Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2018/11

e-JEMMi edisi No. 11 Vol. 21/2018 (27-11-2018)

Bersaksi dengan Teknologi

Bersaksi dengan Teknologi
e-JEMMi -- Edisi 11/November/2018
 

e-JEMMi

DARI REDAKSI:

MEMANFAATKAN TEKNOLOGI UNTUK MELAKSANAKAN AMANAT AGUNG

Kini, penginjilan tidak lagi harus dilakukan secara konvensional. Perkembangan teknologi memungkinkan kita melakukan misi dan penginjilan dengan platform dan cara-cara yang baru, yang justru dapat menjangkau lebih banyak orang. Media sosial dan situs-situs Kristen sesungguhnya dapat menjadi media yang efektif untuk membawa pesan Injil, dan semuanya dapat diakses dengan ujung jari melalui gawai yang kita miliki. Jika dahulu waktu, jarak, biaya, budaya, keluarga, dan keterbatasan wacana menjadi alasan bagi banyak orang percaya menjadi enggan untuk bermisi dan bersaksi bagi Kristus, kini hal-hal itu bukan lagi masalah yang signifikan. Teknologi dan arus informasi telah menjadi suatu bantuan yang amat signifikan bagi gereja untuk melaksanakan tugas Amanat Agung. Melalui teknologi serta pemanfaatan berbagai platform media sosial, kita dapat meneriakkan pesan Injil secara keras dan luas untuk menyampaikan Kabar Baik kepada mereka yang belum mengenal dan belum mengikut Kristus. Segalanya sudah tersedia bagi kita. Sekarang, maukah kita bergabung untuk menyuarakan Kabar Baik dan kebenaran dari Kristus di tengah hiruk pikuk informasi dalam arus perkembangan teknologi? Kiranya melalui sajian kami pada bulan ini, Anda akan semakin tergugah untuk melakukannya.

N. Risanti.

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
N. Risanti

 

ARTIKEL
MELAKUKAN AMANAT AGUNG SECARA DIGITAL

Digital itu alkitabiah.

Teknologi digital telah merombak cara kita bergereja. Jemaat menayangkan langsung kebaktian mereka ke media internet. Pendeta aktif di Twitter. Halaman informasi di internet dapat dilihat dan digunakan dalam perangkat mobile, dan pelayanan memakai Instagram dan Facebook untuk menyebarkan pengumuman penting dan kata-kata pendorong. Beberapa orang memandang teknologi digital yang masuk ke lingkungan gereja sebagai usaha untuk menjadi relevan atau "keren" dan menjangkau generasi yang lebih muda. Akan tetapi, jika Anda memperhatikan Kitab Suci dan panggilan Alkitab tentang pemuridan, gereja yang menjadi digital adalah jauh lebih dari sekadar relevansi; ini adalah mengenai ketaatannya kepada perintah Alkitab.

Digital itu alkitabiah

Perintah Yesus kepada kita dalam Kitab Suci jelas: "Karena itu, pergilah dan muridkanlah semua bangsa, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus" (Mat. 28:19, AYT). Dalam Kis. 1:8, Dia memberi kita strategi untuk memuridkan: "Akan tetapi, kamu akan menerima kuasa ketika Roh Kudus telah datang kepadamu dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian bumi paling ujung."

Pemuridan diawali dengan menjadi saksi dalam pengaruh lingkaran konsentris kita.
Komunitas lokal kita (Yerusalem).
Komunitas lokal-di dekat kita (Yudea dan Samaria).
Komunitas global (ujung bumi).
Pemuridan menjadi efektif jika kita dengan sengaja dan nyata menjangkau ke dalam tiga area ini dengan kasih Kristus. Untuk melakukannya, kita harus tahu di mana komunitas kita itu.

Di manakah komunitas Anda?

Di Amerika Serikat, 207 juta orang memiliki ponsel pintar dan kemampuan untuk menerima video HD dan konten digital. Secara global, jumlahnya adalah 2,16 miliar. U.S. Census Bureau melaporkan (2013) bahwa 74,4% dari orang Amerika memiliki akses ke internet. Persentase orang Amerika yang sekarang memiliki smart TV adalah lebih dari 49%.

Orang-orang melakukan aktivitas daring, melihat video secara langsung dalam perangkat mobile mereka dan di rumah. Jika kita ingin bertemu dengan mereka di mana mereka berada, kita harus muncul di layar mereka. Kita harus membawa komunitas gereja kita secara daring, bukan karena kita ingin menjadi relevan dan keren, melainkan kita menganggap serius panggilan untuk memuridkan.

Strategi Digital

Agar suatu gereja menggunakan teknologi digital dengan efektif, gereja tersebut harus memiliki strategi digital yang tepat.

Kesalahan umum dalam strategi digital bagi gereja adalah menerima terlalu banyak dengan terlalu cepat. Setiap gereja perlu memulai dari mana ia berada dan membangun strategi digital dari bawah ke atas. Life.Church, yang bertempat di Oklahoma City, telah menjadi yang terdepan dalam gerakan digital dari gereja-gereja selama lebih dari satu dekade. Bagian utama dari strategi mereka adalah mengembangkan dan menumbuhkan komunitas aktif di Life.Church Online, gereja daring yang pertama kali mereka luncurkan pada 2006. Sejak itu, Life.Church Online telah berkembang menjadi lebih dari 100.000 pengikut setiap minggunya.

Namun, Life.Church tidak mulai sebagai badan yang berkembang secara teknologi. Faktanya, sebelum Pendeta dan Pemimpin Inovasi, Bobby Gruenewald, menjadi staf pada 2001, Life.Church bahkan tidak menggunakan email.

Dengan latar belakang teknologi dan bisnis, Gruenewald kemudian melakukan brainstorming tentang bagaimana gereja bisa menggunakan teknologi untuk menjangkau dan memuridkan orang-orang. Setelah email dibangun dengan kuat, pada langkah selanjutnya, dia berkata, adalah membagikan konten: "Kami berkembang dari itu untuk membuat konten kami tersedia dan secara luas bisa didapatkan dengan gratis. Kami memiliki video dan audio, streaming, berdasarkan permintaan, podcasts downloads, apa pun yang tersedia saat itu ... intinya, kami ingin memiliki ketersediaan yang tinggi dari pengajaran dan setiap konten yang kami hasilkan."

Setiap kemajuan gereja melalui wilayah digital adalah berbeda dan sangat diperlukan, tetapi Digital Maturity Model menyediakan tinjauan luas tentang strategi digital. Cari tahu di mana gereja Anda hari ini, dan kerjakan cara Anda di seputar lingkaran itu.

Audio Podcasts/Audio Streaming

Sebelum Anda membeli sebuah kamera, kuasai seni audio. Mulailah memasang khotbah setiap minggu secara daring yang tertata, mudah didapat, dan berkualitas tinggi. Anda tidak akan siap untuk video atau streaming (mengunggah rekaman secara daring - Red.) kecuali Anda memiliki urutan langkah ini.

Video Berdasarkan Permintaan

Begitu kualitas siaran audio Anda bagus, Anda bisa mulai memikirkan tentang video. Berinvestasilah pada perlengkapan yang tepat dan mulailah mencoba dengan membuat film dari khotbah minggu dan memasangnya di website Anda sehari setelahnya.

Siaran Langsung di Media Internet

Ketika sebuah gereja telah sukses memasang audio dan video secara daring dan merasa siap untuk langkah selanjutnya, inilah waktu untuk mulai melakukan live streaming kebaktian minggu dan acara-acara lainnya. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melibatkan komunitas Anda dan membuat mereka merasa seolah-olah berada di gereja pada hari-hari saat mereka tidak bisa ke gereja.

Mengunggah Siaran Melalui Layanan yang Populer

Over the top (OTT) streaming sederhananya adalah melakukan siaran langsung ke medium-medium seperti Amazon Fire TV, Roku, and Apple TV. Dengan menambahkan saluran Anda ke layanan-layanan ini, Anda akan mampu menjangkau pemirsa yang lebih luas.

Studi yang Terintegrasi

Langkah selanjutnya setelah melakukan live stream OTT adalah menggunakan live stream pada level yang lebih mendalam dengan streaming konten pada hari-hari biasa bagi mereka yang ingin lebih memperdalam iman mereka. Misalnya, mungkin sebuah video dari pendeta tentang khotbah Minggu atau konten video untuk studi kelompok kecil.

Gereja Daring

Ini adalah yang tertinggi dalam teknologi live stream untuk gereja. Gereja daring adalah gereja kampus virtual dengan kebaktian tiap hari selama sepekan, memiliki stafnya sendiri, dan kemampuan untuk melakukan percakapan daring. Setelah menguasai audio, video, dan siaran langsung, beberapa gereja memutuskan untuk melompat menjadi gereja daring penuh-waktu.

Pada hari ini, Life.Church telah secara penuh melakukan semua model kedewasaan digital. Dengan menggunakan teknologi siaran langsung, Life.Church Online saat ini akan memberikan semua yang diberikan oleh gereja dalam dunia nyata tanpa harus melangkahkan kaki ke pintu gereja: beribadah, berdoa, memberi persepuluhan, melayani, dan bahkan kelompok kecil.

Meskipun tergoda untuk terkagum-kagum dengan teknologi yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh Life.Church, Gruenewald menekankan bahwa teknologi hanyalah sebuah alat untuk tujuan Injil. "Hal seperti gereja daring atau pelayanan daring bukanlah tentang teknologi," katanya. "Itu benar-benar tentang orang-orang. Teknologi hanyalah sebuah alat yang Anda gunakan untuk mengumpulkan orang-orang, untuk berkomunikasi dengan orang-orang, (atau) untuk menolong menghubungkan dengan orang-orang, yang tidak akan secara fisik terhubung dengan Anda dengan cara lainnya.

"Saya setuju bahwa gereja harus memetakan sebuah strategi yang sesuai dengan kemampuan mereka pada tingkatan tertentu, tetapi saya juga tidak terlalu sepakat untuk meyakini bahwa orang-orang harus mundur ke belakang dan melakukan hal yang sama untuk mendapatkan kemajuan. Oleh karena teknologi memiliki kemampuan melampaui yang luar biasa ini, yang dibangun ke dalamnya, seseorang bisa menjadi seperti hari ini dan melakukan jauh lebih banyak dari apa yang dahulu kami kerjakan saat kami memulainya. Dan, itu jauh lebih mudah dikerjakan hari ini dibandingkan ketika kami melakukan itu sebelumnya."

Gereja Daring

Belum pernah ada yang lebih mudah dibandingkan digital bagi gereja. Itu juga lebih murah daripada sebelumnya.

Apa Langkah Anda Selanjutnya?

Memuridkan jelas adalah perintah dari Alkitab. Gereja diperintahkan untuk mulai memuridkan dalam komunitas lokal mereka, kemudian komunitas lokal di dekat mereka, dan akhirnya pada komunitas global. Untuk melakukan itu pada tahun 2016, gereja harus pergi ke komunitas yang sudah ada: daring.

Mungkin gereja Anda siap untuk melakukan siaran langsung. Mungkin gereja Anda saat ini sedang mulai untuk memasang khotbah-khotbah secara daring. Di mana pun Anda berada dalam perjalanan digital Anda, adalah sangat penting untuk memiliki perencanaan strategi digital. Anda tidak perlu melompat langsung ke gereja daring. Lakukan apa yang tepat untuk komunitas Anda dan lakukan apa yang masuk akal.

"Menurut saya, Allah menempatkan kita semua di sini pada waktu ini dalam sejarah untuk sebuah tujuan," kata Gruenewald. "Kita harus menjadi bagian dari waktu yang menyenangkan ini, saat ada lebih banyak orang yang lebih bersemangat dibandingkan sebelum-sebelumnya, dan kita memiliki peralatan dan teknologi yang luar biasa yang bisa merajut kita bersama sebagai sebuah populasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia."

Perintahnya jelas. Teknologinya ada. Komunitasnya menunggu. Apakah gereja Anda siap dan bersedia untuk menjadi bagian dari sejarah? (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : MinistryTech
Alamat situs : https://ministrytech.com/mobile/discover-the-digital-great-commission
Judul asli artikel : Discover The Digital Great Commision
Penulis artikel : Mediafusion
Tanggal akses : 12 Oktober 2018
 

PROFIL SUKU
Tolaki, Konawe di Indonesia

Profil

Populasi Bahasa Utama Agama Terbanyak
335.000 Tolaki Islam (94.00%)
Kristen Protestan Kemajuan
2.00% 0.98% -
Ukuran Kemajuan
-

Pendahuluan/Sejarah

Suku Tolaki

Suku Tolaki tinggal di beberapa wilayah di kabupaten Kendari dan Kolaka di provinsi Sulawesi Tenggara. Mereka merupakan suku terbesar di Sulawesi Tenggara. Menurut sejarah, terdapat dua kerajaan terbesar, yaitu: Kerajaan Mekongga di pesisir barat dan Kerajaan Konawe di sebelah timur. Bahasa Tolaki merupakan bagian dari kelompok linguistik yang lebih luas yang disebut subkeluarga Bungku-Tolaki Barat. Di dalam subkeluarga ini, bahasa Tolaki berkaitan erat dengan bahasa-bahasa Waru, Rahambuu, dan Kodeoha. Bahasa Tolaki memiliki dua dialek utama, Konewa dan Mekongga, dan beberapa dialek lebih kecil, seperti Wiwirano, Asera, dan Laiwui.

Seperti Apakah Kehidupan Mereka?

Suku Tolaki terkenal dengan kemandiriannya dan memiliki gaya hidup yang sederhana. Selain bertani di ladang yang tidak teririgasi, sebagian besar suku ini hidup dengan hasil hutan alami yang terdapat di hutan Sulawesi yang luas dan bervariasi di wilayah itu. Oleh karenanya, ada frasa demikian: "Bagi suku Tolaki, jika Anda sudah memiliki sebuah rumah, sagu, dan ikan untuk hari itu, sudah cukup!" Dalam perkembangan kota Kendari, identitas suku Tolaki sebagai "orang rumahan" (orang yang bertanggung jawab) masih terasa. Tarian Lulo, yang adalah tarian tradisional Tolaki, menyoroti kesatuan dan persaudaraan yang begitu terasa dalam perayaan pernikahan atau upacara resmi pemerintahan. Penampilan fisik suku Tolaki sangat mirip dengan suku Dayak di Kalimantan, yaitu: berkulit putih, bermata sipit, dan berambut hitam lurus. Suku Tolaki menjunjung tinggi kedamaian dan menghindari konflik yang digambarkan di dalam kalung yang dianyam dari rotan, yaitu kalosara. Kalosara dengan nilainya yang mulia dan memiliki arti simbolis, bersamaan dengan gong dan tanaman padi (yang adalah simbol kemakmuran) telah menjadi simbol ikonik dari kota Kendari dan terlihat di seluruh wilayah itu.

Apakah Kepercayaan Mereka?

Secara umum, suku Tolaki adalah Muslim, tetapi kepercayaan tradisional animistik sangat kental. Mereka masih melakukan beberapa upacara religius yang mencerminkan pandangan animistik nenek moyang mereka, misalnya upacara monohu khau (memotong padi). Orang Tolaki Kristen menjadikan upacara ini sebagai cara di depan publik untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang baik. Upacara lain (manahu udhan) dilakukan di lapangan terbuka selama tiga malam berturut-turut dan dipimpin oleh seorang dukun yang juga disebut sebagai mbusehe (sebutan untuk dukun dalam bahasa lokal). Biasanya, diadakan pada September, semalam sebelum dan semalam setelah bulan purnama penuh. Satu-satunya penerangan yang digunakan adalah sinar bulan purnama. Lalu, orang-orang yang hadir, terutama para petani Tolaki, menari bergandengan tangan mengelilingi struktur pengganti sementara yang menahan gendang dan alat-alat musik lainnya (nilavaka). Pada akhir hari itu, yakni dini hari, upacara persembahan musehe dilakukan oleh shaman. Selain itu, ada upacara makan selama tujuh hari (meosambaki), dan juga mekui atau mosere curu (memotong rambut bayi yang berumur tujuh bulan), yang juga disebut dengan mee eni untuk anak-anak yang berusia 15 tahun.

Apakah Kebutuhan Mereka?

Suku Tolaki yang tinggal di daerah kota memiliki standar hidup yang memadai. Namun, mereka yang tinggal di pedesaan masih terisolasi karena kurangnya transportasi umum. Pengembangan infrastruktur transportasi akan bermanfaat untuk mengalirkan barang-barang dan pelayanan ke desa-desa Tolaki yang terpencil dan meningkatkan taraf hidup mereka. Juga akan memudahkan orang-orang untuk membawa pesan ke daerah-daerah mereka yang terpencil. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Joshua Project
Alamat situs : https://joshuaproject.net/people_groups/15540/ID
Judul asli artikel : Tolaki, Konawe in Indonesia
Penulis artikel : Tim The Joshua Project
Tanggal akses : 16 Oktober 2017
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-JEMMi.
misi@sabda.org
e-JEMMi
@sabdamisi
Redaksi: N. Risanti, Lena L., Nikos, dan Yulia Oeniyati
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org