Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/33

e-JEMMi edisi No. 33 Vol. 15/2012 (14-8-2012)

Kuasa Injil

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Kuasa Injil
No.33, Vol.15, Agustus 2012

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: KUASA INJIL
DOA BAGI MISI DUNIA: INDIA
DOA BAGI INDONESIA: MASA LIBURAN IDUL FITRI

Shalom,

Respons yang paling sering muncul dari seseorang terhadap sesuatu yang
ditawarkan kepadanya adalah "apa itu" dan "apa manfaatnya bagi saya".
Berkaitan dengan Injil yang ditawarkan kepada manusia, kita telah
membahas respons yang pertama pada edisi sebelumnya. Pada edisi kali
ini, kita akan membahas respons yang kedua: apa yang bisa dikerjakan
Injil bagi manusia, dan bagi saya khususnya. Kuasa apa yang dimiliki
Injil yang dapat membuat manusia mengenal Allah dengan lebih baik,
mengerti rencana-rencana-Nya, dan mengenal prinsip-prinsip surgawi
yang memimpin pada keselamatan jiwa. Pengenalan akan kuasa Injil tentu
akan sangat menolong seseorang, untuk semakin teguh di dalam memegang
kebenarannya. Kiranya artikel berikut akan memperkaya kita dengan
kuasa Injil yang kita butuhkan, sehingga memperkukuh keyakinan kita
pada kebenaran Injil. Selamat membaca.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >

                    ARTIKEL MISI: KUASA INJIL

Perkataan Allah merupakan ekspresi kehendak Allah, kuasa Allah
merupakan penggenapan kehendak-Nya. Antara perkataan dan kuasa Allah
tidak ada jarak. Namun dalam banyak gereja dewasa ini, nyata sekali
bahwa kuasa tidak terkandung di dalam perkataan (khotbah) yang
disampaikan. Ini disebabkan karena teori kita banyak, tetapi tidak
menuntut kuasa yang seimbang dengan teori. Saya selalu mengagumi
sebagian penginjil yang memiliki kuasa dalam menghibur, menegur, dan
mendidik. Yesus berjanji, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu." (Kisah Para Rasul 1:8) Janji ini harus kita
terima dengan iman, supaya kita dapat mengalami kuasa itu.

Apa yang kita kabarkan mencakup kebenaran terpenting untuk
menyelesaikan segala masalah hidup manusia. Itulah sebabnya, kita
perlu mengerti firman Tuhan terlebih dulu sebelum kita dapat
menyatakannya dengan jelas, bahkan dapat menyatakan kesetiaan kepada
kebenaran melalui hidup kita. Dengan demikian, kuasa Allah dapat
dinyatakan melalui kita karena Allah hanya dapat setia kepada diri-Nya
sendiri. Barang siapa tidak setia kepada-Nya, tidak dapat dipakai
Allah sebagai saksi-Nya.

Paulus berkata, "Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat." (2
Korintus 4:7) Sebenarnya, berapa pentingnya dan berapa nilainya firman
ini? Sesungguhnya, firman inilah yang menguasai semua makhluk.
Filsafat-filsafat di Timur dan Barat meraba-raba secara kabur, ada
Firman di dalam alam semesta yang disebut Logos dalam pikiran Yunani,
juga disebut Brahma dalam filsafat India, atau disebut Tao (jalan)
dalam filsafat Tiongkok. Tetapi, tidak satu pun dari mereka dapat
menjelaskan secara sempurna apakah Firman itu. Alkitab memberi
jawaban, Kristuslah firman Allah. Jika kita sungguh merasakan bahwa
jalan ke surga telah Kristus bukakan bagi kita, maka tak seorang pun
dapat merasakan kemiskinan hidup karena mengenal Kristus, dan tidak
ada satu orang pun dapat menjadi mundur karena menerima Kristus. Allah
tidak akan membunuh rasio manusia! Berdasarkan pengenalan ini, kita
dapat berdiri dengan tegak dan memberitakan Injil dengan berani di
hadapan kaum intelektual dan segala macam kebudayaan manusia.

Kita akan menanyakan satu pertanyaan: ketika firman Allah diberitakan,
kuasa apakah yang dinyatakan dalam pemberitaan Injil? Jika kita tinjau
dari gejala umum, Injil memunyai kuasa untuk mengubah dan
menyelamatkan manusia. Tetapi bila dipikirkan lebih mendalam, kuasa
apakah yang sebenarnya terkandung di dalam firman Allah. Ketika Injil
diberitakan, apakah yang terjadi dalam proses pemberitaan itu,
sehingga manusia yang tidak bisa diubah melalui usaha pendidikan
selama puluhan tahun, diperbarui secara total dalam satu hari karena
firman Allah? Kuasa apakah yang tampak dalam pemberitaan Injil?

Kuasa Menembus

Injil dapat menerangi segala kenajisan yang terdapat dalam hati
manusia. Alkitab bagaikan cermin; ketika kebenaran Allah diberitakan,
akan timbul dengan sendirinya kuasa menembus, yang menyatakan keadaan
hati manusia. Ini mutlak tidak mungkin dilakukan oleh semua
kebudayaan. Perempuan Samaria merasa heran bagaimana Yesus mengetahui
segala sesuatu tentang dirinya; itulah kuasa menembus yang tersedia
dalam Injil.

Ada satu hal yang aneh: ketika orang yang belum percaya kepada Kristus
mendengarkan firman Tuhan dan menyadari bahwa dirinya adalah orang
berdosa, maka selain ia mencucurkan air mata dan bertobat, ia dapat
merasa berterima kasih kepada penginjil yang memberitakan firman Tuhan
kepadanya. Tetapi sebaliknya, orang Kristen yang sudah lama percaya
Tuhan, ketika mendengar pendeta menegur dosanya dalam khotbah, akan
marah sekali dan membenci pendeta itu. Kebenaran apakah ini? Masakan
orang yang tidak percaya Tuhan lebih rohani daripada orang Kristen?
Tidak. Kenyataan ini membuktikan bahwa keselamatan kita bukan
berdasarkan kuasa Allah. Allah-lah yang telah menelanjangi manusia di
bawah terang-Nya, sehingga manusia tidak dapat melarikan diri. Apakah
saat kita memberitakan Injil, kita dapat melihat kuasa itu? Orang
Kristen mula-mula yang bertobat pada zaman rasul-rasul berteriak
dengan suara nyaring: apakah yang dapat kami perbuat supaya beroleh
selamat? Karena semua kebobrokan sifat mereka telah dinyatakan oleh
terang, mereka membutuhkan kesembuhan dari Tuhan.

Kuasa Merobohkan

Sebelum Allah membangun, Allah pasti merobohkan dan membongkar hal-hal
yang tidak berkenan kepada-Nya. Inilah prinsip pekerjaan Allah yang
penting. Tanpa merobohkan yang lama, tidak dapat dibangun yang baru.
Sebab itu, ketika Injil diberitakan, manusia merasa terancam karena
menerima Injil berarti merobohkan hal-hal yang dimiliki sebelumnya.
Inilah perbedaan Injil dengan agama pada umumnya dan merupakan salah
satu penyebab mengapa Injil sulit diterima oleh manusia. Setelah Adam
dan Hawa berdosa, Allah harus menutupi keaiban mereka dengan pakaian
yang terbuat dari kulit binatang. Ini berarti bahwa yang terlebih dulu
mati bukanlah manusia. Upah dosa adalah maut, namun bukan adam yang
terlebih dulu mati, melainkan binatang. Sebelum mengenakan pakaian
kulit, bukankah Adam harus terlebih dulu menanggalkan daun-daun
penutup tubuhnya yang sudah mengering dan menguning, yang melambangkan
kebudayaan manusia yang tidak mungkin menutupi keaiban ini? Ini tidak
berarti saya menghina kebudayaan. Kebudayaan sama sekali tidak dapat
menyelamatkan manusia, kebudayaan hanya bisa menutupi untuk sementara,
tetapi sama sekali tidak menolong. Sebab itu, Allah menuntut
ditanggalkannya semua ini terlebih dulu. Jika tidak, jubah kebenaran
juga tidak dapat dikenakan.

Salah satu sebab kebanyakan orang membenci Injil adalah karena Injil
merupakan ancaman bagi kebudayaan mereka. Richard Niebuhr dalam
bukunya "Kristus dan Kebudayaan" berkata, "Mengapa orang Yahudi harus
menyalibkan Yesus? Karena jika Kristus ada, maka kebudayaan Yahudi
akan dimusnahkan; sebaliknya jika kebudayaan Yahudi harus ada, maka
Kristus pasti harus dienyahkan." Pernyataan tersebut telah menyebutkan
titik beratnya. Saya tidak mengatakan bahwa di mana ada kekristenan,
maka kebudayaan setempat harus dimusnahkan, tetapi hal-hal dalam
kebudayaan yang berlawanan dengan Injil harus ditinggalkan.

Saya percaya bahwa di dalam kebudayaan, ada bagian-bagian yang tidak
berlawanan dengan Injil karena kristalisasi kebijaksanaan kebudayaan,
merupakan salah satu akibat dari wahyu umum. Meskipun demikian, kita
tidak boleh lupa bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa, sudah
tidak ada cara bagi kita untuk menghasilkan kebudayaan yang sempurna
tanpa cacat cela. Sebab itu, ketika kebenaran Kristus bercahaya,
kebenaran itu akan menerangi dan membersihkan kebudayaan, serta
membawa kebudayaan lebih dekat kepada firman Tuhan.

Di bawah kuasa Injil akan roboh segala hal yang didirikan oleh
manusia, yang tidak sanggup menyelamatkan manusia keluar dari kuasa
dosa. Di bawah kuasa Injil robohlah agama yang palsu, robohlah jasa
yang didirikan oleh manusia yang berdosa, robohlah impian kosong di
dalam kebudayaan. Injil mengandung kuasa merobohkan karena Injil
mengandung unsur yang melampaui segala hal yang didirikan oleh manusia
yang berdosa.

Kuasa Menghakimi

Tuhan Yesus mengatakan bahwa pada waktu Roh Kudus datang, Ia akan
menerangi manusia tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman. Dalam
terjemahan Alkitab yang lain dikatakan bahwa Roh Kudus datang untuk
mengakibatkan manusia menegur diri di dalam dosa, keadilan, dan
penghakiman. Di sini, kita melihat bahwa penginjilan yang disertai Roh
Kudus memiliki kuasa penghakiman, sehingga yang mendengar Injil merasa
dirinya dipaparkan di hadapan penghakiman yang besar. Konsepnya
tentang dosa, kebenaran, dan hak pelaksanaan penghakiman yang tidak
normal dihakimi dan ditegur oleh Roh Kudus, sehingga orang berdosa itu
menjadi malu dan menegur dirinya sendiri. Inilah akibat pekerjaan Roh
Kudus yang besar pada saat Injil diberitakan. Dalam penginjilan, jika
hanya kita yang menegur orang berdosa, pasti tidak menghasilkan
apa-apa, bahkan mengakibatkan kebencian mereka terhadap kita.
Sebaliknya, jika pemberitaan kita disertai dengan kuasa penghakiman
dari Roh Kudus, maka akan mengakibatkan pertobatan dari orang berdosa
itu. Pada saat kuasa penghakiman itu tiba, manusia bukan saja berubah
konsep, melainkan juga mulai berpaling kepada Tuhan. Puji syukur
kepada Allah karena Dia yang menunjukkan pikiran dan jalan-Nya kepada
manusia, telah menolong manusia untuk mengadili diri dan meninggalkan
jalan yang salah, serta kembali kepada-Nya.

Kuasa Menantang

Setelah Roh Kudus menyatakan kuasa penghakiman yang mengakibatkan
manusia berubah konsep dan sadar akan kebutuhannya akan Allah, maka
Injil yang sudah digenapi oleh Kristus menjadi tantangan bagi
pendengar melalui kuasa Roh Kudus. Roh Kudus akan mendesak manusia
dengan tantangan yang dahsyat untuk mengambil keputusan. Setelah
memberitakan Injil, kita berhak mendesak atau menantang pendengar
apakah mereka mau menerima Yesus, apakah mereka mau bertobat. Sifat
ini juga mengubah seluruh pelayanan kristiani dari sifat negatif
menjadi positif, sifat defensif menjadi ofensif. Dengan demikian,
orang Kristen tidak seharusnya hanya menerima tantangan zaman,
tantangan dunia, atau tantangan kebutuhan manusia saja, melainkan
menantang mereka untuk kembali kepada rencana dan kehendak Allah. Mari
kita memberanikan diri menantang kebudayaan, politik sistem pikiran
manusia, dan zaman kita.

Kuasa Mengutubkan

Kuasa menantang dari Injil mengharuskan mereka yang pernah mendengar
Injil mengalami krisis yang bersifat eksistensial, sehingga respons
mereka mengakibatkan suatu pengutuban. Mereka yang sudah mendengar
Injil harus bertanggung jawab kepada Injil yang sudah diberitakan
kepadanya. Mereka tidak mungkin melarikan diri dari tanggung jawab
yang besar ini (Ibrani 2:3). Lebih celakalah mereka yang sudah
mendengar dan menolak, daripada mereka yang belum pernah mendengarnya.
Tetapi, merupakan kebahagiaan yang besar bagi mereka yang menanti Roh
Kudus dan menerima Injil, karena merekalah yang akan memiliki dan
mengalami segala berkat surgawi, yang dijanjikan dan digenapkan Allah
di dalam Kristus. Kedua jenis respons ini bersifat mengutub. Dan, ini
merupakan hasil dari kuasa Injil itu sendiri, sehingga hanya ada dua
alternatif: binasa atau hidup kekal. Ketika kita mengabarkan Injil,
tidak mungkin semua orang mau menerimanya. Sebagaimana Anak Allah yang
dipaku di atas kayu salib memisahkan manusia menjadi dua kelompok,
demikian juga ketika pemberitaan Injil dilaksanakan, banyak orang yang
akan dibangkitkan, namun juga banyak orang yang akan dijatuhkan.
Keharuman Kristus ini menjadi keharuman yang menghidupkan, juga
menjadi keharuman yang mematikan. Inilah kuasa Injil yang mengutubkan.

Kuasa Membangun Kembali

Prinsip keselamatan Allah bagi orang berdosa adalah merobohkan lebih
dulu, baru kemudian membangunnya kembali. Allah tidak pernah
melaksanakan sesuatu yang tidak sempurna. Di dalam keselamatan, Injil
bukan hanya merobohkan segala benteng yang salah, melainkan juga
membangun kembali iman yang sejati di dalam hidup setiap orang yang
menerima Injil. Kuasa membangun kembali ini adalah kuasa Roh Kudus
yang memperanakkan manusia dan membawa manusia kepada pengharapan yang
baru, pembentukan karakter yang baru, pengenalan konsep yang baru, dan
pembangunan moral yang baru. Sebagaimana ciptaan lama sudah dirusakkan
oleh dosa, maka ciptaan baru sudah dibangkitkan oleh kuasa Roh Kudus.
(2 Korintus 5:17-18; Efesus 2:10)

Melalui pribadi-pribadi sebagai ciptaan baru, gereja menjadi saksi
kuasa Allah untuk menciptakan lingkungan yang baru pula, untuk
membangun kembali masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemikiran manusia
yang pernah dicemarkan oleh dosa.

Kuasa Memberitakan Injil

Orang yang pernah mengalami kuasa Injil akan memperoleh juga
keberanian yang besar, untuk menginjili jiwa-jiwa yang memerlukan
Injil. Segala perbedaan konsep, hambatan kebudayaan, batasan agama,
tidak akan menghentikannya dari keberanian menginjili ini. Kuasa Roh
Kudus yang ada padanya akan memenuhi dia, sehingga dia berani
menghadapi segala kesulitan dalam penginjilan. Ini disebabkan oleh
cinta Allah yang telah mencengkeramnya sedemikian rupa, sehingga ia
mengalami kebenaran (1 Yohanes 4:18). Orang semacam inilah yang selalu
mendekati manusia dan memberikan kehangatan kepada manusia lain, serta
efisien dalam pemberitaan Injil.

Diambil dari:
Makalah seminar: Konsultasi Pelayanan, 28 - 31 Maret 1995, Bandung
Penulis: Pdt. Dr. Stephen Tong
Penyelenggara: Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia dan Gereja-gereja Mitra
Halaman: 32 -- 36

                     DOA BAGI MISI DUNIA: INDIA

Kerusuhan antara suku Bodo dan agama lain di negara bagian Assam
menimbulkan 75 korban tewas dan hancurnya 500 desa. Serangan itu
dimulai pada tanggal 6 Juli, setelah seorang warga agama lain di Assam
tewas ditembak. Sejak itu, pemimpin dari kedua pihak dibunuh. Empat
warga suku Bodo ditemukan dalam keadaan mengenaskan karena dibunuh
dengan parang. Perselisihan antara imigran agama lain dan warga suku
Bodo berakar pada perebutan lahan di India bagian Timur-Laut. Akan
tetapi, kekerasan yang terjadi akibat perselisihan itu, kini memasuki
babak baru.

Gospel for Asia (GFA) menyebut kekerasan ini sebagai "Krisis
Nasional". Sebanyak 400.000 penduduk desa di Assam telah mengungsi
untuk menyelamatkan diri mereka. Sekitar 235 kamp pengungsian telah
didirikan untuk menampung orang-orang ini. Beberapa gereja yang
didirikan GFA untuk orang-orang Kristen suku Bodo juga dirusak. Lebih
dari itu, para perusuh juga membumihanguskan 15 tempat tinggal orang
percaya.

GFA memiliki 60 jemaat dan 70 orang utusan Injil yang berada di zona
berbahaya ketika kerusuhan itu terjadi. Pelayanan badan misi
Compassions melalui GFA bekerja untuk memberi bantuan kepada para
pengungsi, dan mereka juga berusaha untuk memberi pengharapan Kristus
kepada para pengungsi di masa-masa pencobaan ini.

Kerusuhan antaretnis ini menyusul setelah bencana banjir yang
menghantam wilayah Bodo beberapa waktu sebelumnya. Para utusan Injil
dari GFA menolong banyak orang yang berusaha memulihkan diri mereka
dari kedua bencana ini. (t/Yudo)

Sumber: http://mnnonline.org/article/17530

Pokok Doa:

1. Berdoa untuk keamanan orang-orang Kristen dan para penduduk desa di
Assam. Berdoalah agar damai sejahtera turun ke atas daerah ini.

2. Berdoa untuk para utusan Injil yang melayani di India, agar mereka
mampu melaksanakan pelayanan dengan baik.

3. Berdoa bagi seluruh penduduk Assam yang kehilangan tempat tinggal
dan kehilangan anggota keluarga akibat kerusuhan, agar mereka diberi
kekuatan dan ketenangan oleh Tuhan.

               DOA BAGI INDONESIA: MASA LIBURAN IDUL FITRI

Masa-masa liburan peringatan hari raya Idul Fitri biasanya digunakan
oleh masyarakat Indonesia untuk berkumpul dengan keluarga besarnya.
Saling mengunjungi antarkeluarga, meski berbeda keyakinan, merupakan
satu hal yang tidak boleh dilewatkan dalam masa-masa ini, terutama
bagi anak-anak Tuhan. Ketika berkumpul bersama keluarga besar, saat
itulah anak-anak Tuhan dapat menyaksikan pemeliharaan dan penyertaan
Tuhan dalam hidupnya.

POKOK DOA:

1. Berdoalah agar ketika berkumpul dan berjumpa dengan keluarga besar,
setiap anak Tuhan dapat menjadi saksi Kristus yang hidup melalui
perkataan, perbuatan, dan pemikirannya. Kiranya, sanak saudara yang
belum mengenal Tuhan, bisa merasakan kasih Kristus melalui diri kita.

2. Mohonlah kepada Tuhan agar semua anggota keluarga diberikan
kesehatan dan perlindungan, sehingga pertemuan demi pertemuan berjalan
dengan lancar.

3. Tidak semua masyarakat Indonesia dapat menghabiskan masa liburan
Lebaran dengan berkumpul bersama keluarga. Salah satunya adalah para
aparat yang berwajib mengamankan dan melancarkan lalu lintas, sehingga
para pemudik terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berdoalah
untuk mereka agar bersemangat menjalankan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab.

"BE A FRIEND OF A SINNER AND YOU MAY HELP HIM BECOME AN ENEMY OF SIN"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Kontributor: Doni Kukuh Mandiri
Tim editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org