Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2013/01

e-JEMMi edisi No. 01 Vol. 16/2013 (4-1-2013)

Misi dan Antropologi 1


______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

Shalom,

Pemahaman antropologi sangat membantu para utusan Injil dalam 
pelayanan mereka. Lalu, apa kontribusi dan implikasi antropologi bagi 
para utusan Injil yang melayani masyarakat dalam konteks sejarah dan 
budaya yang berbeda? Dalam e-JEMMi edisi 01, kita akan melihat sejauh 
mana antropologi membantu kita memahami berita Alkitab. Selamat 
menyimak, Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Novita Yuniarti
< http://misi.sabda.org/ >


                      MISI DAN ANTROPOLOGI 1

Berita Alkitab dan Latar Kebudayaan

Ketika kita dipersiapkan untuk pelayanan misi, kita dilatih dengan 
baik tentang Alkitab dan berita misi. Ketika kita melaksanakan misi 
luar negeri, kita beranggapan bahwa begitu kita berhasil mempelajari 
bahasa lokal, kita bisa langsung berkhotbah dan masyarakat lokal akan 
memahami khotbah itu. Namun, kenyataannya tidak sama dengan apa yang 
kita pikirkan. Berkomunikasi secara efektif dalam kebudayaan yang 
berbeda, ternyata jauh lebih sukar daripada yang kita bayangkan. Lalu, 
apa yang kita butuhkan untuk mengatasi hal ini?

Jelas kita perlu memahami Injil dalam latar sejarah dan budayanya. 
Tanpa ini, kita tidak memunyai berita. Kita juga harus paham bahwa 
antara kita dan orang-orang yang akan kita layani terdapat perbedaan 
konteks sejarah dan budaya. Tanpa pemahaman ini, kita berada dalam 
bahaya karena kita hanya akan menyampaikan berita yang tidak berarti 
dan tidak relevan bagi fondasi masyarakat lokal.

Sering kali, kita hanya dididik supaya cakap dalam satu dari dua hal. 
Sebagai seorang Injili, kita menekankan pengetahuan Alkitab, tetapi 
jarang berhenti untuk meneliti masyarakat dan kebudayaan orang yang 
kita layani, sehingga berita yang kita sampaikan sering kali disalah 
mengerti dan "asing". Sebaliknya, kelompok Liberal lebih mementingkan 
pengetahuan mengenai latar belakang budaya kontemporer, tetapi tidak 
terlalu menganggap penting fondasi teologis yang kuat berdasarkan 
kebenaran Alkitab. Kelompok ini ada dalam bahaya kehilangan Injil.

Kita membutuhkan kedua pendekatan ini. Kita harus memahami berita 
Alkitab sekaligus mengenal keadaan zaman ini. Hanya dengan begitu, 
kita bisa membangun jembatan agar berita Alkitab menjadi relevan bagi 
dunia dan masyarakat zaman ini.

Kontribusi-Kontribusi Antropologis bagi Pelayanan Misi

Bagaimana kita bisa memahami berita Alkitab? Jelas, kita harus 
mempelajari Alkitab, teologia, dan sejarah gereja. Sebagai utusan 
Injil, kita harus mengembangkan keterampilan pelayanan kita, baik itu 
keterampilan berkhotbah, mengajar, obat-obatan, pengembangan, radio, 
atau menulis.

Bagaimana kita bisa mempelajari keadaan zaman sekarang? Antropologi, 
sosiologi, sejarah, dan pengetahuan sosial lainnya bisa menolong kita 
dalam hal ini. Bidang-bidang ilmu sosial itu menyediakan alat-alat 
yang dapat kita gunakan untuk mempelajari latar kebudayaan tempat kita 
melayani dan memberikan informasi tentang keadaan zaman ini. Semua ini 
dapat membantu kita dalam beberapa cara:

1. Antropologi memberikan pemahaman situasi lintas budaya. Penelitian 
   akhir-akhir ini menunjukkan bahwa manusia mengelola gagasan mereka 
   ke dalam blok-blok atau wilayah yang lebih besar. Misalnya, orang-
   orang di Amerika Utara memunyai banyak gagasan besar sehubungan 
   dengan Natal, tetapi mereka membaginya dalam dua konsep Natal yang 
   berbeda. Yang satu bernuansa ilahi; di sana mereka menempatkan 
   Yesus, Maria, Yusuf, malaikat-malaikat, orang-orang Majus, dan para 
   gembala. Yang lainnya bernuansa duniawi; mereka menempatkan 
   Sinterklas, rusa, pohon Natal, kaus kaki, dan hadiah-hadiah. Mereka 
   tidak mencampur kedua gagasan ini dalam pikiran mereka. Rudolf, si 
   rusa berhidung merah, tidak bersama dengan malaikat-malaikat dan 
   orang-orang Majus. Demikian pula Sinterklas tidak berada dalam satu 
   panggung dengan Yesus.

2. Antropologi memberi kita banyak pemahaman untuk mengerjakan tugas 
   misi yang khusus seperti penerjemahan Alkitab. Seperti para utusan 
   Injil, para antropolog harus mempelajari bahasa yang baru; yang 
   kebanyakan tidak memiliki bentuk tertulis, tata bahasa, kamus, atau 
   guru. Mereka mengembangkan teknik-teknik untuk mempelajari bahasa 
   dengan cepat dan tepat, melalui narasumber lokal dan menerjemahkan 
   berita-berita dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Metode-
   metode ini bermanfaat bagi para utusan Injil dalam mempelajari 
   bahasa dan menerjemahkan Alkitab. Para ahli antropologi juga telah 
   mempelajari masalah komunikasi lintas budaya, sehingga pemahaman 
   yang mereka peroleh dapat membantu para utusan misi untuk 
   menyampaikan Injil dengan risiko penyimpangan dan pemudaran arti 
   yang lebih kecil.

3. Antropologi menolong para utusan Injil untuk memahami proses 
   perubahan kepercayaan, termasuk perubahan sosial yang timbul ketika 
   orang-orang yang dilayani memutuskan menjadi orang Kristen. Manusia 
   adalah makhluk sosial. Mereka dipengaruhi oleh dinamika lingkungan 
   sosial. Karena itu, untuk memahami proses misi, seorang misionaris 
   harus terbiasa dengan mekanisme psikologis ini.


4. Antropologi dapat menolong kita untuk membuat Injil menjadi relevan 
   bagi para pendengarnya. Seperti yang telah kita lihat, ada jurang 
   yang sangat lebar antara kebudayaan zaman sekarang dengan konteks 
   sosiologi Alkitab. Untuk menjembatani jurang itu, kita perlu 
   memahami: (a) Penyataan Allah dalam latar belakang sejarah dan 
   budayanya dan (b) Manusia modern dalam lingkungan zaman ini. 
   Sebagian dari pemahaman yang kedua ini dapat kita peroleh melalui 
   ilmu sosial.

5. Antropologi membantu kita menghubungkan orang-orang di seluruh 
   dunia dalam semua keanekaragaman budaya mereka dan menolong kita 
   membangun jembatan pemahaman dengan mereka. Injil meruntuhkan 
   penghalang yang mengotak-ngotakkan manusia ke dalam kelompok Yahudi 
   dan Yunani, budak dan tuan, laki-laki dan perempuan, Dunia Kesatu 
   dan Dunia Ketiga, warga Amerika dan Rusia, "kami" dan "mereka". 
   Orang-orang Kristen disebut sebagai warga Kerajaan Allah, yang di 
   dalamnya semua orang dari semua bangsa dan budaya dibawa masuk ke 
   dalam persekutuan yang sama tanpa mengaburkan perbedaan etnologis 
   mereka.

Asumsi-Asumsi Teologi

Apa asumsi-asumsi teologis yang mendasari hal ini, khususnya ketika 
dihubungkan dengan tugas utusan Injil? Ini adalah sebuah pertanyaan 
yang penting karena kita tidak bisa menceraikan model antropologis 
kita dari pemahaman teologis kita. Jika kita melakukannya, maka secara 
tidak langsung kita memisahkan sifat manusia sebagai makhluk spiritual 
yang kekal dengan sifat manusia sebagai ciptaan yang sementara. 
Sejarah manusia haruslah dipahami dalam kerangka peristiwa kosmik yang 
lebih besar, dan model manusia antropologis kita harus bisa sesuai 
dengan kerangka teologis kita. Penyataan Alkitablah yang menyediakan 
fondasi terpenting bagi kita. Di atas dasar itulah kita membangun 
pemahaman sosial dan sejarah kita tentang manusia.

Misi Allah

Teologi misi harus dimulai dari Allah, bukan dari manusia. Teologi ini 
harus dimulai dengan sejarah kosmik tentang penciptaan, kejatuhan 
dalam dosa, dan penebusan Allah atas ciptaan-Nya. Di dalamnya harus 
terkandung penyataan diri Allah kepada manusia, inkarnasi Yesus 
Kristus di dalam sejarah, keselamatan yang tersedia melalui kematian 
dan kebangkitan-Nya, dan ketuhanan Kristus yang mutlak atas semua 
ciptaan. Sejarah umat manusia adalah pertama, (dan yang paling utama) 
kisah tentang misi Allah untuk menebus manusia berdosa yang mencari 
keselamatan, kemudian kisah Yesus yang datang sebagai utusan Injil, 
dan yang terakhir adalah kisah tentang Roh Kudus yang bekerja di dalam 
hati orang-orang yang mendengarkan-Nya.

Dalam konteks aktivitas Allah di dunia dan melalui sejarah inilah kita 
harus memahami tugas kita. Pelayanan misi adalah milik Allah 
sepenuhnya, kita hanyalah bagian dari itu. Rencana dan strategi kita 
tidak ada artinya, bahkan akan menjadi sesuatu yang merusak. Jika itu 
menghalangi, kita harus mencari bimbingan dan kekuatan dari Allah 
sendiri.

Kitab Suci yang Berotoritas

Alkitab adalah catatan yang penuh otoritas atas penyataan diri Allah 
kepada manusia. Alkitab adalah firman Allah dan kita membacanya bukan 
hanya untuk mendengar berita keselamatan Allah, melainkan juga untuk 
melihat bagaimana Dia berkarya di dalam dan melalui sejarah manusia 
untuk mencapai tujuan-Nya. Alkitab merupakan standar kita dalam 
mengukur semua kebenaran dan keadilan, semua teologi dan moral.

Alkitab adalah firman Allah. Tugas utama kita adalah menyampaikannya 
kepada orang-orang supaya mereka tahu dan memberi tanggapan 
terhadapnya. Kita mungkin terlibat dalam banyak hal -- berkhotbah, 
mengajar, menghibur, menyembuhkan, dan mengembangkan -- tetapi ini 
bukanlah bagian penting dari pelayanan misi Kristen jika tidak 
berdasarkan pada Firman dan tidak menjadi ungkapan dari Injil. Menjadi 
saksi bagi Injil melalui pernyataan dan gaya hidup adalah inti dari 
pelayanan misi.

Penyataan Allah selalu diberikan kepada manusia dalam konteks sejarah 
dan budaya yang khusus. Karena itu, untuk memahami Alkitab, kita harus 
menghubungkannya dengan waktu dan latar belakang asli saat penyataan 
itu diberikan. Bahkan Kristus sendiri datang sebagai Pribadi yang 
spesifik di dalam budaya Yahudi sekitar 2000 tahun yang lalu.

Kristosentris

Alkitab harus dipahami dalam kebenaran Yesus Kristus. Dia adalah pusat 
dari segala sesuatu yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Perjanjian Lama 
digenapi di dalam diri-Nya dan Perjanjian Baru bersaksi tentang diri-
Nya. Sebagai Anak Allah, Dialah wakil Allah yang sempurna. Sebagai 
manusia, Dialah Komunikator sempurna atas penyataan diri Allah kepada 
manusia. Karena itu, Kristus menjadi teladan bagi kita dan inkarnasi-
Nya adalah model pelayanan misi kita. Hal ini bukan berarti bahwa kita 
juga sanggup menyelamatkan dunia, melainkan kita harus berusaha 
menyamakan diri dengan orang-orang yang akan kita layani, sama seperti 
yang dilakukan-Nya. Tujuannya adalah supaya kita dapat memberitakan 
Kabar Baik tentang keselamatan dari Allah dalam cara yang dapat mereka 
mengerti.

Inti berita kita pun adalah Kristus. Beritanya adalah Kabar Baik 
tentang keselamatan dari Allah melalui kematian dan kebangkitan-Nya, 
serta panggilan untuk masuk ke dalam pemuridan kristiani. Berita yang 
kita bawa itu harus dimulai dari kesadaran yang penuh akan keberdosaan 
manusia dan berakhir dengan penyembahan, ketika semua makhluk yang di 
surga dan di bumi sujud menyembah Dia dan mengakui bahwa Yesus adalah 
Tuhan.

Pelayanan Roh Kudus

Pelayanan misi tidak bisa dipahami secara terpisah dari karya Roh 
Kudus yang berkesinambungan dalam hidup umat-Nya dan orang-orang yang 
mendengar Injil. Roh Kudus mempersiapkan hati kita untuk menerima dan 
menanggapi berita penebusan. Roh Kudus bekerja di dalam kita, membawa 
kedewasaan rohani dengan mengarahkan hidup kita pada Yesus Kristus. 
Melalui kuasa-Nyalah, kita melayani mereka yang terhilang, yang patah 
hati dan sakit, yang tertindas, yang kelaparan, dan yang tidak 
memiliki tempat tinggal.

Kerajaan Allah

Inti berita yang dibawa Kristus adalah tentang Kerajaan Allah, tempat 
Allah berkarya di antara ciptaan-Nya melalui sejarah untuk menebus 
dunia kepada diri-Nya. Pribadi Kristus adalah pusat dari karya 
tersebut, tetapi karya itu juga diluaskan oleh karya Roh Kudus dalam 
kehidupan manusia dan oleh karya Allah dalam kehidupan bangsa-bangsa, 
serta seluruh peristiwa yang terjadi di alam semesta. Cakupan misi 
Allah tidak hanya mencakup kerajaan-Nya di surga, tetapi juga 
kerajaan-Nya di bumi. Misi-Nya juga tidak hanya berkaitan dengan 
tujuan kekal manusia, tetapi juga berkaitan dengan kesejahteraan 
mereka di bumi, yaitu kebutuhan akan kedamaian, keadilan, kebebasan, 
kecukupan, dan kebenaran.

Gereja

Pusat Kerajaan Allah adalah gereja, umat Allah di tengah-tengah dunia. 
Melalui gereja, Tuhan menyatakan Injil kerajaan-Nya dan meneguhkan 
mereka yang memasuki kerajaan itu. Dalam pelayanan misi, kita 
membutuhkan teologi gereja yang kokoh sebagai tubuh, yaitu persekutuan 
orang-orang percaya yang setia. Gereja merupakan komunitas yang 
kritis, tempat tugas misi harus dipahami. Pelayanan misi bukanlah 
tugas perorangan, melainkan tugas gereja sebagai satu kesatuan.

Keimaman Semua Orang Percaya

Gereja merupakan tubuh yang hidup dan terdiri atas banyak anggota. 
Masing-masing anggota telah menerima karunia untuk digunakan demi 
kebaikan seluruh tubuh. Meskipun memiliki karunia yang berbeda-beda, 
anggota-anggota itu juga memunyai hak untuk datang kepada Allah dan 
bertanggung jawab untuk memahami firman-Nya dalam konteks gereja. 
Semua orang percaya adalah imam!

Ini adalah berita yang radikal dan memiliki implikasi yang besar bagi 
pelayanan misi. Hal ini juga berarti bahwa semua petobat di berbagai 
negara memunyai hak yang sama untuk membaca dan mengartikan Alkitab. 
Jika kita menyangkal hal ini, maka kita pun menyangkal karya Roh Kudus 
yang terus-menerus di dalam hidup mereka. Karena itu, tugas kita 
adalah memberi mereka Alkitab dan menolong mereka memahami firman 
Allah. Kita harus menjadi teladan bagi mereka sebagai umat Allah, 
untuk hidup dalam ketaatan pada firman-Nya. Tantangan kita adalah 
mengizinkan mereka untuk memunyai hak istimewa, sama seperti yang kita 
miliki, yaitu hak untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan 
itu.

Keimaman semua orang percaya menggerakkan kita untuk membedakan antara 
Alkitab, penyataan Allah kepada kita, dan teologi yang merupakan 
pemahaman manusia tentang penyataan itu di dalam konteks budaya dan 
sejarah yang berbeda. Jadi, kita berbicara tentang satu Alkitab, 
tetapi dengan teologi Calvin, Luther, Anabaptis, dan lainnya. Jadi, 
bisa dikatakan bahwa teologi Kristen berpijak pada penyataan Alkitab 
dan konteks sejarah serta budaya bangsa-bangsa yang mendengarkan 
beritanya.

Karena kita diberi hak untuk membaca dan menafsirkan Alkitab, maka 
tugas utama kita adalah tetap setia kepada kebenaran Alkitab. Hal ini 
diawali dengan eksegesis (pendalaman Alkitab) yang cermat, yaitu 
dengan memahami Alkitab dalam konteks budaya dan sejarahnya yang 
spesifik. Tugas kedua kita adalah melakukan hermeneutika (penafsiran), 
yaitu menemukan arti berita Alkitab bagi kita dalam latar budaya dan 
zaman kita, lalu menentukan tanggapan yang harus kita berikan. 
Meskipun berita Alkitab melampaui semua kebudayaan, tetapi pesan yang 
dikandungnya harus dapat dipahami oleh orang-orang yang hidup dalam 
lingkup budaya dan zaman mereka masing-masing. (tJing Jing)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: Anthropological Insights for Missionaries
Judul asli artikel: Missions and Anthropology
Penulis: Paul G. Hiebert
Penerbit: Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 1985
Halaman: 13 -- 19


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amy G., dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org