus Kristus, sehingga
roh dan pikiran kita dibaharui oleh Roh Kudus hari demi hari.
Kenyataan yang ada sekarang adalah banyak orang Kristen belum
sungguh-sungguh memenuhi tanggung jawab mereka. Mereka belum
menanggalkan manusia lama dan belum pula mengenakan manusia baru.
Mereka belum meninggalkan kehidupan mereka yang lama dan belum
menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Akibat dari
ketidaktaatan mereka ialah proses pembaruan dan pengudusan dalam
kehidupan mereka yang terhalang. Mereka tetap terpengaruh oleh
dunia, keinginan daging, dan iblis, sehingga kehidupan mereka kurang
bahagia dan pelayanan mereka seringkali kurang efektif.
Kita harus ingat akan tujuan kita. Jika kita ingin bertumbuh di
dalam Kristus hari demi hari, kita harus menanggalkan manusia lama
dan mengenakan manusia baru. Inilah jalan kemerdekaan. Inilah jalan
kemenangan.
Suatu Ketaatan yang Spesifik
Setelah Paulus mengemukakan prinsip-prinsip umum mengenai keputusan
yang telah kita ambil pada saat kita percaya kepada Yesus, ia mulai
mendorong kita secara spesifik supaya kita bertobat dari semua
perbuatan yang tidak sesuai dengan keputusan kita. Kata-kata yang
perlu digarisbawahi di sini ialah "secara spesifik". Kita tidak
boleh hanya "mohon maaf lahir dan batin" ketika kita percaya kepada
Yesus, seolah-olah dengan demikian dosa kita sudah beres, sehingga
kita terlepas dari pengaruh dunia, keinginan daging, dan iblis.
Untuk itu, pertobatan kita haruslah spesifik, sehingga kita sungguh-
sungguh meninggalkan dosa-dosa tertentu serta keterlibatan kita
dengan kuasa gelap, jika kita ingin berjalan dalam kemerdekaan di
dalam Kristus.
Menurut ayat 25-32, dosa-dosa mana saja yang harus ditinggalkan? Ada
berbagai macam dosa yang harus kita tinggalkan, misalnya berbohong
(ayat 25), memendam kemarahan (ayat 26-27), mencuri (ayat 28),
mengeluarkan perkataan yang kotor atau tidak membangun (ayat 29),
dan mendukakan Roh Kudus (ayat 30). Daftar dosa-dosa yang ditulis
oleh Paulus di sini panjang dan spesifik, supaya kita bisa menaati
kehendak Allah dengan sungguh-sungguh.
Judul Buku | : | Hancurkan Kuasa Iblis dalam Diri Anda |
Judul Artikel | : | Wujudkan Kemerdekaan Anda! |
Penulis | : | Pdt. Thomas J. Sappington |
Penerbit | : Yayasan Andi dan OC International Yogyakarta, 1998 |
Hal | : | 143 - 150 |
e-JEMMi 35/2004