Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/39

e-JEMMi edisi No. 39 Vol. 15/2012 (25-9-2012)

Bima di Indonesia

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Bima di Indonesia
No.39, Vol.15, September 2012

SEKILAS ISI
RENUNGAN MISI: NIKMATNYA KEMAPANAN
PROFIL BANGSA: BIMA DI INDONESIA
KESAKSIAN MISI: PENGALAMAN SAYA DENGAN KEBERANIAN
SUMBER MISI: PANAMA CHRISTIAN EVANGELISM (PCE)
STOP PRESS: PEMBUKAAN KELAS DISKUSI NATAL PESTA 2012

Shalom,

Di dunia yang dinamis, kemapanan menjadi suatu tantangan besar untuk
dikalahkan. Sementara individu mengupayakan kemapanan, dunia
menolaknya dengan selalu menawarkan sesuatu yang baru. Mengharapkan
pelayanan dari individu yang statis bagi dunia yang dinamis, tentu
membutuhkan kerja ekstra keras. Dalam dunia pelayanan, kemapanan juga
sering kali menjadi masalah utama bagi panggilan misi. Bagaimana
sebaiknya menyikapi hal ini? Artikel berikut ini kiranya dapat
memberikan tambahan informasi dalam melihat dan menyikapi perubahan.
Kami juga mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat mengenai suku Bima,
Nusa Tenggara Barat, serta pelayanan dari Panama Christian Evangelism
(PCE). Jangan lewatkan juga kesaksian dari salah satu anak-Nya, yang
akan semakin membuat kita bersyukur atas kebebasan beribadah di negara
kita -- Indonesia. Tuhan memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >

                  RENUNGAN MISI: NIKMATNYA KEMAPANAN

Pada dasarnya, dunia ini terus-menerus mengalami perubahan dan secara
insting manusia bereaksi terhadap perubahan tersebut. Perubahan adalah
keharusan, dan bereaksi terhadap perubahan adalah sifat dasar manusia.
Dari detik ke detik, perubahan terus berlangsung, setidaknya perubahan
dalam ukuran waktu. Hari ini tidak akan sama dengan hari esok dan hari
kemarin tidak akan sama dengan hari ini, demikian seterusnya.

Bertahan terhadap perubahan merupakan reaksi normal manusia karena
pada dasarnya bertahan dalam banyak hal, merupakan salah satu cara
untuk mempertahankan kemapanan diri. Penolakan terhadap perubahan
biasanya muncul apabila perubahan yang terjadi dianggap mengancam
eksistensi dan keselamatan. Namun, dalam banyak hal, sebenarnya
perubahan itu sendiri ternyata lebih baik dijalani ketimbang
dihindari. Lebih tegas lagi, perubahan memang tidak bisa dihindari.
Menyikapi perubahan adalah hal yang berat, sekalipun perubahan itu
terjadi dalam rangka menuju ke arah yang lebih baik. Manusia cenderung
menghindari perubahan dan lebih menyukai kemapanan.

Yesus menggagas perubahan dalam konsep talenta (Matius 25: 14-30).
Dalam perumpamaan tersebut, Yesus dengan jelas menceritakan dan
mengajarkan tentang makna dan tujuan perubahan. Tampak dalam ilustrasi
tersebut sifat dasar manusia dalam menghadapi perubahan, yakni
radikal, gradual, dan statis. Ketakutan terhadap perubahanlah yang
menyebabkan si penerima satu talenta mengembalikan talentanya; ia
merasa lebih menikmati kemapanannya. Tetapi meskipun ada sebagian
orang yang menolak perubahan, namun pada dasarnya sebagian besar
manusia menginginkannya.

Allah ingin agar kita menyerahkan secara total seluruh rencana hidup
kita ke bawah otoritas-Nya. Di sinilah, kita sering tergelincir sebab
kita kurang meyakini rencana Allah terhadap perubahan hidup kita.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena kedagingan kita masih menghasilkan
berbagai pikiran dan gagasan yang manusiawi. Di samping itu, Iblis pun
sangat gigih untuk memengaruhi jalan pikiran kita.

Diambil dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, Januari 2007
Penulis: Drs. Elisa B. Surbakti, M.A.
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2007
Halaman: 12

                     PROFIL BANGSA: BIMA DI INDONESIA

Pendahuluan/Sejarah

Orang-orang Bima (disebut juga orang Mbojo) hidup di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, di dataran rendah yang rata di Kabupaten Bima dan
Kabupaten Dompu di bagian timur Pulau Sumbawa serta di Pulau Sangeang.
Meskipun garis pantainya panjang, dilekuk oleh teluk-teluk, namun
penduduknya tidak berorientasi ke laut dan hampir semua desanya
terletak sejauh lebih dari 5 kilometer dari pantai. Bagian utara
wilayah mereka memiliki tanah yang subur, sementara bagian selatannya
tandus dan gersang. Orang-orang Bima juga disebut orang-orang "Oma"
(berpindah) karena mereka melanjutkan pola hidup yang sering
berpindah-pindah. Bahasa orang-orang Bima (kadang-kadang disebut
"Nggahi Mbojo") meliputi dialek-dialek Bima, Bima Donggo, dan
Sangeang.

Seperti Apa Kehidupan Mereka?

Mata pencaharian utama orang-orang Bima adalah pertanian lahan kering,
namun mereka juga mengerjakan pertanian padi beririgasi dengan
menggunakan suatu sistem irigasi yang disebut "panggawa". Orang Bima
juga terkenal karena mereka beternak kuda. Wanita-wanita Bima ahli
dalam menganyam tikar dari bambu dan daun kelapa sawit, serta menenun
kain yang dikenal dengan sebutan "tember nggoli". Sebuah perkampungan
orang Bima dinamakan "kampo" atau "kampe" dan dipimpin oleh seorang
pemimpin desa yang disebut "neuhi". Ia dibantu oleh sekelompok tua-tua
dari keluarga yang sangat dihormati. Posisi kepemimpinan diwariskan
dari generasi ke generasi di antara keturunan pendiri desa.
Orang-orang Bima tidak benar-benar tertutup dari pengaruh luar. Dulu,
pendidikan sekolah dianggap berlawanan dengan adat mereka, namun
sekarang mereka mendukung pendidikan dari sekolah dasar hingga
universitas. Mereka cenderung menganggap pengaruh-pengaruh dari luar
sebagai sesuatu yang baik, khususnya budaya dan teknologi.

Apa Keyakinan Mereka?

Meskipun mayoritas orang Bima memeluk Islam dan dikenal sangat setia
kepada agama, mereka juga masih percaya kepada roh-roh dan melanjutkan
praktik-praktik animistis. Masih ada banyak cenayang di antara
masyarakat. Banyak orang Sumbawa yang mengaku sebagai orang Islam,
bergantung pada nasihat dan bantuan para cenayang ini, khususnya pada
saat-saat sulit. Orang-orang Bima takut dengan roh Batara Gangga
(pemimpin para dewa dengan kuasa terbesar), Batara Guru, Idadari
Sakti, dan Jeneng, juga terhadap roh-roh Bake, dan Jin yang tinggal di
dalam pohon-pohon, gunung yang amat tinggi, dan diyakini memiliki
kuasa untuk mendatangkan penyakit dan bencana. Mereka juga percaya
pada sebuah pohon supernatural yang besar, yang terletak di Kalate dan
di Murmas, yang merupakan tempat tinggal khusus dari dewa-dewa Gunung
Rinjani, juga tempat tinggal khusus bagi Batara dan dewa-dewi yang
lain. Kepercayaan-kepercayaan asli orang-orang Bima disebut "pare no
bongi", mengacu pada keyakinan kepada roh-roh nenek moyang mereka.
Pada tahun 1930-an, ratusan orang Bima di daerah pegunungan Dompu
mendengar berita Injil dan menanggapinya. Saat ini, ada empat desa
pegunungan yang penduduknya adalah orang Kristen. Orang-orang ini
sangat miskin dan terisolasi, serta banyak dari mereka yang tidak
sungguh-sungguh memahami Injil.

Apa Kebutuhan Mereka?

Bantuan kesehatan sangat dibutuhkan, khususnya di antara orang-orang
Bima yang masih secara eksklusif menggunakan dukun
(cenayang/tabib/okultis). Mereka juga membutuhkan peralatan pertanian
tepat guna dan pelatihan. (t/Anna).

Pokok Doa:

1. Berdoa supaya anak-anak Tuhan mau keluar dari zona nyaman dan
melayani Tuhan Yesus sesuai panggilan.

2. Berdoa untuk sebagian orang Bima yang sudah mengenal Injil, supaya
mereka memiliki keyakinan yang teguh di dalamnya.

3. Berdoa supaya Tuhan Yesus membuka jalan penginjilan bagi
orang-orang Bima yang belum mengenal Yesus.

4. Berdoa supaya ada program bantuan kesehatan dan peralatan pertanian
tepat guna bagi masyarakat Bima.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10852
Judul asli artikel: Bima of Indonesia
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 24 Januari 2012

           KESAKSIAN MISI: PENGALAMAN SAYA DENGAN KEBERANIAN

JS, staf Open Doors Singapura, baru-baru ini mengadakan perjalanan ke
Bangladesh dan bertemu dengan beberapa umat Kristen lokal. Perjalanan
tersebut sangat memberkatinya dan membawa pengaruh dalam hidupnya.

"Saya harus menjadi terang bagi Yesus di desa ini karena terang-Nya
hilang oleh kegelapan dalam hidup saya." Pernyataan ini datang dari
seorang gadis di Bangladesh yang terlihat sama seperti gadis-gadis
umumnya. Ia berusia 19 tahun, namanya ML. Ia adalah putri seorang
dokter di desa G, Bangladesh.

ML bercerita tentang penganiayaan yang terjadi atas dirinya karena ia
seorang pengikut Kristus, dan bagaimana penduduk merendahkannya karena
ia dan keluarganya adalah umat Kristen. Titik balik terjadi ketika
orang tuanya mengizinkan ML untuk mengikuti kursus medis yang diadakan
oleh Open Doors di Dhaka.

Saat ini, meskipun ia hanya memiliki klinik kecil yang bisa menolong
orang-orang sakit, namun banyak orang datang karena ia memiliki gaya
hidup Kristen yang menunjukkan kasih Kristus. Dengan demikian, ia
dapat membagikan berita Injil. Ia juga telah mematahkan batas gender
yang masih memandang tabu perempuan bekerja.

Banyak dari pasiennya adalah kaum pria, yang dulunya sering memandang
rendah perempuan, namun mereka berubah sekarang. Di desa yang
berpenduduk 10.000 orang ini, rumah sakit terdekat berjarak 1 jam
perjalanan, dan tidak ada yang memberikan pengobatan dalam radius 50
kilometer. Kehadiran dokter desa adalah sesuatu yang sangat penting.

Pelayanan Open Doors yang memberikan pelatihan bagi umat Kristen yang
berlatar belakang agama lain, tidak hanya memberikan kesempatan untuk
mencari nafkah bagi Gereja yang teraniaya, namun akhirnya penduduk
desa bisa menerima mereka dengan baik.

Saya pulang ke rumah dengan perasaan kagum pada mereka yang tetap
tahan uji di tengah penderitaan. Seluruh keluarga ML telah membuka
hati bagi Kristus. ML terus berbakti bagi desanya, seorang remaja
sederhana, dengan hati yang mulia dan kasih Kristus terus tercurah
setiap hari melalui pelayanannya sebagai "dokter" desa, membuat saya
bertanya, apakah saya bisa memiliki keberanian untuk melakukan hal
mulia seperti yang dilakukan ML itu?

Saya tidak dapat melupakan air mata yang mengalir di wajah Pendeta MA
(50 tahun) setelah saya berdoa baginya. "Saya sangat kesepian," ia
terus mengulang kata-kata itu saat saya merangkul bahunya. Tidak ada
lagi yang dapat saya katakan, namun hati saya bisa turut merasakan
kesedihannya.

Pendeta MA bercerita tentang penganiayaan yang dialaminya. Ia dipukuli
dengan tongkat besi, ditendang, dan hampir buta sejak ia menjadi
gembala sebuah gereja rumah yang berjemaatkan anggota yang sebelumnya
berasal dari agama lain di desa H. Meskipun ia telah melewati
penganiayaan yang berat itu, dia masih tetap diolok-olok oleh penduduk
yang pernah memukulinya.

Meski di tengah penganiayaan dan penderitaan yang dilalui oleh Pendeta
MA dan jemaatnya, ia tetap tidak menghentikan pelayanan
penggembalaannya. Ia tetap mencari jemaatnya untuk menguatkan mereka
agar tetap setia pada iman mereka. Inilah hati gembala yang
sesungguhnya, gembala yang tidak mengabaikan dan meninggalkan
domba-dombanya.

Melihat semangat yang tidak padam saat menggembalakan gereja rumah
yang terdiri dari 10 jemaat, saya merefleksikan kasih saya pada Tuhan
dan betapa besar hasrat saya untuk berkumpul dengan saudara-saudari
seiman dan menyembah-Nya bersama.

Saudara-Saudari, saya di sini mempertaruhkan pekerjaan, keluarga, dan
hidup mereka untuk berkumpul bersama dan menyembah Tuhan. Sementara
banyak dari kita yang hidup di negara bebas melakukannya karena
rutinitas dan tugas.

Melalui perjumpaan dengan Pendeta MA dan jemaatnya, saya semakin
menghargai kebebasan dan kemerdekaan yang saya miliki di negara saya,
dan betapa pentingnya untuk terus berdoa bagi mereka.

Diambil dari:
Judul buletin: Frontline Faith, Edisi Januari -- Februari 2010
Penulis: JS
Halaman: 8 -- 9

            SUMBER MISI: PANAMA CHRISTIAN EVANGELISM (PCE)

Situs ini dibuat sebagai "company profile" dari Panama Christian
Evangelism (PCE), suatu pelayanan misi khusus untuk Panama. PCE
memiliki visi: "Menjangkau Panama dengan cara memperlengkapi gereja
lokal, pemuridan, dan memenuhi kebutuhan". Kegiatan-kegiatan mereka
terdiri dari Pelayanan Gereja, Pelayanan Misi, dan Pelayanan Medis.
Ada juga beberapa pelayanan khusus seperti pengadaan sandang dan
pangan, sekolah dan perkebunan kopi. Kita dapat membantu pelayanan ini
dan sekaligus mendapatkan lebih banyak informasi tentang pekerjaan
Tuhan di Panama. (NY)

==> www.panamaforchrist.org

          STOP PRESS: PEMBUKAAN KELAS DISKUSI NATAL PESTA 2012

PESTA kembali membuka kelas akhir tahun, yaitu kelas Natal 2012.
Diskusi akan berlangsung mulai tgl. 5 November -- 7 Desember 2012.
Kelas diskusi Natal ini akan mempelajari pokok-pokok penting seputar
kelahiran Tuhan Yesus Kristus dan relevansinya pada masa kini.

Daftarkanlah diri Anda sekarang juga ke Admin PESTA di
< kusuma(at)in-christ.net >. Pendaftaran ditutup tanggal 23 Oktober
2012. Jangan lewatkan kesempatan ini karena kelas hanya akan menampung
20 orang peserta saja. Pendaftaran tidak dipungut biaya!

Peserta akan mendapatkan sertifikat jika telah menyelesaikan tugas
wajib yaitu menulis renungan pendek berkaitan dengan Natal
(tema bebas).

"GOD`S WILL NEVER LEAD YOU WHERE HIS GRACE CAN NOT KEEP YOU"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Tim Editor: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan
         Berlian Sri Marmadi
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org