|
Resources |
|
|
|
|
Artikel
Artikel-artikel MISI |
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia & Para Pengubah Dunia |
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia : 48 Kisah Nyata |
Buku
Buku-buku Misi |
|
Doa |
|
Info |
|
|
|
|
|
|
|
| |
|
artikel 75 dari 163 artikel |
|
|
|
Bagian berikut ini dikutip dari artikel berjudul "Konsep Dasar
Pelayanan Gereja Sel dan Dasar Alkitabiah Pelayanan Sel" yang
diambil dari buku "Strategi Pelayanan Sel" yang ditulis oleh
Pdt. Dra. P. Tuhumury, M.Div.
TUJUAN PELAYANAN SEL
Mengapa dinamakan sel?
Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai tujuan pelayanan sel,
kita perlu secara objektif menilai mengapa kita harus melakukan
strategi kelompok sel. Bukankah strategi yang ada sudah cukup? Ini
perlu, agar kita terhindar dari mental ikut-ikutan dalam melakukan
pekerjaan Tuhan. Dengan pemahaman yang benar, kita memiliki dasar
keyakinan yang kuat dari Firman Allah dalam semua pelayanan.
Kelompok sel dibutuhkan semata-mata untuk mencapai tujuan Allah
melalui gereja-Nya, sebagaimana yang disebut dalam Kolose 1:28 dan
Efesus 4:13. Ada banyak strategi yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan ini, antara lain:
Strategi 1-100: (Matius 5,6,7; Kisah Para Rasul 2:14-47).
Strategi dengan komunikasi satu arah biasa digunakan dalam
khotbah Minggu pagi atau ibadah raya. Strategi ini yang paling
umum digunakan oleh gereja-gereja tradisional, dimana dalam semua
jenis ibadah, satu orang berbicara dan yang lain hanya
mendengarkan. Strategi ini baik digunakan untuk penyembahan
bersama, penyampaian informasi secara meluas dan bersifat umum.
Kelemahannya ialah tidak mungkin berlangsung komunikasi dua arah
yang memungkinkan peran serta aktif semua anggota yang sangat
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itulah sebabnya, tujuan
pendewasaan pribadi setiap anggota sangat sulit dan tidak mungkin
tercapai secara efektif.
Strategi 1-10: Kelompok Kecil (Matius 4:18-22).
Strategi ini dibutuhkan dan merupakan inti dari konsep sel yang
efektif. Hanya, sayangnya dalam praktiknya belum mengikuti pola
yang Yesus pergunakan pada para murid-Nya, dimana Ia mengajar,
melatih, mengutus, dan mempersiapkan mereka sebagai pemimpin
untuk meneruskan tugas-Nya, setelah Ia kembali ke surga. Strategi
ini dilakukan oleh banyak gereja, tetapi hanya sebagai variasi
metode di antara semua kegiatan yang diprogramkan. Akibatnya,
pola ini tidak menemukan esensinya sebagai sekolah mini, pusat
pemuridan, dan dapur pemimpin yang efektif yang memiliki karakter
Kristen sesuai dengan citra Kristus. Melalui strategi ini, setiap
anggota ditolong mengenal karunianya masing-masing, sehingga
dapat melayani secara lebih baik.
Strategi 1-1: Pengemban Amanat Agung.
Yang dimaksud dengan strategi ini ialah setiap orang yang telah
terlatih dengan baik, akan mampu menjadi pengemban Amanat Agung
Kristus secara bertanggung jawab. Ini sangat dimungkinkan, sebab
ia telah memiliki karakter Kristen yang berdasarkan atas
kebenaran dan terus bertumbuh dalam pimpinan Roh Kudus. Bila
setiap orang percaya sudah berada pada tingkatan rohani seperti
yang diuraikan dalam Kolose 1:28 di atas, maka gereja akan
mengalami pemulihan dan penuaian besar menjelang akhir zaman dan
dipersiapkan sebagai mempelai perempuan yang tidak bercacat
menyongsong kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Perlu ditekankan bahwa strategi 1-1 tidak mungkin tercapai tanpa
strategi 1-10 (kelompok sel). Dengan demikian, terjawablah
pertanyaan, "Mengapa kita membutuhkan strategi pelayanan dalam pola
kelompok sel?" dan itu bukan sekedar sebuah konsep biologis secara
terminologis belaka, dan bukan ikut-ikutan, melainkan memiliki
pemahaman teologis yang benar.
Sebaiknya, setiap gereja lokal dan mitranya mendoakannya dengan
sungguh-sungguh dan siap menginvestasikan semua daya dan dana untuk
menerapkan konsep ini demi pelebaran Kerajaan Allah dan mendatangkan
kemuliaan bagi nama-Nya, serta menjadi berkat secara meluas.
Tujuan-tujuan Utama Kelompok Sel
Berdasarkan pemahaman strategis di atas, muncul beberapa tujuan
strategi kunci ini, yang sekaligus merupakan keunggulan sel.
Saling memperhatikan.
Hal yang paling sulit dialami dalam ibadah raya ialah saling
mempedulikan. Dalam sel yang sehat, Kristus bekerja memberkati
setiap anggota, sehingga setiap orang menerima dan memiliki hidup
Kristus, saling mengasihi dengan kasih Kristus, saling menolong,
dan saling membantu (Efesus 4:1-6). Di dalam kelompok sel yang
sehat, Kristus memerintah, Roh Kudus bekerja, kasih-Nya mengalir
dan dialami oleh setiap orang. Dalam kelompok sel yang sehat,
Allah bekerja, sehingga kesatuan sejati dan kesehatian yang tulus
(Kisah Para Rasul 3:32a) terwujud tanpa kemunafikan. Inilah yang
menunjang pertumbuhan rohani setiap anggota, saling menguatkan
untuk membawa kasih itu kepada orang lain.
Penjangkauan keluar.
Pertumbuhan rohani yang sehat tidak dapat dipisahkan dari upaya
untuk mengasihi yang terhilang dalam dosa. Sebaliknya, kasih
Kristus yang dialami dalam kelompok sel adalah dorongan kuat
untuk menjangkau jiwa bagi Tuhan. Tugas ini dapat dikerjakan oleh
setiap orang, tetapi akan lebih efektif bila dilaksanakan dalam
kelompok sel. Dalam kelompok sel setiap orang didoakan,
disiapkan, dan dilatih untuk diutus keluar menjangkau orang yang
belum percaya bagi Allah sebagai bukti pekerjaan Kristus dalam
hidupnya. Di sisi lain, orang yang dimenangkan itu, bila dibawa
ke dalam kelompok yang tidak saling mengasihi, akan sangat sulit,
bahkan merusak kesaksian Kristiani. Orang Kristen baru itu tidak
merasakan kasih Kristus, dan tidak menemukan hal yang berbeda
dengan keadaan di dunia sekuler, bila orang dalam persekutuan
Kristen tidak saling mengasihi. Akibatnya, ia sulit bertahan
hidup dalam kelompok seperti itu dan mencari kelompok lain yang
dapat menolong pertumbuhan imannya. Hal ini tidak dapat ditemukan
dalam penginjilan secara pribadi (Pengkhotbah 4:9-12, Matius
16:19-20).
Mengembangkan karunia rohani.
Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, setiap orang yang sudah
bertobat, menerima Kristus dan dilahirkan kembali, memiliki Roh
Kudus (Efesus 1:13-14). Roh Kudus itulah yang membagikan karunia
bagi setiap orang percaya (Kisah Para Rasul 2:38; 1Korintus
12:4-13). Bila kita jujur, banyak orang percaya hidup bertahun-
tahun, tanpa mengetahui dengan jelas karunia apa yang
dimilikinya, walaupun telah bertobat. Itulah sebabnya, ia tidak
bertumbuh secara sehat dan kurang giat dalam pekerjaan Tuhan.
Tentu ada banyak alasan, tetapi salah satunya yang penting ialah
orang itu tidak berada dalam satu kelompok kecil yang dapat
saling memperhatikan atau saling mendoakan dan saling mendorong
dalam pertumbuhan. Hal ini tidak mungkin dikerjakan dalam ibadah
raya, sebab perlu pengajaran dalam proses pemuridan yang teratur.
Dan terjadilah hal yang sangat disayangkan, yaitu tidak semua
orang percaya diberdayakan bagi kemajuan gereja Tuhan.
Mempersiapkan gereja di masa sulit.
Bila orang tidak diajarkan secara sistematis dan tidak dilatih
untuk melayani menurut karunianya, imannya mudah goyah. Itulah
sebabnya, bila datang tantangan iman, mereka mudah menjadi lemah
dan berbalik kepada kepercayaan yang sia-sia. Kelompok sel bukan
hanya mempersiapkan orang Kristen agar hidup dalam anugerah
Allah, tetapi juga menolong orang Kristen agar dapat bertahan
terus di masa-masa sulit sebab tidak bergantung pada gedung
tertentu. Kelompok sel dapat berlangsung di mana-mana, di rumah
anggota atau di ruangan yang sederhana, itulah salah satu cirinya
yang dinamis.
FILSAFAT DASAR PELAYANAN SEL
Banyak orang mudah lemah dalam pelayanan, bukan hanya mereka belum
memiliki visi yang jelas, tetapi juga karena tidak memiliki filsafat
pelayanan yang merupakan dorongan yang menggairahkan militansi dalam
melayani.
Ada lima prinsip utama yang merupakan filsafat dan kekuatan kelompok
sel.
Sel adalah "gaya hidup", bukan metode.
Orang hanya dapat menjadi anggota sel yang sehat, bila telah
menerima hidup Yesus dalam bimbingan secara pribadi. Bila
seseorang belum bertobat dan memiliki hidup Yesus, maka semua
kegiatan menjadi suatu program kosong, bagaimana pun direkayasa.
Firman Tuhan hanya akan menjadi kerinduan bagi orang yang telah
memiliki hidup Yesus (1Petrus 2:2). Selain itu, orang itu tidak
akan memahami firman sebagai perkara rohani (1Korintus 2:14).
Hanya, bila seseorang telah memiliki hidup Yesus, maka ia akan
terus bertumbuh dan akan mengalami perubahan nilai hidup
(2Korintus 5:17). Dengan demikian, filsafat pertama yang harus
dipahami ialah bahwa dalam sel, setiap orang harus mengalami
perubahan nilai dari waktu ke waktu oleh pekerjaan Roh Kudus dan
Firman Allah (2Timotius 3:16-17). Dengan demikian, Firman Allah
menjadi kesukaannya, dan sel atau kelompok yang bertumbuh dalam
kebenaran akan menjadi gaya hidupnya.
Pemuridan yang sesungguhnya terjadi terus-menerus.
Dalam pola tradisional, sering kita temukan istilah "program
latihan pemuridan". Ungkapan ini tidak salah, hanya saja proses
pemuridan tidak tergantung pada satu program saja. Pemuridan
adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus (Yohanes
15:1-8). Ranting tidak dapat berbuah bila tidak tinggal tetap
atau terus-menerus menerima aliran kekuatan dari pokoknya. Di
dalam sel yang terbina dengan baik, setiap anggota akan terus-
menerus mengalami perubahan dan proses pembinaan dan terus
ditambah dari hari ke hari, sehingga menjadi murid yang
memuliakan Tuhan.
Sel adalah sarana mobilisasi jemaat seutuhnya.
Proses pemuridan yang sehat pasti mendorong setiap orang keluar
untuk memberitakan Injil kepada dunia yang berdosa. Semakin dekat
hubungan seseorang dengan Allah dan terus bertumbuh dalam
anugerah-Nya, semakin ia dikuatkan untuk bergerak keluar dengan
kasih dan kuasa Allah. Inilah wujud pertumbuhan alamiah yang
dikerjakan Roh Allah dalam setiap orang percaya (Zakharia 4:6).
Dengan demikian, bila gereja ingin memiliki kekuatan mobilisasi
total, dimana setiap orang bergerak bagi Kristus, sel harus
dibina secara intensif.
Penginjilan dengan sistem jala, bukan pancing.
Melalui sel, sistem penjangkauan keluar bukan hanya harus
sistematis dan terus-menerus, tetapi juga dapat memungkinkan
multiplikasi yang cepat. Filsafat dasar dari sel adalah
multiplikasi. Pertumbuhan karakter dari setiap anggota terwujud
dalam penjangkauan keluar yang terprogram yang menjadi gaya hidup
sel. Penjangkauan dalam oikos jauh lebih efektif dari
penjangkauan oleh pribadi demi pribadi. Bila setiap orang giat
memberitakan Injil, maka setiap bulan, bahkan mungkin setiap hari
ada jiwa yang dimenangkan kepada Tuhan melalui sel itu. Sistem
penjangkauan ini dikuatkan dengan doa yang difokuskan pada
sasaran yang khusus. Selain itu, terjadi kerja sama yang aktif
antara anggota dengan Roh Kudus, sehingga kesaksian setiap
anggota akan sangat berguna untuk mendorong yang lain, sebab
kuasa yang nyata dialami. Inilah kekuatan sel dalam membawa orang
datang dan percaya kepada Yesus.
Memberi tempat pada Roh Kudus untuk memakai setiap orang.
Sistem yang berlaku dalam sel ialah memberdayakan setiap orang
agar dapat dipakai Tuhan. Dengan demikian, setiap orang sadar
bahwa ia sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membawa orang
datang kepada Yesus, kecuali ia sungguh berpegang pada Firman
Allah dan bergantung pada kuasa Roh Kudus terus-menerus. Jadi,
semua orang bergerak bersama bagi Tuhan dan bukan tergantung pada
orang tertentu yang berkarunia hebat.
Kesimpulan
Dengan filsafat dasar ini, jelas bahwa prinsip ini sesuai dengan
prinsip pertumbuhan gereja yang sehat atau yang disebut sebagai
pertumbuhan yang alamiah, yaitu pertumbuhan yang dikerjakan oleh
Allah sendiri.
Penjelasan Christian A. Schwarz bersama timnya yang mengadakan
penelitian terhadap 1000 gereja di lima benua di dunia, mengemukakan
hasil penemuan mereka dalam sebuah buku yang berjudul "Pertumbuhan
Gereja yang Alamiah". Dalam pasal satu, ia mengemukakan delapan
karakteristik:
- Kepemimpinan yang melakukan pemberdayaan
- Pelayanan yang berorientasi pada karunia
- Kerohanian yang haus dan penuh antusiasme
- Struktur pelayanan yang tepat guna
- Ibadah yang membangkitkan inspirasi
- Kelompok kecil yang menjawab kebutuhan secara menyeluruh
- Penginjilan yang berorientasi pada kebutuhan
- Hubungan yang penuh kasih
Dalam analisisnya terhadap setiap karakter tersebut, didapati bahwa
kelima unsur filsafat di atas sejalan dengan karakter yang
dikemukakan oleh Schwarz.
Judul Buku | : | Strategi Pelayanan Sel |
Judul Artikel | : | Tujuan Pelayanan Sel Filsafat Dasar Pelayanan Sel |
Penulis | : | Pdt. Dra. Ny. P. Tuhumury, M.Div. |
Penerbit | : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2001 |
Hal | : | 18-24 |
e-JEMMi 36/2004
|
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|