Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/49

e-JEMMi edisi No. 49 Vol. 15/2012 (4-12-2012)

Bukti Profil Diri Yesus 1

November 2012, Vol.15, No.48
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Bukti Profil Diri Yesus 1
No.49, Vol.15, Desember 2012

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: BUKTI PROFIL DIRI: APAKAH YESUS MEMUNYAI SEMUA ATRIBUT 
ALLAH? 1
DOA BAGI MISI DUNIA: AFGANISTAN
DOA BAGI INDONESIA: BANJIR MELANDA IBU KOTA

Shalom,

Jati diri seseorang merupakan sebuah papan pemberitahuan yang 
menjelaskan siapakah orang tersebut. Dalam berinteraksi, sangat 
penting untuk membaca papan pemberitahuan tersebut, sehingga kita 
yakin orang seperti apakah yang sedang berinteraksi dengan kita itu. 
Demikianlah juga interaksi kita dengan Yesus. Yesus merupakan Tokoh 
fenomenal yang tidak lekang oleh waktu. Begitu hebatnya sosok Yesus 
ini sehingga eksplorasi terhadap jati diri-Nya dilakukan sepanjang 
waktu, baik oleh orang yang beriman kepada-Nya maupun yang tidak. 
Klaim kesetaraan-Nya dengan Allah selalu saja mengundang seseorang 
untuk menyelidiki kebenarannya. Mungkin kita sendiri juga pernah 
memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang Yesus dalam pertumbuhan iman 
kita. Tentu saja, Allah tidak akan keberatan jika kita menyelidiki-
Nya; semakin dalam kita menyelidiki, semakin dalam kita mengenal Dia. 
Apa sajakah yang membuat kita yakin bahwa Yesus memiliki kesetaraan 
dengan Allah sehingga kita beriman kepada-Nya? Apakah kita sudah 
benar-benar menemukan alasan yang membuat Yesus bisa disejajarkan 
dengan Allah? Kiranya artikel berikut dapat menolong kita menemukan 
alasan tersebut. Selamat membaca.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >


                  ARTIKEL MISI: BUKTI PROFIL DIRI:
            APAKAH YESUS MEMUNYAI SEMUA ATRIBUT ALLAH? 1

Segera setelah delapan siswa keperawatan terbunuh di suatu apartemen 
di Chicago, satu-satunya korban selamat mendekati petugas polisi 
penggambar sketsa dengan gemetar. Dengan rinci, ia menggambarkan sang 
pembunuh yang dilihatnya dari tempat persembunyiannya di kolong tempat 
tidur. Sketsa itu dengan cepat muncul di seluruh penjuru kota -- di 
kantor polisi, rumah sakit, halte bus, dan bandara. Tidak lama 
kemudian, seorang dokter UGD menelepon detektif, mengatakan bahwa ia 
sedang merawat seorang pria yang mirip dengan buronan bermata tajam, 
yang tergambar dalam sketsa. Demikianlah kisah penangkapan seorang 
gelandangan bernama Richard Speck oleh polisi. Dia dinyatakan bersalah 
atas pembunuhan keji dan hidupnya berakhir di penjara 30 tahun 
kemudian.

Sejak Scotland Yard (kepolisian Inggris) beralih dari metode ingatan 
saksi ke metode sketsa tersangka pembunuhan pada tahun 1889, 
penggambar sketsa forensik memainkan peran penting dalam penegakan 
hukum. Saat ini, lebih dari tiga ratus penggambar sketsa bekerja 
dengan agen-agen polisi Amerika Serikat. Uniknya, konsep gambar sketsa 
ini dapat menyediakan sebuah analogi kasar, yang membantu kita dalam 
pencarian kebenaran tentang jati diri Sang Putra Natal.

Perjanjian Lama menyajikan sejumlah rincian tentang Allah yang 
menjabarkan secara spesifik seperti apa Dia. Sebagai contoh, Allah 
digambarkan sebagai Mahahadir, berada di semua tempat di alam semesta; 
Mahatahu, mengetahui segala sesuatu yang dapat diketahui dalam 
kekekalan; Mahakuasa, berkuasa atas segalanya; Mahakekal, berada di 
luar waktu dan sumber terciptanya waktu; dan Mahatetap, semua 
atributnya tidak berubah. Dia pengasih, kudus, benar, bijaksana, dan 
adil.

Sekarang, Yesus menyatakan diri sebagai Anak Allah. Namun 
persoalannya, apakah Dia memunyai semua karakteristik ilahi tersebut? 
Dengan kata lain, jika kita menyelidiki Yesus dengan cermat, apakah 
kemiripan-Nya benar-benar cocok dengan gambaran Allah yang kita 
temukan di bagian mana pun dalam Alkitab? Jika tidak, kita dapat 
menyimpulkan bahwa pernyataan diri-Nya sebagai Allah itu keliru.

Persoalan ini sangat rumit dan membingungkan. Contohnya, ketika Yesus 
menyampaikan khotbah di Bukit di luar kota Kapernaum, secara bersamaan 
Dia tidak berdiri di jalanan Yerikho. Oleh karena itu, dalam hal apa 
Dia dapat disebut mahahadir? Bagaimana Dia disebut mahatahu jika Dia 
dengan jujur mengaku dalam Markus 13:32 bahwa Dia tidak mengetahui apa 
pun tentang masa depan? Jika Dia mahakekal, mengapa Kolose 1:15 
menulis bahwa Dia adalah "yang sulung dari segala yang diciptakan?"

Sekilas, persoalan-persoalan tersebut tampak menyiratkan bahwa Yesus 
tidak menyerupai gambaran Allah. Namun demikian, kesan pertama bisa 
menipu. Hal inilah yang menjadi alasan saya menemui Dr. D.A. Carson, 
teolog, salah satu pemikir ternama dalam kekristenan, untuk membahas 
persoalan tersebut.

WAWANCARA: DONALD A. CARSON, PH.D

D.A. Carson, seorang profesor peneliti Perjanjian Baru di Trinity 
Evangelical Divinity School, telah menulis atau menyunting lebih dari 
empat puluh buku, termasuk "The Sermon on the Mount", "Exegetical 
Fallacies", "The Gospel According to John", dan karyanya yang 
memenangkan hadiah perlombaan "The Gagging of God". Dia meraih gelar 
S-3 dalam Perjanjian Baru di Cambridge University dan mengajar di tiga 
akademi dan seminari sebelum bergabung dengan Trinity pada tahun 1978.

Pertanyaan awal saya berpusat pada alasan utama Carson berpikir bahwa 
Yesus adalah Allah. Saya bertanya, "Apa yang Yesus katakan atau 
lakukan sehingga meyakinkan Anda bahwa Dia Allah?" Saya tidak yakin 
bagaimana ia akan menanggapi, meskipun saya menduga ia akan berfokus 
pada perbuatan-perbuatan ajaib Yesus. Saya keliru.

"Seseorang dapat merujuk pada beberapa peristiwa sebagai mukjizat-Nya, 
tetapi orang lain juga melakukan mukjizat. Jadi, hal ini mungkin suatu 
indikasi, bukan hal mutlak yang pasti. Tentu saja, kebangkitan adalah 
bukti akhir jati diri-Nya. Akan tetapi, dari banyak hal yang Dia 
lakukan, salah satu yang paling mencengangkan bagi saya adalah 
pengampunan-Nya atas dosa," jawab Carson.

"Benarkah? Bagaimana bisa begitu?" tanya saya.

"Intinya, jika Anda berbuat salah kepada saya, saya berhak memaafkan 
Anda. Akan tetapi, jika Anda berbuat salah kepada saya, lalu seseorang 
datang dan berkata, `Aku mengampunimu,` bukankah itu suatu hal yang 
kurang ajar? Satu-satunya orang yang dapat mengatakan hal semacam itu 
dengan penuh arti adalah Allah sendiri. Dosa, termasuk juga kesalahan 
terhadap orang lain, pertama dan terutama adalah suatu pelanggaran 
kepada Allah dan segala hukum-Nya. Ketika Daud berdosa dengan 
melakukan perzinaan dan merancang kematian suami seorang wanita, dia 
akhirnya berkata kepada Allah `Terhadap Engkau, terhadap Engkau 
sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat.` 
(Mazmur 51:6a) Daud menyadari bahwa meskipun ia berbuat salah kepada 
sesama manusia, pada akhirnya ia berdosa kepada Allah yang 
menciptakannya seturut gambar-Nya, dan Allah perlu mengampuninya. 
Demikianlah Yesus mendatangi orang-orang berdosa dan berkata, `Aku 
mengampunimu.` Orang-orang Yahudi segera menyadari penghujatan ini. 
Mereka bereaksi dengan berkata, `Siapa yang dapat mengampuni dosa 
selain Allah saja?` Menurut saya, inilah salah satu hal mencengangkan 
yang Yesus lakukan."

"Bukan hanya mengampuni dosa, melainkan Yesus juga menegaskan bahwa 
Dia sendiri tidak berdosa. Tentu saja, keadaan tidak berdosa adalah 
suatu atribut keilahian," saya menanggapi.

"Ya. Dalam sejarah Barat, orang-orang yang dianggap paling suci adalah 
orang-orang yang paling menyadari kesalahan dan dosa mereka. Merekalah 
orang-orang yang mengetahui kelemahan, nafsu, dan amarah yang mereka 
miliki. Mereka bergumul tentang hal itu dengan jujur oleh kasih 
karunia Allah. Nyatanya, mereka berhasil mengatasi pergumulan itu 
sehingga orang-orang lain memerhatikan dan berkata, `Betapa sucinya 
orang itu,`" jawabnya.

Meskipun kesempurnaan moral dan pengampunan dosa adalah karakteristik 
keilahian, ada beberapa atribut tambahan yang harus dipunyai Yesus 
jika Dia dianggap cocok dengan gambaran Allah.

MISTERI INKARNASI

"Dr. Carson, bagaimana Yesus bisa dikatakan mahahadir di dunia jika 
Dia tidak dapat berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan? 
Bagaimana bisa Dia mahatahu jika Dia berkata, `Bahkan Anak Manusia pun 
tidak tahu waktu kedatangan-Nya kembali`? Bagaimana bisa Dia mahakuasa 
jika keempat Injil dengan terus terang menceritakan bahwa Dia tidak 
mampu melakukan banyak mukjizat di kota asalnya? Kita akui saja: 
Alkitab sendiri sepertinya membantah Yesus itu Allah."

Carson mengakui bahwa pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab 
dengan sederhana. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan itu menyerang 
inti inkarnasi, yaitu hakikat peristiwa Natal -- Allah menjadi 
manusia, roh mengambil rupa dalam daging, sesuatu yang tak terbatas 
masuk dalam keterbatasan, sesuatu yang baka menjadi fana. Doktrin 
tersebut telah menyibukkan para teolog selama berabad-abad.

"Dalam sejarahnya, ada dua atau tiga pendekatan untuk hal ini. 
Contohnya, di akhir abad XIX, teolog Benjamin Warfield mempelajari 
Injil dan mengelompokkan berbagai hal, baik dalam sifat manusiawi 
Kristus maupun keilahian-Nya. Ketika Yesus melakukan sesuatu yang 
mencerminkan-Nya sebagai Allah, itu masuk ke dalam keilahian Kristus. 
Ketika ada sesuatu yang mencerminkan keterbatasan manusiawi --
contohnya, air mata; apakah Allah menangis? -- itu masuk ke dalam 
sifat manusiawi-Nya."

Menurut saya, penjelasan itu mengandung persoalan. "Dengan menjawab 
demikian, bukankah Anda akan sampai pada kesimpulan tentang Yesus yang 
mengidap skizofrenia? [gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang 
memengaruhi fungsi otak manusia, memengaruhi fungsi normal kognitif, 
emosional, dan tingkah laku. Red.]" tanya saya.

"Sangat mudah untuk tanpa sengaja terjerumus ke arah itu. Seluruh 
pernyataan pengakuan menegaskan bahwa baik sifat manusiawi maupun 
ilahi Yesus bisa dibedakan, namun kedua hal itu bergabung dalam satu 
pribadi. Jadi, Anda ingin menghindari solusi adanya dua pikiran 
manusiawi Yesus dan pikiran ilahi Kristus. Namun demikian, ini salah 
satu solusi. Solusi lainnya adalah `kenosis`, yang berarti 
pengosongan. Pendekatan ini beranjak dari tulisan Paulus dalam Filipi 
2 
-- `yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan 
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dimanfaatkan` -- demikianlah 
terjemahan yang disarankan -- `melainkan telah mengosongkan diri-Nya 
sendiri`. Dia menjadi tak dianggap."

Penjelasan yang sedikit ambigu bagi saya. "Dapatkah Anda membuatnya 
lebih jelas?" tanya saya. "Tepatnya, Dia mengosongkan diri dari apa?"

"Selama berabad-abad, orang-orang telah memberi berbagai jawaban atas 
pertanyaan itu. Misalnya, apakah Dia mengosongkan diri dari keilahian-
Nya? Jika demikian, Dia bukan lagi Allah. Apakah Dia mengosongkan diri 
dari atribut keilahian-Nya? Ada masalah juga dengan pendekatan itu 
karena memisahkan atribut dari kenyataannya itu sulit. Jika Anda 
memunyai seekor binatang menyerupai kuda, baunya seperti kuda, 
berjalan seperti kuda, dan memunyai semua atribut seekor kuda, berarti 
Anda memang memunyai seekor kuda. Jadi, saya tidak tahu apa artinya 
bagi Allah untuk mengosongkan diri dari semua atribut-Nya dan tetap 
adalah Allah. Beberapa ahli mengatakan bahwa Dia tidak mengosongkan 
diri dari semua atribut-Nya, tetapi Dia mengosongkan diri dari 
penggunaan atribut-atribut itu -- suatu jenis pembatasan diri. 
Jawabannya semakin dekat, meskipun ada saatnya itu bukanlah hal yang 
Dia lakukan -- Dia mengampuni dosa, yang hanya dapat dilakukan oleh 
Allah sebagai salah satu atribut keilahian-Nya. Yang lainnya 
menambahkan bahwa Dia mengosongkan diri dari kebebasan menggunakan 
seluruh atribut-Nya. Maksudnya, Dia berperan sebagai Allah jika Bapa-
Nya di surga memberinya persetujuan untuk melakukannya. Nah, kini 
semakin jelas. Kesulitannya adalah ada kesan bahwa Sang Anak selalu 
berbuat seturut dengan perintah Bapa-Nya. Anda tak bisa mengabaikan 
hal itu, bahkan di kekekalan masa lampau. Tetapi, hal ini semakin 
jelas," jawab Carson.

Saya merasa kami di dekat titik sasaran, tetapi tidak yakin kami bisa 
lebih akurat. Tampaknya, itu juga yang dirasakan oleh Carson.

"Jelasnya, Filipi 2 tidak memberi tahu kita dengan tepat Sang Anak 
mengosongkan diri dari apa. Dia mengosongkan diri-Nya; dia menjadi tak 
dianggap. Beberapa bentuk pengosongan diajukan, tetapi sejujurnya --
Anda berbicara tentang inkarnasi, salah satu misteri utama iman 
Kristen. Anda berurusan dengan Roh yang tidak berbentuk, tidak 
berwujud, mahatahu, mahahadir, dan mahakuasa; sekaligus makhluk yang 
terbatas, dapat disentuh, berwujud fisik, dan fana. Ketika salah satu 
bisa menjadi yang lain, Anda pasti dilingkupi misteri."

"Jadi, sebagian teologi Kristen bukanlah `menjelaskan seluruhnya`, 
tetapi berusaha mengambil bukti alkitabiah dan menampung semuanya 
dengan jujur, untuk menemukan cara membuat sintesis yang koheren dan 
masuk akal, bahkan jika semuanya bukanlah penjelasan yang tuntas. 
Itulah suatu cara unik untuk mengatakan bahwa para teolog dapat muncul 
dengan penjelasan yang tampak masuk akal, meskipun mereka mungkin 
tidak mampu menjelaskan setiap nuansa inkarnasi. Dalam beberapa hal, 
tampaknya masuk akal. Jika inkarnasi itu nyata, tidaklah mengejutkan 
bahwa pikiran yang terbatas tidak dapat memahami hal itu sepenuhnya."

Bagi saya, pengosongan diri secara sukarela oleh Yesus dari kebebasan 
menggunakan semua atribut-Nya semacam itu cukup wajar dalam 
menjelaskan, mengapa Dia tidak menunjukkan bahwa Dia mahatahu, 
mahakuasa, dan mahahadir dalam keberadaan-Nya di dunia. Padahal, 
Perjanjian Baru dengan jelas menyatakan bahwa semua kualitas tersebut 
pada akhirnya benar-benar dipunyai-Nya.

Namun demikian, hal itu hanyalah sebagian dari persoalan. Saya 
membalik halaman berikutnya dari catatan saya dan mengawali pertanyaan 
baru tentang cuplikan Alkitab, yang tampaknya langsung bertentangan 
dengan pernyataan Yesus sebagai Allah. (t/Dicky)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: The Case for Christmas
Judul asli artikel: The Profile Evidence: Did Jesus Fulfill the 
Attribute of God?
Penulis: Lee Strobel
Penerbit: Zondervan, Michigan 1998
Halaman: 55 -- 62


                DOA BAGI MISI DUNIA: AFGANISTAN

M harus menanggung hukuman mati karena ia telah meninggalkan agamanya 
yang lama dan menjadi pengikut Kristus.

Sembari dipukuli dan diperlakukan kasar, M terus berdoa dan menulis 
surat-surat. Dalam suratnya yang terakhir (13 Februari 2011), M yang 
telah diamputasi kakinya, ayah dari 6 anak ini mengatakan bahwa 
perwakilan dari kedutaan di Kabul mengunjunginya saat ia berada dalam 
penjara dan menawarkan suaka. Tetapi sesaat setelah mereka pergi, ia 
dipindahkan ke ruangan lain, di mana para petugas mencoba memaksanya 
untuk menyangkal imannya. Mereka berjanji akan membebaskannya dalam 
jangka waktu satu kali dua puluh empat jam setelah ia melakukan 
penyangkalan.

M menolak dan dikembalikan ke selnya. M berkata kepada mereka, "Saya 
tidak bisa menjadi pemeluk agama lain lagi. Doanya akhirnya terjawab 
setelah berlangsungnya tekanan diplomatis yang intens, pihak berwenang 
membebaskan M. Beberapa bulan setelah kebebasannya, M diizinkan 
meninggalkan Afganistan bersama istri dan anak-anaknya. Saat ini, 
keluarganya tinggal di suatu tempat. Seluruh anak-anaknya mendapatkan 
pendidikan yang layak, termasuk salah satu anaknya yang harus 
bersekolah di sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus.

Sumber: Buletin Fronline Faith, Edisi November - Desember 2012, 
Halaman 7

Pokok Doa:

1. Mengucap syukur untuk pembebasan M. Doakan agar M dan keluarga 
   tetap setia dalam mengikut Tuhan.

2. Berdoa bagi umat Kristen di Afganistan yang harus bertahan dalam 
   kesendirian, tanpa persekutuan dengan orang Kristen lain.


             DOA BAGI INDONESIA: BANJIR MELANDA IBU KOTA

Seiring meningkatnya curah hujan pada musim-musim penghujan ini, warga 
ibu kota di daerah rawan banjir harus selalu waspada dengan 
kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Menurut Dirjen Sumber Daya Air 
(27/11/2012), Mohammad Hasan, saat ini terdapat 78 wilayah di Jakarta 
yang rawan banjir. Ia mengatakan, pihaknya saat ini telah membuat 
rencana dan program-program terkait masalah ini. Selain pemerintah, 
warga juga telah berkomitmen untuk ikut berpartisipasi menghindari 
banjir, dengan cara tidak membuang sampah ke sungai. Beberapa warga di 
kawasan Sungai Ciliwung bahkan berinisiatif mengangkut sampah rumah 
tangga ke truk sampah setiap pagi. Namun, menurut berita terbaru 
(28/11/2012), Dinas Pekerjaan Umum Pemprov DKI menghentikan proyek 
pemeliharaan sungai sejak terjadi pergantian gubernur. Hal ini 
dikarenakan adanya Permendagri No. 21/2011 dan Permendagri No. 13/2006 
yang menyebutkan bahwa jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak 
(multiyears) tidak boleh melampaui akhir tahun masa jabatan kepala 
daerah. Masalah ini harus segera diselesaikan lewat kesepakatan dengan 
DPRD.

Dirangkum dari: http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1584/1/Banjir.2012

Pokok Doa:

1. Program pemeliharaan sungai dihentikan karena adanya UU 
   Permendagri. Hal ini buruk karena dapat memicu banjir. Berdoalah 
   kepada Tuhan Yesus supaya masalah ini dapat segera terselesaikan 
   oleh pihak terkait, sehingga program dapat terus berlanjut.

2. Ada 78 wilayah di Jakarta yang rawan banjir, khususnya daerah-
   daerah yang berada dekat dengan bantaran sungai. Mari kita berdoa 
   supaya pemerintah sigap dalam memberikan tindakan pencegahan banjir 
   di daerah-daerah tersebut, dengan rencana dan program yang telah 
   mereka siapkan. Berdoa juga supaya setiap rencana dan program 
   tersebut dapat rampung dalam waktu yang telah ditentukan, sehingga 
   tidak ada pihak yang dirugikan.

3. Mengucap syukur atas kesadaran para warga terhadap lingkungan dalam 
   rangka menanggulangi bencana banjir. Doakan supaya melalui 
   partisipasi mereka, kerja pemerintah semakin terasa ringan. Berdoa 
   pula supaya tindakan mereka dapat menjadi contoh yang baik dan 
   menularkan energi positif kepada warga di daerah lain.


                    "GOD PUT WORK INTO YOUR LIFE; 
              HE EXPECTS YOU TO PUT LIFE INTO YOUR WORK"


Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik 
Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org