Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/28

e-JEMMi edisi No. 28 Vol. 15/2012 (10-7-2012)

Pandangan "Saudara Sepupu" tentang Inkarnasi Tuhan dalam Yesus Kristus 1

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

e-JEMMi -- Pandangan "Saudara Sepupu" tentang Inkarnasi Tuhan
           dalam Yesus Kristus 1
No.28, Vol.15, Juli 2012

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: ALLAH DALAM "AGAMA SEPUPU" DAN INKARNASI TUHAN
              DALAM YESUS KRISTUS 1
DOA BAGI MISI DUNIA: KENYA
DOA BAGI INDONESIA: SEBUAH BOM MELEDAK DI AMBON

Shalom,

Dapatkah Anda membayangkan diri Anda melihat Yesus dan Allah Bapa
tidak seperti yang Anda pahami sekarang? Dapatkah Anda mengharapkan
kehidupan kekal bersama Allah jika Ia tidak memperdamaikan diri Anda
dengan-Nya melalui pengurbanan Putra Tunggal-Nya? Mungkin pemahaman
dan kehidupan semacam itulah yang dijalani oleh "saudara sepupu" kita,
yang belum mengakui inkarnasi Yesus Kristus dan mengakui-Nya sebagai
Tuhan dan Juru Selamat. e-JEMMi edisi 28 dan 29 akan membahas mengenai
pandangan "saudara sepupu" terhadap Allah dan Yesus Kristus.

Kami berharap artikel yang kami sajikan dapat menolong Anda untuk
semakin memahami iman kita terhadap Ketuhanan Yesus Kristus, sekaligus
memberi kita hati dan pengertian yang baru untuk dibagikan kepada
"saudara sepupu". Selamat menyimak dan berdoa. Tuhan menyertai.

Staf Redaksi e-JEMMi,
Yosua Setyo Yudo
< http://misi.sabda.org/ >

            ARTIKEL MISI: ALLAH DALAM "AGAMA SEPUPU" DAN
              INKARNASI TUHAN DALAM YESUS KRISTUS (1)

"Agama sepupu" adalah sebuah kebudayaan teosentris. Seluruh aspek
keberadaannya berkisar pada satu titik pusat: Allah.

Pengakuan iman setiap "saudara sepupu" adalah "Tiada Tuhan selain
Allah". Kesatuan Allah dalam "saudara sepupu" adalah lubang jarum
penguji yang harus dilalui oleh semua pendapat dan sikap lain terhadap
Tuhan. Penyatuan ini tidak boleh dikaburkan dengan penyatuan pada
hal-hal ketuhanan. Allah hanya ada satu. Semua tuhan yang lain tidak
ada artinya di mata "saudara sepupu". Siapa pun yang mengakui
keberadaan tuhan-tuhan yang lain selain Allah adalah seorang
penghujat.

Siapa pun yang menanyakan sifat-sifat Allah akan mendapati sebuah
daftar yang berisi 99 nama-Nya yang terindah, 72 di antaranya
digunakan dalam "Kitab Suci sepupu" sebanyak 1.286 kali. Kadang-kadang
gelar-gelar tersebut saling bertentangan, bahkan saling menyangkal.
Teolog "saudara sepupu", Al-Ghazali menulis, "Allah adalah segala
sesuatu dan segala ketiadaan. Dia tidak bisa dijangkau oleh pikiran
manusia dan lebih besar dari yang dapat kita pahami; Dia bertakhta dan
memerintah segala sesuatu dan merupakan satu-satunya pengendali alam
semesta."

Inilah arti sebenarnya dari seruan "saudara sepupu" untuk iman dan
peperangan, "Allahu Akbar," yang diucapkan pada sejumlah peristiwa
dari bibir mereka. Seruan ini bergema 40 kali sehari di atas atap
kota-kota dan desa-desa dari pengeras suara yang terpasang di
menara-menara rumah ibadah mereka. Seruan ini merangkum keimanan
"saudara sepupu": Allah yang lebih besar, lebih kuat, lebih bijaksana,
lebih indah, dan lebih arif daripada yang dapat kita bayangkan; Dia
lebih arif dari semua kebijaksanaan dan yang terbaik dari para hakim
pada hari penghakiman; Dia sangat berbeda dan tak terbandingkan; Dia
melampaui segala sesuatu, Tuhan yang jauh, Mahahadir, dan tidak bisa
didekati. Setiap pemikiran mengenai Allah tidaklah memadai dan palsu.
Dia tidak bisa dipahami, hanya disembah.

"Agama sepupu" adalah sebuah "agama penyembah". Lima kali sehari
"saudara sepupu" sujud menyembah di hadapan Allah sampai 34 kali:
masing-masing dengan dahi sampai menyentuh tanah. Setiap "saudara
sepupu" yang sujud menyembah adalah penafsiran yang gamblang mengenai
kata dalam bahasa Arab "Agama sepupu", yang berarti "pembebasan",
"menyerah", dan "tunduk".

Pengabdian yang ditujukan kepada Allah tidak menjamin adanya anugerah.
Hal ini hanyalah sebagian dari "dibenarkan karena perbuatan" mereka,
yang berdasar pada komitmen untuk bersaksi tentang syahadat, ibadah
harian, puasa resmi selama Ramadan, bersedekah, dan perjalanan ziarah
ke Mekah. Dalam Kitab Suci, melakukan kewajiban keagamaan dilihat
sebagai pembayaran hutang, seakan-akan melakukan sebuah transaksi
bisnis dengan Allah (Surah 35:29-30). Yang Mahakuasa memperhitungkan
dengan cepat dan akurat setiap perbuatan baik dan jahat setiap orang;
Dia menimbang semua perkataan dan pemikiran satu sama lain, dan
menghadiahi sebuah pembenaran dari segala kesalahan pada hari
penghakiman.

Kecemasan akan Hari Penghakiman, puncak dari "agama sepupu",
meningkatkan ketakutan "saudara sepupu" pada Allah. Mereka berdiri
dengan hormat di depan penguasa anonim segala ciptaan dan takut akan
penghakiman yang kekal. Tidak satu pun "saudara sepupu" yang tahu
pasti apa yang menunggu mereka pada "hari penghakiman". Sebuah masa
depan yang gelap membentang di depan mereka.

Menurut "iman sepupu", Allah adalah penguasa yang tidak terbantahkan
dan raja yang memerintah dengan sewenang-wenang. Tidak seorang pun
yang tahu, mengapa dia memimpin beberapa orang menuju surga atau
mengapa neraka adalah takdir bagi yang lain. "Saudara sepupu" sujud
menyembah sampai ke tanah di hadapan Allah seperti seorang budak di
depan tuannya, yang tidak tahu apakah dia akan mendapatkan hidup atau
mati, berkat atau kutuk. Budak itu merindukan rahmat dan "niat"
tulusnya hanyalah untuk menyembah Tuhan yang sejati, yang sebenarnya
tidak membawa jaminan akan kehidupan yang kekal.

Allah -- Bukan Tritunggal

"Saudara sepupu" sejak dari masa kanak-kanak berpikir bahwa orang
Kristen percaya kepada tiga Tuhan. Mereka secara konsisten
diperingatkan untuk tidak melakukan "dosa dari segala dosa" ini.
Kenyataan bahwa ada Bapa, Putra, dan Roh Kudus terdengar seperti
sebuah penghujatan untuk "saudara sepupu" dan sama artinya dengan
melanggar titah pertama: "Janganlah ada allah lain dihadapan-Ku."
Siapa pun yang mengaku bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang
seperti tuhan selain Allah, melakukan dosa yang tidak dapat diampuni.
Hal ini sejajar dengan dosa terhadap Roh Kudus (Surah 4:48 dan 116).

"Saudara sepupu" tidak tahu realitas tentang Tuhan Tritunggal, ataupun
ingin mengetahuinya. Ia akan menolaknya dengan tegas. "Saudara sepupu"
merasa muak ketika seorang Kristen mencoba menjelaskan tentang
Trinitas kepadanya. "Tiga tidak mungkin satu, dan satu bukanlah tiga,"
adalah jawaban klise mereka. Allah dalam "agama sepupu" tidak
memerlukan seorang penolong, pengantara, ataupun rekan. Hanya Dia yang
agung. Tidak ada satu pun yang seperti diri-Nya.

Tiga serangkai Ilahi, di mata "saudara sepupu", membawa kemungkinan
akan suatu pemberontakan dari salah satu Tuhan melawan yang lain.
Kecemburuan, ambisi, kebencian, dan kritik akan menjadi tak
terhindarkan. Pada kepemimpinan sebuah "negara sepupu" biasanya hanya
terdapat "seorang penguasa". Lawan-lawannya dibasmi. Dengan cara yang
sama, Allah hanya ada satu.

Misteri bahwa Tuhan kita adalah kasih tetap tersembunyi bagi "saudara
sepupu". Bapa mengasihi Anak selamanya. Dia bukanlah sebuah pribadi
yang egois yang hanya mengasihi diri-Nya sendiri. Melalui Dia, sang
"Firman", Ia menciptakan alam semesta. Setelah kematian penebusan
Yesus demi pendamaian, Bapa menganugerahkan segala kuasa di bumi dan
di surga ke dalam tangan sang Penakluk yang bangkit. Hari ini, Roh
Kudus sedang melengkapi karya sang Anak dalam gereja-Nya. "Saudara
sepupu" tidak melihat apa pun dari hal ini. Mereka juga tidak mengerti
bahwa Roh Kudus tidak pernah memuliakan diri-Nya sendiri, namun
memuliakan Anak, dan sang Anak terus-menerus memuliakan Bapa, yang
telah menentukan sang Pemenang atas dosa, maut, dan neraka di tangan
kanan-Nya. Hubungan kerohanian seperti itu dalam Trinitas yang Kudus
seluruhnya asing untuk "Saudara sepupu". Mereka tidak ingin memahami
arti kata-kata Yesus: "Aku dan Bapa adalah satu", atau "Bapa di dalam
Aku dan Aku di dalam Dia". Kasih, kerendahan hati, dan penyangkalan
diri, dalam "agama sepupu", tidak timbul sebagai dasar setiap otoritas
kerohanian. Allah berbeda. Dialah satu-satunya yang harus ditinggikan
dari awal sampai akhir, soliter, dan tak terjangkau.

Dengan penolakan akan Tuhan Tritunggal, "agama sepupu" telah
menghakimi dirinya sendiri. Orang-orang Kristen mengakui bahwa pada
masa kemunculan Kristus, makna terdahulu dari kata "Tuhan" telah
berubah. Bapa, Putra, dan Roh Kudus berada dalam penyatuan rohani.
Yesus dalam doa terakhir-Nya menyatakan, "Kita adalah satu" (Yohanes
17:22). Di sini, kejamakan menegaskan ketunggalan untuk mengungkapkan
rahasia Tuhan kita.

"Agama sepupu" menolak apa pun yang berhubungan dengan realitas
trinitas kita. "Nabi sepupu" menekankan, "Percayalah kepada Allah dan
Utusan-Nya, dan jangan katakan `tiga,` jauhkan dirimu darinya: hal itu
lebih baik untuk kamu. Mereka adalah orang-orang kafir yang
mengatakan, `Allah adalah yang ketiga dari tiga`." (Surah 4:171 dan
5:73)

"Nabi sepupu" menerima sebuah gambaran yang terdistorsi mengenai
Trinitas Ilahi ketika para pengikut sektarian mengatakan kepadanya
bahwa Yesus telah berkata, "Jadikan aku dan ibuku sebagai tuhan,
terpisah dari Allah." (Surah 5:116) Ide ini telah ditolak sejak dari
awalnya oleh setiap gereja Kristen dengan berdasar pada Kredo Nikea
(325 SM).

Selain penolakan ini, "agama sepupu" juga tidak bisa menoleransi
realitas ilahi. Allah sendiri hebat, berdaulat, dan berjaya. Tidak
mungkin ada Tuhan lain selain Dia. Dia tidak memerlukan seorang
penolong. Tidak ada yang seperti Dia. Seluruh keberadaan "agama
sepupu" menolak Tuhan Tritunggal.

ALLAH -- BUKANLAH BAPA

Pengakuan bahwa Tuhan adalah seorang Bapa merupakan sebuah ide yang
menjijikkan bagi "saudara sepupu", bahwa Tuhan telah tidur dengan
Maria, dan telah memiliki seorang putra tunggal. Nama "Bapa" tidak
akan terpahami dalam "agama sepupu" dalam hal kerohanian, namun hanya
literal. Allah tetap satu-satunya yang diagungkan, Tuhan yang kudus
dan jauh, yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan manusia. Ide
bahwa Allah menjadi seorang ayah menimbulkan permusuhan dan kebencian
dalam diri "saudara sepupu".

Inilah titik yang tepat, di mana Kabar Baik menegaskan iman kita.
Tuhan menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Dia tidak lagi menjadi
seorang pencipta yang jauh, asing, dan tidak diketahui, namun telah
mengungkapkan diri-Nya sendiri sebagai seorang Bapa yang "intim dan
penuh kasih." Tuhan telah mengikatkan diri-Nya dalam sebuah cara
sebagai seorang Bapa pada setiap orang yang menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Pemahaman Perjanjian Lama akan Tuhan semakin diperdalam oleh penekanan
Yesus pada nama "Bapa". Inilah revolusi teologis yang diperkenalkan
oleh Yesus ke dalam iman monoteistik yang dingin dari orang Yahudi.
Namun, orang Yahudi menolak ke-Bapa-an Tuhan dan melihatnya sebagai
penghujatan yang mutlak (Matius 26:65; Yohanes 10:33-36), seperti
halnya "agama sepupu" yang geram pada realitas Allah Bapa.

Sudahkah Anda mengalami bahwa Yesus tidak memandu kita untuk berdoa
pada Elohim, pada Yahweh, pada Tuhan Yang Mahakuasa, tidak juga pada
diri-Nya sendiri, namun mengungkapkan doa pribadi-Nya kepada kita,
sehingga kita sebagai anak-anak dapat berkata, "Bapa kami yang di
Sorga, Dikuduskanlah nama-Mu!, Datanglah kerajaan-Mu, Jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga."? Menyangkal atau membuang makna
nama bapa yang sangat penting akan sangat merusak inti Kabar Baik.
"Bapa" adalah kata-kata pertama Yesus di kayu salib dan juga "Bapa"
yang Dia serukan pada kalimat terakhir-Nya. Yesus mengungkapkan
rahasia terdalam akan esensi Tuhan pada para murid-Nya sebagai dasar
dan tujuan perjanjian baru.

Tuhan tidak lagi sebagai Tuhan yang kurang dikenal, yang harus kita
panggil dengan sebutan "tuan". Kita memiliki keistimewaan untuk
memanggil Bapa Surgawi kita dengan sebutan yang dekat, "Engkau". Roh
Tuhan bersaksi bersama roh kita, bahwa kita adalah "anak-anak" Tuhan.
Setiap orang Kristen sejati memiliki hubungan langsung dengan Tuhan.
Kita bukanlah "budak", namun anak-anak perjanjian baru melalui
anugerah Yesus Kristus. "Saudara sepupu" berdoa lebih sering daripada
orang Kristen, namun doa-doa resmi mereka terdiri dari sebuah liturgi
yang telah ditentukan dan bukanlah sebuah percakapan langsung dengan
Tuhan. Dalam "agama sepupu", semua manusia dikategorikan sebagai para
budak yang diciptakan untuk menyembah Allah. Namun, melalui Yesus kita
bukanlah budak: kita adalah anak-anak. Pintu menuju Bapa kita terbuka
lebar. Doa kita adalah percakapan dengan Tuhan yang langsung dari
hati, penuh permohonan, doa untuk orang lain, ucapan terima kasih, dan
penyembahan. Kita memiliki sebuah jalur langsung pada seorang Bapa
yang mendengarkan kita setiap saat. "Saudara sepupu" juga dapat
berseru dengan kata-kata mereka pada Allah, sebagai tambahan pada
doa-doa lima waktu yang telah dirancang, namun usaha-usaha untuk
membuat hubungan ini seperti sebuah panggilan ke langit yang kosong.
"Saudara sepupu" tidak tahu, apakah seseorang akan mendengarkan dan
apakah doanya akan dijawab. Allah terlalu besar untuk mengikatkan
diri-Nya pada para penyembah-Nya. "Saudara sepupu" tidak memiliki
hubungan pribadi dengan Tuhan. Hal ini tetap menjadi keistimewaan
orang Kristen.

"Agama sepupu" menolak ke-Bapa-an Tuhan, yang berarti telah meletakkan
dirinya pada jalan yang mengarah kepada kehancuran. "Saudara sepupu"
harus menghadapi segala sesuatu sendirian ketika mereka mempersiapkan
diri untuk menghadapi Hari Penghakiman di hadapan Allah. Tuhan mereka
adalah seorang saksi dan hakim yang tidak dapat disuap, di hadapan-Nya
tidak ada hubungan kekerabatan dengan siapa pun. Segala macam dosa
akan terungkap tanpa ampun. Sangatlah menakutkan jatuh ke dalam tangan
Allah. Dia mengeraskan hati kepada siapa pun yang Dia mau, dan
menyelamatkan siapa pun yang Dia inginkan. Tidak seorang pun tahu
persis apa yang akan Allah putuskan untuk dilakukan pada setiap orang.
Namun, Kabar Baik mengungkapkan kehendak Bapa atas kita. Dan, kita
tahu bahwa Dia merindukan setiap orang harus diselamatkan dan datang
pada pengenalan kebenaran. Oleh karena itu, kita bisa mendekat kepada-
Nya pada Hari Penghakiman dengan sangat tenang karena sang Hakim
adalah Juru Selamat kita.

Tuhan mengutus anak tunggal-Nya ke dalam dunia yang jahat ini sehingga
Dia mendamaikan semua orang dengan diri-Nya. Kristus menanggung dosa
setiap orang dan menanggung hukuman menggantikan kita. Bapa tidak
melanggar hukum yang suci ketika Dia membenarkan para pendosa, namun
menaatinya dengan menggantikannya dengan kematian Kristus. Hanya
melalui penyaliban seseorang menerima keistimewaan untuk memanggil
Tuhan sebagai Bapa kita. Dia telah memberikan semua penghakiman kepada
Putra-Nya, yang akan menghakimi dalam kesatuan penuh dengan Bapa-Nya.
Setiap orang yang percaya kepada Bapa melalui Putra telah diselamatkan
dari penghakiman (Yohanes 3:16-19, 5:22-23).

ALLAH -- BUKAN SANG PUTRA

Berbeda dengan agama-agama dunia yang lainnya, "agama sepupu" muncul
setelah Kristus hidup di bumi. "Nabi sepupu" sering mencari tahu
tentang Yesus dan mengumpulkan informasi mengenai Perjanjian Baru dari
orang Kristen Arab, juga dari budak Kristen asing. Waraqa ibn-Naufal,
seorang saudara sepupu dari istri "nabi sepupu" yang pertama yaitu
Khadijah (yang juga saudara jauh "nabi sepupu"), mungkin adalah
seorang pemimpin sebuah gereja rumah di Mekah. "Nabi sepupu"
menganalisis kehidupan Yesus dan menerima pernyataan tertentu yang
sesuai dengan sistem kepercayaannya. Segala sesuatu yang tidak dia
mengerti atau tidak sesuai dengannya ditolak sebagai sesuatu yang
salah atau palsu. Dengan cara ini, Kristologi Islam menjadi terbatas
pada 93 ayat dalam 15 surat dalam "Kitab Suci sepupu".

"Nabi sepupu" bersaksi dalam banyak ayat di "Kitab Suci sepupu", bahwa
Yesus lahir dari perawan Maria. Kelahiran-Nya yang menakjubkan bukan
hanya sebuah kepercayaan Kristen, namun juga merupakan sebuah dogma
"agama sepupu". "Nabi sepupu" menyebut Yesus sebagai perwujudan
"Firman Tuhan" dan suatu "roh dari Dia" (Surah 3:45 dan 4:171).
Perbedaan antara "agama sepupu" dan kekristenan dalam pemahaman
kelahiran Kristus tercermin dari pengajaran "nabi sepupu" bahwa
Kristus tidak "lahir" dari Allah, namun telah "diciptakan" dalam
Maria, dari ketiadaan, melalui Firman Yang Mahakuasa. Allah tidak akan
pernah dipahami sebagai Bapa dari Yesus, namun hanya sebagai
pencipta-Nya. Kristus bukanlah Putra Allah dalam "agama sepupu",
namun hanya sebagai seseorang yang menakjubkan, seorang nabi khusus,
seorang utusan Allah yang berwenang. Hal ini bertentangan dengan iman
semua gereja yang setuju dengan Kredo Nikea bahwa Kristus adalah
"Tuhan atas Tuhan, terang atas terang, Tuhan yang Maha, diperanakkan
dan bukan diciptakan, menjadi satu esensi dengan Bapa. (tRento)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Islam Under The Magnifying Glass
Judul asli bab: Allah In Islam And The Incarnation Of God In Jesus Christ
Penulis: Abd Al Masih
Penerbit: Light of Life, Villach, Austria
Halaman: 13 -- 24

                      DOA BAGI MISI DUNIA: KENYA

Ledakan granat di sebuah gereja yang berlokasi di Nairobi telah
menewaskan seorang mahasiswa, Kelvin Walumba (27 tahun) dan melukai
enam belas jemaat lainnya. Kelvin Walumba terbunuh sesaat setelah
seorang pria yang berpura-pura menjadi jemaat di Gereja God`s House of
Miracle, Nairobi, melemparkan 3 buah granat saat ibadah berlangsung,
meskipun hanya satu granat yang meledak saat itu. Seorang guru sekolah
minggu mengatakan bahwa satu dari dua murid laki-lakinya, J, sedang
mendapatkan perawatan di rumah sakit atas luka yang ia derita.

Sumber: Buletin Frontline Faith, Edisi Juli-Agustus 2012, Hal.11

Pokok Doa:

1. Bersyukur untuk perlindungan Tuhan bagi jemaat Gereja God`s House
of Miracle, Nairobi. Doakan agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.

2. Doakan juga untuk J, agar bisa segera pulih dari luka fisik akibat
ledakan granat tersebut. Doakan juga agar melalui peristiwa ini,
imannya tidak goyah, melainkan terus bertumbuh di dalam Dia.

         DOA BAGI INDONESIA: SEBUAH BOM MELEDAK DI AMBON

Open Doors mendapatkan informasi adanya ledakan bom di Ambon pada
tanggal 15 Mei 2012. Insiden ini terjadi saat orang banyak sedang
mengikuti perayaan Hari Pattimura, di mana masyarakat mempersembahkan
Obor dari Pulau Saparua menuju Kota Ambon, untuk memperingati pahlawan
nasional, Kapitan Pattimura. Insiden ini mengakibatkan 55 warga
terluka, yang sebagian besar adalah umat Kristen. Pada awalnya, ada
spekulasi yang mengatakan bahwa pemerintah lokallah yang menjadi
dalang pengeboman ini. Menurut warga setempat, situasi di Ambon sangat
terkontrol dan relasi antar umat beragama tidak terpicu oleh insiden
ini.

Sumber: Buletin Frontline Faith, Edisi Juli-Agustus 2012, Hal.11

Pokok Doa:

1. Mengucap syukur untuk perlindungan Tuhan kepada warga Ambon yang
menghadiri perayaan Hari Pattimura. Semua karena kemurahan-Nya.

2. Mengucap syukur juga untuk situasi yang kondusif pasca terjadinya
insiden pengeboman ini di Ambon.

3. Berdoa untuk pemulihan luka fisik dari para korban pengeboman.
Doakan agar mereka tidak menaruh dendam kepada oknum yang telah
membuat ketidaknyamanan pada perayaan Hari Pattimura tersebut.

4. Doakan juga agar melalui peristiwa ini, umat Kristen di Ambon
semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan memacu mereka untuk lebih
lagi menyatakan kasih Kristus di lingkungan mereka.

"NO CHRISTIAN IS SMALL WHO IS CHRISTIAN IN SMALL THINGS"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Yosua Setyo Yudo
Tim editor: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan
            Berlian Sri Marmadi
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org