Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2014/01

e-JEMMi edisi No. 01 Vol. 17/2014 (28-1-2014)

Kovenan Abraham (I)


Januari 2014, Vol.17, No.01
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Kovenan Abraham (I)
No. 01, Vol. 17, Januari 2014

Shalom,

Selamat Tahun Baru! Selamat bertemu kembali dengan e-JEMMi. Mari kita memulai 
tahun yang baru ini dengan sebuah tekad untuk melayani Tuhan lebih giat lagi. 
Untuk itu, pada edisi e-JEMMi ini, kami ingin mengajak Pembaca sekalian untuk 
kembali menghayati Amanat Agung yang sudah dipercayakan kepada kita oleh Tuhan 
Yesus sambil memandang kembali nubuatan dan janji Allah kepada Abraham.

Kiranya apa yang kami sajikan dalam edisi ini semakin menguatkan dan meneguhkan 
iman kita dalam menjalani panggilan untuk melayani Dia. Tuhan Yesus memberkati!

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >


   ARTIKEL MISI: APA YANG DIKATAKAN PERJANJIAN LAMA TENTANG PELAYANAN MISI?

Misi ilahi adalah dasar dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan tentu saja 
menjadi dasar bagi pelayanan misi. Jadi, salah satu teks paling awal yang akan 
kita cermati berkaitan dengan hal itu adalah catatan yang terdapat dalam kitab 
Kejadian pasal 12 karena di dalam catatan itulah, kita menemukan penyataan 
Yahweh yang dahsyat kepada Abraham, yaitu ketika Ia menyingkapkan kepada Abraham 
janji kovenan yang dimulai dari pihak Allah. Di dalam kovenan itu, yang secara 
spesifik tercatat dalam Kejadian 12:1-3, Tuhan Allah membuat tiga janji kepada 
Abraham yang diulangi-Nya di beberapa peristiwa dalam kehidupan Abraham, Ishak, 
dan Yakub. Dalam janji-Nya itu, Allah mengatakan bahwa Ia akan memberkati 
Abraham secara personal. Dengan demikian, di dalam janji itu, kita dapat melihat 
adanya berkat yang unik; suatu berkat yang akan diterima oleh Abraham saja.

Pada saat itu, Abraham tidak memiliki keturunan sebab istrinya mandul. Namun, 
kita membaca bahwa Allah berjanji akan melipatgandakan keturunannya dan 
menjadikan mereka sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai. Inilah 
metafora yang dipakai untuk menggambarkan berkat yang unik bagi Abraham. Akan 
tetapi, ucapan janji itu juga berisi janji berkat bagi sebuah bangsa dengan 
implikasi geografis. Allah berjanji bahwa Abraham akan menduduki gerbang-gerbang 
kota musuhnya, bahwa ia akan menjadi sebuah bangsa yang besar, dan bahwa 
keturunannya akan menaklukkan tanah yang sekarang kita sebut sebagai "Tanah 
Perjanjian", yaitu sebuah wilayah yang dijanjikan Allah kepada Abraham. Jadi, di 
dalam janji Allah itu, ada tiga cakupan berkat: sebuah berkat yang unik yang 
diperuntukkan hanya untuk Abraham, sebuah berkat dalam cakupan nasional (bangsa 
Israel), dan sebuah berkat rohani yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa di muka 
bumi dalam Kejadian 12:3 yang berkata, "... dan olehmu semua kaum di muka bumi 
akan mendapat berkat." [bandingkan dengan Kejadian 22:18, 26:24, 28:14]

Karena itulah, catatan dalam Kejadian pasal 12 menjadi teks yang penting dan 
kembali diulang pada beberapa peristiwa penting dalam Perjanjian Lama, misalnya 
dalam Kejadian 22:17-18. Dalam dua ayat itu, Allah mengatakan beberapa perkataan 
ini, "... Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu 
sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut," itu 
adalah berkat bagi Abraham. Kedua, Allah berkata, "... keturunanmu itu akan 
menduduki kota-kota musuhnya." Ini adalah bagian kedua dari berkat itu, berkat 
untuk bangsa Israel. Dan, yang terakhir, "Oleh keturunanmulah semua bangsa di 
bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." Jadi, tiga 
bagian dari janji Allah ini (berkat untuk Abraham, berkat secara nasional, dan 
berkat rohani bagi segala bangsa) diulang dalam kata-kata yang sama kepada Ishak 
di Kejadian 26:3, kepada Yakub di Kejadian 28:13-14, dan diulang beberapa kali 
lagi dalam Pentateukh.

Ada yang menarik ketika kita membaca pasal pertama dari kitab Ulangan. Pada 
peristiwa yang terjadi 400 tahun setelah Allah memberikan janji-Nya kepada 
Abraham, kita melihat Musa berdiri di depan seluruh umat Israel dan berkata di 
hadapan bangsa itu ketika mereka hendak memasuki Tanah Perjanjian: "TUHAN, 
Allahmu, telah membuat kamu banyak dan sesungguhnya, sekarang kamu sudah seperti 
bintang-bintang di langit banyaknya." (Ulangan 1:10) Dari kalimat ini, kita bisa 
menyimpulkan bahwa Musa mengakui bahwa bagian pertama dari janji Tuhan telah 
digenapi-Nya ketika bangsa itu masih berada di Mesir. Akan tetapi, tujuan akhir 
Allah dalam melipatgandakan keturunan Israel di Mesir bukanlah agar mereka 
menjadi budak untuk selamanya. Zaman perbudakan di Mesir yang berlangsung selama 
430 tahun itu akan memasuki babak baru, yaitu sebuah panggilan untuk menaklukkan 
sebuah wilayah. Maka, dimulailah suatu proses panjang perjuangan bangsa Israel 
yang khususnya tercatat dalam kitab Yosua. Dalam kitab itu, kita dapat membaca 
bahwa akhirnya, bangsa Israel dapat merebut hampir seluruh wilayah geografis 
Kanaan. Bangsa ini akhirnya mendapatkan tanah yang telah Allah janjikan kepada 
Abraham.

Yang menjadi masalah adalah bagian ketiga dari janji itu, yaitu berkat rohani 
untuk semua bangsa. Bagian ini menjadi sesuatu yang sulit bagi bangsa Israel 
karena mereka lebih sering sibuk mempertahankan wilayah yang sekarang telah 
menjadi milik mereka itu. Pada akhirnya, bangsa Israel pun mengalami pembuangan, 
dan karena itulah mereka semakin sulit memahami implikasi global atas panggilan 
mereka sebagai umat Allah.

Saya ingin menggarisbawahi bahwa dalam suatu penelitian yang lebih mendalam, 
kita tidak hanya dapat menemukan janji ini dalam kitab Musa, tetapi juga di 
dalam kitab para nabi dan tulisan-tulisan suci lainnya. Misalnya saja dalam 
Mazmur 2. Dalam pasal itu, kita melihat bangsa-bangsa yang seharusnya menerima 
berkat yang telah Allah janjikan justru bersatu melawan Allah (Yahweh) dan Yang 
Diurapi-Nya (Mesias). Di akhir pasal yang indah ini, kita dapat melihat janji 
Allah kepada Anak-Nya bahwa Ia tidak hanya akan menyelamatkan Israel, tetapi 
juga menggenapi suatu agenda yang lebih luas lagi; penggenapan misi Allah. Dalam 
firman-Nya, "... bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, 
dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu," Allah menunjukkan bahwa Ia akan memberkati 
semua bangsa. Penggenapan janji itu digenapi-Nya dengan berbagai cara dalam 
zaman Perjanjian Lama.

Janji itu tidak hanya muncul dalam kitab Musa dan tulisan-tulisan suci, tetapi 
juga dinyatakan oleh para nabi dan melalui sejumlah contoh dan para pemimpin 
Israel yang mengenali pengharapan bahwa jika Allah adalah Tuhan yang memberkati 
mereka, maka Ia juga yang akan membawa mereka kepada pemenuhan janji itu. Mari 
kita lihat Yesaya 49:6, teks yang juga dikutip dalam Perjanjian Baru ini 
memberikan pemahaman yang mendalam tentang visi Allah bagi manusia. Sama seperti 
dalam Mazmur 2, di Yesaya 49:6 ini terjadi dialog antara Tuhan Allah dengan 
Hamba-Nya yang Menderita, yang sekarang kita ketahui adalah Yesus Kristus. Kata 
Allah kepada Hamba itu, "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, 
untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang 
masih terpelihara. Tetapi, Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-
bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." Teks ini 
menjadi penting karena pada saat itu, bangsa Israel tidak hanya sedang 
menghadapi hilangnya bagian kedua dan ketiga dari kovenan Abraham, tetapi juga 
karena mereka akan menghadapi masa pembuangan. Akan tetapi, dalam keadaan yang 
sulit seperti itu pun, penglihatan Yesaya memperlihatkan bahwa mereka tidak 
hanya akan dipulihkan, tetapi juga terlibat dalam sebuah visi yang lebih agung 
lagi, yaitu untuk memberkati semua bangsa di muka bumi!

Dalam Perjanjian Baru, visi Allah itu semakin nyata. Rasul Paulus, misalnya, 
ketika ia berbicara tentang perjalanan misinya untuk melayani orang-orang non-
Yahudi, ia mengutip teks dari Yesaya 49:6 itu secara spesifik: "Sebab inilah 
yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi 
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan 
sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 13:47) Jadi, sang rasul memahami bahwa 
janji Mesianik yang dipenuhi oleh kedatangan Kristus itu diwujudkan dalam dunia 
melalui pekabaran yang kuat dan menekankan pentingnya peran gereja Tuhan di 
dalam dunia.

Jika kita mendalaminya dengan lebih saksama, kita dapat melihat proses 
terwujudnya hal itu. Jika Anda membaca Kisah Para Rasul pasal 13, Anda tentu 
dapat menemukan alasan mengapa Paulus mengatakan hal itu. Perkataan Paulus itu 
merujuk pada peralihannya dari melayani orang sebangsanya kepada panggilannya 
untuk melayani orang-orang non-Yahudi (Kisah Para Rasul 13:46). Dalam 
perkataannya itu, Paulus memakai kata ganti "kami", bukan "Kristus" karena ia 
mengerti bahwa awalnya, perintah itu memang ditujukan kepada Kristus, tetapi 
juga diteruskan kepada gereja-Nya yang setia kepada Amanat Agung.

Kesimpulannya, Perjanjian Lama juga berisi penekanan yang kuat mengenai hati 
Allah bagi bangsa-bangsa; bukan hanya Israel, tetapi juga terhadap bangsa-bangsa 
lain. Dan, isi hati Allah itu tidak hanya muncul di dalam kitab Musa, kitab para 
nabi, tetapi juga muncul dalam tulisan-tulisan suci di dalam Alkitab. (t/Yudo)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: BiblicalTraining.org
Alamat URL: https://www.biblicaltraining.org/blog/curious-christian/6-26-2012/what-does-old-testament-have-say-about-missions
Judul asli aritkel: What does the Old Testament have to say about missions?
Penulis: Timothy Tennent
Tanggal akses: 22 November 2013


                    RENUNGAN: PERJANJIAN ABRAHAMIK I

"Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta 
membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati 
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk 
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kejadian 
12:2–3).

- Kejadian 12:1-3

Ketika Adam melanggar perjanjian kerja, seluruh umat manusia diusir dari hadirat 
kemurahan Allah. Namun, Tuhan tidak puas meninggalkan kita dalam keadaan seperti 
itu. Sebaliknya, Ia memberlakukan perjanjian kasih karunia yang akan memperbaiki 
pelanggaran Adam. Perjanjian kasih karunia ini terbentang melalui serangkaian 
perjanjian yang lebih kecil berturut-turut. Yang pertama adalah perjanjian Nuh, 
yaitu saat Allah berjanji untuk menjaga stabilitas alam sehingga Dia bisa 
melaksanakan rencana penebusan-Nya.

Tidak ada tokoh Perjanjian Lama yang lebih terkait dengan perjanjian kasih 
karunia selain Abraham. Kepada orang inilah, Tuhan pertama kali menjelaskan 
bahwa dari Dia akan dijadikan umat yang besar milik kepunyaan-Nya sendiri. Dalam 
pertemuan dengan Abraham inilah, kita melihat salah satu contoh terbesar bahwa 
Allah, dan Allah saja, yang memastikan keberhasilan perjanjian itu.

Kita pertama membaca tentang Abraham dan janji-janji yang diberikan kepadanya 
dalam Kejadian 12:1-3. Tuhan sendiri turun ke tanah kafir, dan kemungkinan 
besar, keluarga kafir, dan memanggil Abram (ayat 1). Bahkan, sebelum perjanjian 
itu secara resmi diberlakukan, kasih karunia Allah sedang bekerja untuk menebus 
sebuah bangsa yang telah dipilih-Nya. Abram dijanjikan suatu negeri yang baik 
(ayat 1), suatu bangsa yang besar, nama besar, dan berkat besar yang akan 
diteruskan dari dia terlebih dahulu (ayat 2), dan kemudian ke seluruh bangsa di 
bumi (ayat 3).

Sekarang, mari kita melompat ke Kejadian 15:1-6, di mana dalam ayat 1 Allah 
berjanji akan memberikan Abram suatu upah yang sangat besar. Abram sedikit 
kecewa, bagaimanapun, dan menyiratkan bahwa upah dari Allah itu tidak baik untuk 
keluarganya karena ia tidak memiliki ahli waris alami (ayat 2-3). Allah menjawab 
bahwa Abram tidak perlu menjadikan hambanya sebagai ahli warisnya karena dia 
malah akan diberikan banyak keturunan (ayat 4-5).

Abram percaya bahwa ia akan diberi banyak keturunan dan diperhitungkan benar 
oleh Allah (15:6). Allah menyatakan Abram benar karena iman Abram kepada Allah 
yang pasti akan memenuhi janji-janji-Nya. Seperti Abram, Allah menganggap kita 
benar hanya karena iman kita kepada pribadi dan karya Yesus Kristus. Janji 
keturunan tidak terpenuhi sampai Abram sudah cukup tua (21:2). Ini menunjukkan 
kepada kita bahwa Abram harus mengandalkan Allah saja jika janji-janji 
perjanjian itu akan tergenapi.

Coram Deo

Kita tidak akan pernah mewujudkan kerajaan Allah sendiri. Kita, seperti Abraham, 
sangat bergantung pada Allah untuk penggenapan semua janji-Nya. Dia akan 
mewujudkannya dengan atau tanpa kita. Ketika Anda melayani Tuhan, ingatlah bahwa 
Tuhan dapat mendatangkan kerajaan tanpa Anda, tetapi dengan kasih karunia, Dia 
berkenan untuk memakai Anda juga.

Ayat-ayat untuk studi lebih lanjut

Keluaran 2:23–25
Yesaya 1:25–27
Yohanes 8:56–58
Galatia 3:29 (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Ligonier.com
Alamat URL: http://www.ligonier.org/learn/devotionals/abrahamic-covenant-i/
Judul asli artikel: Abrahamic Covenant I
Penulis: tidak dicantumkan.
Tanggal akses: 22 November 2013


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org