Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/3

e-JEMMi edisi No. 03 Vol. 15/2012 (17-1-2012)

Bagaimana Bersaksi

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: PERCAKAPAN DALAM KONTAK YANG KASUAL
DOA BAGI MISI DUNIA: IRAN, ERITREA
DOA BAGI INDONESIA: RAKER YLSA 2012

Shalom,

Bersaksi adalah salah satu hal yang misterius dalam kehidupan orang
percaya, karena tidak semua kesaksian yang kita sampaikan akan membuat
seseorang mengenal Tuhan Yesus. Namun oleh karya Roh Kudus, sebuah
perbuatan kecil atau percakapan singkat sekalipun, dapat membuat orang
yang tidak percaya menjadi seorang yang sungguh-sungguh mencari Juru
Selamat. Dalam e-JEMMi edisi 03, kami menyajikan artikel yang membahas
tentang bagaimana menggunakan waktu yang sekalipun sedikit untuk
bersaksi kepada orang lain. Kiranya artikel yang kami sajikan dapat
mengobarkan semangat Anda untuk menyaksikan kasih Allah bagi dunia.
Selamat membaca, Tuhan Yesus Memberkati.

Staf Redaksi e-JEMMi,
Yosua Setyo Yudo
< http://misi.sabda.org/ >

          ARTIKEL MISI: PERCAKAPAN DALAM KONTAK YANG KASUAL

Seorang anak laki-laki berdiri di jalan setapak sedang mendengarkan
khotbah kami di suatu Minggu sore. Salah seorang dari tim kami
menyapanya dan memberinya sebuah buku kecil mengenai kekristenan
ketika ia berjalan pergi. Itulah terakhir kalinya kami melihat bocah
tersebut. Dua puluh tahun kemudian, seorang anggota tim kami melihat
seorang asing di gereja dan menyambutnya. Pria itu menceritakan kisah
ini. "Ketika saya muda, saya diberi sebuah buku Kristen pada hari
Minggu sore saat pertemuan terbuka. Saya tidak membacanya. Hanya
melemparnya ke dalam laci. Baru tahun ini saya menemukannya,
membacanya, dan membuka hidup saya kepada Yesus Kristus." Anggota tim
itu mencari tahu bersama pria tersebut, tempat pertemuan 20 tahun
sebelumnya. Ia adalah anak laki-laki yang diberi sebuah buku dalam
sebuah pertemuan yang sepintas lalu. Betapa mengagumkannya menebar
benih sambil beriman dan berdoa!

"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui
apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."
(Pengkhotbah 11:6) Dalam penjelasan Tuhan Yesus tentang perumpamaan
tentang penabur, Ia berkata, "Benih itu ialah firman Allah". Benih
hanya dapat berbuah ketika benih itu disebarkan. Jadi, setiap orang
Kristen seharusnya adalah seorang penabur.

Menaburkan Firman di antara Saudara Sepupu

Cara termudah untuk menaburkan firman di antara saudara sepupupun
adalah memberi mereka bagian Alkitab. Hal ini tidak harus merupakan
sesuatu yang besar dan dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki
kemauan untuk melakukannya. Bersikaplah ramah dan mulailah percakapan
dalam kontak yang kasual (informal). Perjumpaan semacam itu dapat
dibuat ketika sedang dalam perjalanan menggunakan bis, kereta, atau
ketika membeli makanan di sebuah toko oleh-oleh makanan khas. Anda
mungkin bertetangga dengan keluarga saudara sepupu atau berjumpa
dengan mereka di tempat kerja atau sekolah.

Tanyakan tentang negara asal mereka, anak-anak mereka, dan bagaimana
mereka menyesuaikan diri dengan tempat baru mereka. Ceritakan kepada
mereka tentang kepedulian Anda soal standar-standar moral yang rendah
dan kurangnya kehidupan spiritual di negeri Anda. Biarkan mereka tahu
kalau Anda memuja Allah dan menggunakan waktu setiap hari dengan-Nya
di dalam doa. Ini bukannya membual, tetapi membiarkan mereka tahu
bahwa Anda menghidupi hal-hal dalam hidup yang menjadi minat mereka.

Jika ada tanggapan yang ramah, arahkan percakapan itu kepada persoalan
rohani. Inilah suatu pembuka percakapan yang menurut saya sangat
membantu. Saya meminta izin seseorang dengan berkata, "Bolehkah saya
menanyakan sebuah pertanyaan? Ini adalah pertanyaan paling penting
yang pernah ditanyakan kepada Anda." Jika orang tersebut menunjukkan
keinginan, saya akan bertanya, "Jika Anda meninggal hari ini, ke mana
Anda akan pergi?" Jawaban-jawaban yang paling sering adalah, "Saya
harap saya akan pergi ke surga," atau "Saya tidak tahu. Tidak seorang
pun yakin." Bahkan jika jawabannya adalah "surga", saya menyelidiki
lebih jauh sedikit lagi dengan menjawab, "Jawaban yang bagus.
Bagaimana Anda mengetahui hal itu?" Pertanyaan ini biasanya
menimbulkan pemikiran-pemikiran yang tidak jelas, yang dimiliki
orang-orang yang menunjukkan bahwa imannya tidak berdasarkan pada
firman Allah. Jika seseorang sudah benar-benar diselamatkan, ia tidak
akan memiliki keraguan dalam memberikan suatu jawaban yang dengan
jelas menunjukkan hubungan dengan Kristus dan kesadaran atas
pengajaran Alkitab. Tentu saja, dalam berhadapan dengan Saudara
Sepupu, jawabannya akan, "Hanya Allah yang tahu." Apa pun jawaban
terhadap pertanyaan yang tadi, hal itu akan selalu mengarah pada
kesempatan untuk bercerita lebih lanjut tentang Tuhan Yesus Kristus.

Percayakan kepada Tuhan untuk membimbing Anda dalam bersaksi dan
dipersiapkan dengan literatur yang tepat dalam bahasa-bahasa dari
kelompok etnis mayoritas tersebut. Literatur ini dapat diperoleh dari
organisasi-organisasi yang memiliki sumber literatur.

Membagikan Kesaksian pada Perjumpaan-Perjumpaan Sepintas Lalu

Izinkan saya memberi Anda suatu ilustrasi mengenai membagikan
kesaksian pada pada perjumpaan-perjumpaan sepintas lalu. Saya dan
istri saya sedang berada di sebuah ruang tunggu bandara transit sebuah
kota di India. Kami sedang menunggu penerbangan ke Ethiopia untuk
mengunjungi rumah sakit-rumah sakit di mana istri saya sudah bekerja
sebagai utusan Injil kesehatan. Di ruang tunggu itu, ada sekelompok
besar orang yang dengan mudah diidentifikasi melalui pakaian mereka
sebagai Saudara Sepupu. Merasa terbeban untuk bercerita dengan mereka,
saya berbicara dengan seorang pria dari kelompok itu dalam bahasa
Inggris, dan ia cepat-cepat mempertemukan saya dengan pemimpin dari
kelompok tersebut, seorang muda yang cakap. Setelah sapaan dan
kata-kata pembuka yang ramah, ia menunjukkan keinginannya untuk
berbicara tentang persoalan spiritual, sebuah sifat khas saudara
sepupu. Saya mengajaknya ke suatu sisi ruangan, sehingga kami bisa
berbincang-bincang secara pribadi. Percakapan yang terjadi adalah
sebagai berikut ini.

"Apakah Anda seorang Kristen?" Ia bertanya. "Ya," jawab saya.

"Apakah Anda seorang yang non-Kristen?" "Ya."

"Bolehkah saya bertanya?" -- Saya mencoba berspekulasi. "Tentu saja."

"Apakah Anda mengenal Allah?" tanya saya. "Oh, ya tentu saja saya
mengenal Allah," dengan cepat ia berusaha meyakinkan saya.

"Bukankah itu baik," kata saya. "Saya selalu senang bertemu seseorang
yang mengenal Allah. Ceritakan bagaimana Anda mengenal Allah?"

Saya melihat kebingungan dan kekacauan muncul di wajahnya, saat ia
berusaha mencari jawaban. Saya bertanya-tanya, apakah ini pertama
kalinya ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia benar-benar tidak
mengenal Allah secara pribadi? Mungkin di dalam hatinya kebenaran yang
sungguh-sungguh menyingkapkan bahwa ia hanya mengetahui apa yang
keyakinannya ajarkan tentang Allah, tetapi tidak ada jaminan akan
kasih dan pemeliharaan-Nya.

Saya ingin mengatakan bahwa kami memasuki suatu diskusi yang
bermanfaat, tetapi hal itu tidak terjadi dengan cara demikian. Melihat
ke belakang, mungkin itu sebatas yang Tuhan inginkan bagi laki-laki
tersebut pada saat itu. Karena setelah pertanyaan saya tentang
bagaimana ia mengenal Allah, pemberitahuan terdengar dari sistem
pemberitahuan publik, bahwa sudah saatnya untuk masuk ke pesawat bagi
penerbangan kami ke Ethiopia. Saya menjabat tangannya dan mengucapkan
selamat tinggal. Sejak saat itu, Roh Kudus yang terus-menerus
menggelisahkan hati saya untuk berdoa bagi pemuda tersebut. Saya
berdoa, kenyataan Allah tidak dapat dikenal di dalam keyakinannya,
akan membuatnya mencari kebenaran dan ia dapat benar-benar mengenal
Allah melalui Yesus Kristus.

Anda akan memerhatikan bahwa perjumpaan ini dilakukan dalam cara yang
ramah dengan seseorang yang benar-benar asing. Hal itu dilakukan tanpa
konfrontasi pribadi. Persoalannya adalah kerohanian pemuda tersebut
merasa perlu mengenal Allah secara pribadi. Tidak menyebutkan
keyakinannya dan saya membimbing arah diskusi itu. Saya sungguh
menyesal saya tidak sempat memberikan sebuah ayat Alkitab dalam contoh
tersebut karena kondisi keadaan.

Contoh dari Penggunaan Kebutuhan Rasa Spiritual

Kutipan berikut ini adalah contoh yang baik dari penggunaan kebutuhan
rasa spiritual untuk menunjukkan bagaimana Saudara Sepupu gagal.
Dicatat dalam buku yang sangat bagus, "The Challenge of Islam" oleh C.
R. Marsh (London: Scripture Union, 1980), halaman 31-33. C.R. Marsh
dan istrinya adalah sepasang utusan Injil di Aljazair selama beberapa
tahun, di mana ia mengunjungi desa-desa dan berbicara dengan orang-
orang tentang Tuhan Yesus.

"Desa berikutnya adalah 3 mil jauhnya dan di sana saya menemukan
kelompok kecil mengitari Hamid yang buta. Ia sedang menguraikan dengan
terperinci kepada mereka doktrin-doktrin dari Kitab Suci Saudara
Sepupu, menekankan kata-katanya dengan sebuah tongkat yang ia pegang
di hadapannya. Menderita kebutaan sejak lahir, Hamid tidak mampu
bekerja. Ia menghabiskan bertahun-tahun di sebuah sekolah Saudara
Sepupu, mendengarkan orang lain mengulang-ulang baris-baris dari kitab
suci mereka, sampai ia sendiri dapat mempelajarinya untuk
mendeklamasikannya dalam hati."

Ia tahu semua perdebatan-perdebatan favorit dari para syekh setempat
dan doktrin-doktrin dasar dari Saudara Sepupu. Saya duduk bersama
dengan orang-orang itu. Laki-laki buta itu berhenti dan untuk beberapa
menit mendengarkan dengan penuh perhatian pesan Injil. Kemudian ia
menyulut api dengan berondongan pertanyaan. Ia tidak ingin suatu
jawaban. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana banyaknya ia,
seorang laki-laki buta, mengetahui tentang agamanya. Berapa pun
harganya, ia harus menghentikan orang-orang dalam kelompok ini
mendengarkan pesan kehidupan yang saya bawa. Saya berusaha
sebaik-baiknya menjawab pertanyaan-pertanyaannya untuk menunjukkan
simpati dan kasih, tetapi ia menjadi semakin memanas dan pertemuan itu
merosot menjadi suatu diskusi yang tidak berguna. Saya memutuskan
untuk mencoba suatu metode yang sering kali berhasil.

"Ceritakan kepada saya apa yang nabimu sudah benar-benar lakukan
untukmu, teman. Saya akan memberimu sepuluh menit untuk
menceritakannya kepada kami dan selama waktu itu saya akan tetap diam.
Kemudian Anda akan mendengarkan dari saya selama sepuluh menit,
mengenai apa yang Kristus sudah lakukan bagi saya." Tawaran itu
disambut.

"Anda yang pertama bicara, Hamid." Ia pun memulai, "Nabi saya sudah
memberi tahu kami untuk bersaksi tentang dia, berdoa lima kali sehari,
berpuasa, memberi sedekah, membaca Kitab Suci. Itulah yang sudah ia
lakukan bagi kami umat Saudara Sepupu."

"Teruskan, ceritakan kepada kami apa yang sudah ia lakukan bagi Anda,"
saya memohon.

Sepuluh menit berlalu, tetapi Hamid tidak butuh waktu lagi. Nabinya
sudah memintanya untuk melakukan banyak hal. Ia mengetahui semuanya
dengan hatinya, tetapi... kemudian dengan sangat sederhana, dari
sebuah hati yang penuh kasih bagi Juru Selamat saya dan bagi
orang-orang ini, saya menceritakan kepada mereka semua yang Ia sudah
lakukan terhadap saya. "Tuhan Yesus sudah menyelamatkan saya. Ia sudah
mengubah hidup saya. Ia adalah teman dan sahabat saya. Ia sudah
memberikan kepada saya suatu hidup yang berkelimpahan dan sukacita. Ia
memberi saya kekuatan untuk mengikuti perintah-perintah Allah dan
jaminan pengampunan ketika saya gagal. Ia sudah mengajarkan saya untuk
mengasihi musuh saya. Ia segera akan kembali ke dunia ini, bukan untuk
memerintah selama 40 tahun, tetapi untuk memerintah selamanya. Ia
datang untuk membawa saya bersama-Nya."

Hamid yang buta dan malang itu tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia
mengutuk dan memaki-maki saya, terus-menerus ia menghina. Tidak ada
gunanya melanjutkan. Saya pergi. Sambil berjalan di jalanan desa, saya
masih dapat melihat wajah yang menatap saya, tongkat yang diacungkan,
cara Hamid yang berapi-api ketika mengutuk dan memaki ke arah saya.
Oh, kesedihan yang tidak terhingga dari mata-mata yang buta, karena
Saudara Sepupu yang terabaikan itu berusaha mengajar rekan sesama
agamanya, pemimpin yang buta dari para orang buta. Saya berjalan ke
desa berikutnya, merefleksikan paradoks yang terlihat dari
pertentangan yang pahit dalam satu desa, sering kali dinetralkan oleh
kehausan hati yang ada di desa berikutnya. Betapa benarnya pola di
dalam Kisah Para Rasul tersebut.

Pola bercerita seperti ini adalah suatu cara menunjukkan kepada
Saudara Sepupu kalau agama mereka tidak memiliki jawaban apa pun
terhadap kebutuhan rasa spiritual mereka. Mereka tentu saja diberi
tahu apa yang harus dilakukan, tetapi tidak dimampukan untuk menaati
dan tidak ada jaminan terhadap jawaban atas kebutuhan mereka. Sebuah
puisi mengeskpresikannya seperti ini: "Lakukan ini dan hiduplah, Hukum
menuntut, Tetapi jangan beri aku kaki atau tangan, Injil memberi
sebuah kata yang lebih baik, Ia menyuruhku terbang dan memberiku
sayap."

Kita juga belajar dari kejadian ini bahwa jika saudara sepupu menjadi
marah dan berusaha untuk berdebat, maka usaha untuk melanjutkannya
lebih jauh adalah hal yang sia-sia. Lebih baik meyakinkan Saudara
Sepupu pada tahap awal, bahwa persahabatan Anda dengannya adalah
sesuatu yang lebih penting bagi Anda daripada memenangkan suatu
perdebatan. Hal tersebut tidak berarti bahwa Anda menerima kekalahan.
Jika Anda dapat berpisah dengan ramah, hal itu akan memberikan suatu
celah yang terbuka untuk kesaksian berikutnya kepadanya, baik oleh
Anda atau orang Kristen yang lain.

Dalam menceritakan iman Anda, latihlah kemampuan untuk menyatakan
dengan jelas sekaligus sederhana mengenai hakikat Injil, siapa Tuhan
Yesus, apa yang Ia sudah lakukan dalam penebusan, dan apa yang
seharusnya menjadi tanggapan kita. Berlatihlah untuk menceritakan
kesaksian Anda sendiri; apa arti keselamatan bagi Anda. Ketika
mengutip sebagian dari Injil, gunakan istilah "Injil menurut Yohanes"
misalnya, bukan "Injil Yohanes". Karena istilah yang terakhir itu akan
membuat Saudara Sepupu berpikir bahwa ada empat Injil yang berbeda,
bukan Injil yang dicatat oleh empat saksi mata. Berhati-hatilah
menggunakan ungkapan "Anak Allah" ketika berbicara dengan Saudara
Sepupu. Pikiran mereka dibingungkan dengan makna yang sesungguhnya,
sehingga pembicaraan lebih lanjut biasanya menjadi tidak memungkinkan.

Hanya kekekalan yang akan menyatakan hasil dari cara pemberitaan dan
kesaksian pribadi ini. Saat ini kita memiliki hak istimewa yang tidak
terbayangkan karena menjadi rekan sekerja Allah untuk seluruh dunia,
mata rantai yang membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Dalam menjangkau
Saudara Sepupu, mari kita berhati-hati untuk tidak berharap terlalu
banyak setelah menjadi rangkaian terakhir dari mata rantai tersebut.
Ingatlah prinsip, "Aku [Paulus] menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah
yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:6) (t/Anna)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Sharing the Good News with Muslims: Simple Guidelines
            for Christians
Judul bab: Sharing with Casual Contacts
Penulis: Bill Dennett
Penerbit: ANZEA Publishers, Australia 1992
Halaman: 19 -- 29

                  DOA BAGI MISI DUNIA: IRAN, ERITREA

IRAN -- Penganiayaan secara fisik dan mental terus dialami oleh
pendeta YN, yang sedang menunggu putusan mati karena berpindah
keyakinan sejak ia berusia 19 tahun. "Ia menolak untuk kembali ke iman
lamanya," demikian dituturkan seorang saksi, yang juga merupakan
kerabat dekat YN. Setahun yang lalu, YN dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan di Rasht, Iran. Menurut seorang jemaat di Iran (sebut saja
A), saat ini kondisi kesehatan YN semakin menurun.

Sumber: Buletin Frontline Faith, Januari - Februari 2011, Halaman 11

Pokok Doa:

1. Doakan YN, agar tetap kuat dan berpengharapan di dalam Tuhan,
meskipun ia harus mengalami tuntutan yang tidak mengenakkan.

2. Doakan untuk keluarga YN, agar Tuhan melindungi. Doakan jemaat yang
digembalakan oleh YN, agar iman mereka kepada Kristus tidak goyah
melalui peristiwa yang dialami oleh YN.

ERITREA -- Dua wanita Kristen, TG (28 tahun) dan FG (21 tahun),
meninggal dunia. Saat itu mereka ditahan di sebuah penjara yang khusus
diperuntukkan bagi tahanan kasus agama, di Kamp Militer Adersere,
bagian barat Eritrea. Keduanya mengalami siksaan secara fisik dari
pihak militer selama dua tahun, tanpa perawatan medis. Mereka juga
mengalami kelaparan dengan keadaan kesehatan yang terus memburuk. TG
meninggal dunia pada tanggal 16 Oktober 2011, sedangkan FG meninggal
dunia pada tanggal 23 Oktober 2011. Keduanya dimakamkan di depan Kamp
Militer tersebut.

Sumber: Buletin Frontline Faith, Januari - Februari 2011, Halaman 11

Pokok Doa:

1. Doakan keluarga TG dan FG, agar Tuhan memberi penghiburan dan
kekuatan.

2. Doakan untuk para tahanan lainnya yang masih berada di Kamp
Militer, agar mereka tetap setia dan tidak menyangkal iman percaya
mereka kepada Kristus.

                 DOA BAGI INDONESIA: RAKER YLSA 2012

Pada tanggal 9 dan 10 Januari 2011, YLSA telah mengadakan rapat kerja
(RAKER), guna mengevaluasi pelayanan YLSA sepanjang tahun 2011 dan
menetapkan rencana untuk tahun 2012. Puji Tuhan, RAKER ini dapat
berlangsung dengan baik.

Pokok Doa:

1. Mengucap syukur untuk perlindungan dan penyertaan Tuhan selama
RAKER, sehingga dapat berjalan dengan baik.

2. Doakan untuk setiap rencana yang telah disusun pada RAKER 2012,
agar rencana tersebut bisa terealisasi sepanjang tahun ini.

3. Doakan juga untuk setiap staf YLSA yang akan mengerjakan setiap
rencana yang telah disepakati, agar Tuhan memberi hikmat dan kesatuan
di antara staf.

"GRACE IS AN UNEARNED BLESSING BESTOWED BY GOD ON AN UNWORTHY
 RECIPIENT"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org