Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2012/16

e-JEMMi edisi No. 16 Vol. 15/2012 (17-4-2012)

Cerita Misi

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
KESAKSIAN MISI: LUPUT DARI PEMENGGALAN KEPALA
TOKOH MISI: ISAAC MCCOY
SUMBER MISI: ADVANCING THE MINISTRIES OF THE GOSPEL (AMG) INTERNATIONAL

Shalom,

Konflik agama yang sempat pecah di Poso beberapa tahun lalu menyisakan
banyak kisah memilukan namun menguatkan bagi beberapa orang. Banyak
anak Tuhan yang mengalami penderitaan yang seolah sudah tidak mengenal
sisi kemanusiaan lagi. Kesaksian misi kali ini menghadirkan peristiwa
yang dialami oleh seorang anak Tuhan di Poso, yang hampir saja
merenggut nyawanya. Cintanya kepada Tuhan membutuhkan suatu pembuktian
yang mungkin tak satu anak Tuhan pun ingin mengalaminya. Namun
kenyataannya, cara Tuhan mengajar anak ini untuk melihat penderitaan
dengan kacamata ucapan syukur dan kebanggaan di dalam Tuhan telah
membuat kisahnya menjadi berkat bagi banyak orang. Simak juga kisah
Isaac Mccoy dalam upaya memindahkan suku Cherokee, untuk menyelamatkan
mereka dari pengaruh orang kulit putih. Selamat membaca, semoga
kesaksian dan tokoh misi kali ini menjadi berkat bagi Anda.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Berlian Sri Marmadi
< http://misi.sabda.org/ >

            KESAKSIAN MISI: LUPUT DARI PEMENGGALAN KEPALA

Jarang sekali seorang pendeta mau ditugaskan melayani di desa M --
Poso meskipun ini adalah desa Kristen. Banyak orang Kristen dibantai
secara keji di sekitar daerah itu. JT (30 tahun), tidak takut
menggantikan tugas penggembalaan seorang gembala GPdI yang meninggal
karena sakit di desa M. JT hanya menggembalakan 2 keluarga karena
jemaat lainnya telah mengungsi. JT tidak memiliki kendaraan untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan, dan untuk itu ia meminjam sepeda
motor milik orang tuanya di desa P.

Suatu sore -- 23 Desember 2004, JT menghadiri ibadah Natal bersama di
desa T. Acara berakhir malam dan kembali ke desanya dalam kegelapan
malam adalah berbahaya. Terpaksa ia bermalam di desa orang tuanya.
Keesokan harinya, 24 Desember 2004, JT memulangkan istri dan anaknya
ke desanya terlebih dahulu, dan kembali lagi untuk mengembalikan motor
milik orang tuanya.

Setelah memulangkan istri dan anaknya, ia mengembalikan motor itu
ditemani seorang jemaatnya, J (18 tahun). Mereka masing-masing membawa
motor melewati jalan di antara perkebunan cokelat. Di tengah
perjalanan antara desa M dan P, tampak seorang pria berdiri di pinggir
kanan jalan. JT tidak menyadari jika pria itu adalah seorang radikal
yang sedang menyembunyikan sebuah parang. JT sempat membunyikan
klakson dan terus melintas dalam kecepatan 30 km/jam. Rupanya pria itu
berencana mengayunkan parangnya ke bagian leher ketika JT melintas di
depan pria itu, sehingga otomatis kepala JT akan terpenggal dan
menggelinding ke bawah.

Ketika JT melintas persis di depan pria itu, seketika pria itu
mengayunkan senjatanya. Ia kaget dan melakukan gerakan refleks untuk
menghindar dengan cara membungkukkan badannya. Leher JT luput dari
sebuah penggalan yang mematikan. Namun, parang itu tetap mengenai
wajahnya. Mulut JT robek dari bagian pipi kanan ke pipi kiri. Sepuluh
giginya bagian atas rontok dan lidahnya teriris. Karena pipinya robek,
rahang bagian bawah menggelantung. Ia tidak sanggup mengatupkan
mulutnya dan JT melemparkan motornya ke pinggir jalan.

Menyaksikan JT terluka parah dan terancam nyawanya, J melompat dari
motornya dan menghampiri pria itu. Mereka pun berduel. Pria itu jatuh.
Dari balik semak-semak muncul tiga orang pria lainnya bersenjatakan
parang, lalu mengeroyok J. J terluka di bagian pelipis dan sekujur
punggungnya. Jari telunjuk kirinya putus. J berlari kembali ke arah
desa M dalam kejaran tiga pria tersebut, sementara salah seorang pria
itu mengejar JT yang berlari ke arah desa P. JT lari sambil memegangi
rahang bagian bawah yang menggelantung sambil terkucur darah segar.
Tangan Tuhan menolongnya. Semakin jauh JT dan J berlari, semakin
tertinggal pengejarnya.

"Aku menaikkan doa pengampunan saat berlari. Aku berteriak: `Tuhan
beri aku kekuatan! Aku ampuni mereka!` Seketika aku merasakan kekuatan
mengalir dari atas, yang memampukan aku berlari makin kencang dan aku
merasa badanku ringan sekali ketika lari. Tak terasa 1,5 kilometer
telah aku lampaui hingga tiba di desa P. Aku bertemu warga Kristen dan
aparat, lalu aku dibawa ke rumah sakit Poso dengan angkutan kota,"
kata JT. Sementara itu, J berlari terus hingga tiba di desa M dan
bertemu aparat di pos keamanan, lalu ia dilarikan ke rumah sakit Poso
dengan dibonceng sepeda motor. Di lokasi kejadian, polisi menemukan
beberapa parang tajam sepanjang 70 sentimeter yang masih ada darahnya,
dan 5 buah karung yang disediakan untuk membungkus kepala JT dan J
yang akan dipenggal.

JT merasa bahwa tugas penggembalaan merupakan sebuah panggilan yang
kita tidak boleh memilih-milih. "Setelah ini aku tetap kembali
melayani Tuhan. Sekarang aku bisa ikut merasakan penderitaan para
martir yang mengasihi Allah. Jika waktu itu aku tidak memiliki
sukacita dan terlalu berfokus pada penderitaanku, mungkin aku sudah
menyangkal Kristus," ungkap JT. Dan lagi, J menambahkan, "Aku ingin
para pendeta melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh."

Dengan bantuan sebuah yayasan Kristen, JT mendapatkan bantuan medis
lebih lanjut. JT dibuatkan gigi palsu dengan metode implantasi yaitu
menanamkan titanium alloy sebagai pengganti akar. Sekarang JT tidak
lagi kesulitan mengunyah makanan. Perhatian ini akan mengingatkan
orang-orang Kristen teraniaya bahwa mereka tidak sendirian. Tetapi
Tuhan bersama mereka melalui saudara seiman yang memberikan doa dan
perhatian.

Goresan bekas luka tampak di sepanjang wajah JT. Goresan ini bisa
dihilangkan dengan operasi bedah plastik. Namun JT menolak ketika ia
ditawari untuk melakukan operasi bedah plastik. JT menjawab, "Saya
tidak perlu itu. Tanda ini akan menjadi kenangan dan kesaksian bagi
banyak orang. Mereka akan sangat diberkati oleh kesaksian saya." Bagi
sebagian orang, tanda bekas luka atau cacat adalah hal yang memalukan,
tapi bagi orang yang mengasihi-Nya tanda itu adalah meterai perjanjian
kemuliaan dengan Allah.

Pokok Doa:

1. Bersyukur bahwa Tuhan membuktikan penyertaan-Nya kepada
anak-anak-Nya dan tidak membiarkan mereka seorang diri menghadapi
penganiayaan.

2. Berdoa untuk JT dan J, supaya mereka tetap dikuatkan Tuhan dan
terus menyaksikan kasih-Nya dalam hidup mereka.

3. Berdoa agar Tuhan memakai kesaksian ini untuk menguatkan setiap
pembaca dalam menghadapi semua tantangan dan masalah.

Diambil dari:
Nama buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Maret - April 2005
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman: 11

                        TOKOH MISI: ISAAC MCCOY

Misi Protestan untuk orang-orang Indian Amerika telah berubah selama
akhir abad ke-18. Masa Kebangkitan Besar yang telah mengobarkan api
misi pada masa kolonial telah padam, dan selama bertahun-tahun setelah
Revolusi Amerika, misi Protestan seakan tertidur. Lebih-lebih para
pelayan tidak lagi menemukan orang-orang Indian yang tidak terjangkau
dalam jemaat mereka sendiri. Banyak suku Indian yang punah karena
peperangan dan penyakit yang dibawa orang-orang kulit putih, dan
sebagian besar dari mereka yang selamat menemukan bahwa populasi
daerah pesisir sebelah timur terlalu padat untuk gaya hidup pribumi
mereka.

Bersamaan dengan pergerakan peradaban yang menuju Barat, orang-orang
Indian terdorong semakin jauh kembali ke padang belantara yang tidak
dikenal. Orang-orang yang berupaya untuk menginjili mereka tidak lagi
dapat tinggal di rumah sambil melayani dan menjalankan pelayanan
rangkap dua, sebagaimana yang dulu dilakukan oleh para pelayan
kolonial; tetapi mereka harus berpindah tempat dan mengendarai kereta
kuda mereka menuju ke barat, keluar dari daerah pemukiman kulit putih
untuk menjangkau orang-orang Indian. Beberapa utusan Injil seperti
Zeisberger, terdesak menuju ke barat bersama dengan para pengikut
Indian mereka.

Namun yang menarik, ketika orang-orang Indian terdesak ke sebelah
barat, terdapat sebuah ketertarikan yang baru dalam misi-misi kepada
orang Indian. Hal ini selain disebabkan oleh Masa Kebangkitan Kedua
yang melanda sebagian besar Amerika Serikat bagian timur selama awal
abad ke-19, juga disebabkan oleh fakta bahwa banyak orang yang
mendapati bahwa orang-orang Indian lebih mudah untuk dikasihi dari
jarak jauh daripada dalam kedekatan. Orang-orang awam dan para pelayan
sama-sama mendapati bahwa lebih sederhana dan mudah untuk mengutus
para utusan Injil ke beberapa pos yang jauh, daripada untuk terlibat
di lingkungan dekat mereka sendiri. Selama tahun-tahun ini,
denominasi-denominasi mengembangkan misi kepada orang-orang Indian,
dan organisasi-organisasi misi yang sudah ada semakin meningkatkan
usaha mereka.

Ketertarikan orang-orang Methodis terhadap kebutuhan misi kepada
orang-orang Indian dibangkitkan oleh John Steward, seorang kulit hitam
dari Ohio yang merasa terpanggil untuk berkhotbah kepada orang-orang
Indian Wyandot di Upper Sandusky, Ohio, setelah ia bertobat di sebuah
pertemuan kamp. Dia diterima dengan baik oleh orang-orang Indian
ketika tiba pada tahun 1816, dan ia terkejut saat mengetahui bahwa
seorang kulit hitam lainnya, Jonathan Painter, budak yang melarikan
diri dari Kentucky, tinggal di tengah-tengah orang-orang Indian itu.
Steward berusaha menjadikan pria itu penerjemah baginya, tetapi
Painter menolak dengan berkata, "Bagaimana saya bisa menerjemahkan
Injil kepada orang-orang Indian sementara saya sendiri tidak
beragama?" Malam itu, dengan dorongan dan doa Steward, Painter
berdamai dengan Allah, dan bersama-sama mereka berkhotbah kepada
orang-orang Indian. Steward resmi menjadi pendeta Methodis, dan pada
tahun 1819 Methodist Missionary Society didirikan, dan para utusan
Injil yang terlatih ditugaskan ke wilayah Upper Sandusky.

Misi-misi Baptis kepada orang-orang Indian dimulai oleh Isaac McCoy
dan istrinya, yang membuka sebuah pelayanan misi di Fort Wayne pada
tahun 1820. Setelah dua tahun di tempat itu, mereka memindahkan
misinya ke Michigan Selatan karena apa yang mereka percayai tentang
orang Indian bertentangan dengan apa dipercaya oleh tetangga kulit
putih mereka. Di sana mereka mendirikan Badan Misi Carey, kompleks
misi yang cukup berkembang. Seorang perwira militer Amerika Serikat
yang mengunjungi kompleks misi itu, hanya setelah tujuh bulan sejak
tempat itu didirikan, mendapati sebuah kompleks misi yang dijalankan
secara mengesankan dan efisien, yang mencakup sebuah rumah misi yang
besar, sekolah, bengkel pandai besi, dan bangunan-bangunan lainnya,
juga kebun-kebun, taman-taman, dan padang rumput yang dipagari.
Sekolah itu memunyai kurang lebih empat puluh orang murid, dan misi
menunjukkan setiap tanda keberhasilan. Namun setelah dua tahun, McCoy
sekali lagi khawatir untuk melanjutkan, sekali lagi takut dengan
pelanggaran batas orang-orang kulit putih dan konsekuensi-konsekuensi
menakutkan yang dia yakini akan berdampak pada orang-orang Indian yang
tinggal dekat dengan orang-orang kulit putih. Dia percaya bahwa
satu-satunya solusi terhadap gangguan pengaruh tetangga kulit putih
adalah dengan mendirikan sebuah koloni Indian "di sebelah barat negara
bagian Missouri". Pada tahun 1824, McCoy pergi ke Washington untuk
mengajukan rencananya dalam pertemuan tahunan Dewan Misi Baptis.
Dengan persetujuan dewan misi itu, ia menyelenggarakan sebuah
pertemuan dengan Sekretaris Perang John C. Calhoun, yang mendukung
rencananya. Sejak pertemuan itu, usaha McCoy beralih ke lobi politik
dan jauh dari pekerjaan penginjilan di antara orang-orang Indian; para
bawahannyalah yang mengambil alih pekerjaan utusan Injil tersebut.

Meskipun secara historis golongan Baptis memperjuangkan pemisahan
antara gereja dengan negara, adalah hal yang paradoks bahwa melalui
pengaruh McCoy, misi orang-orang Indian Baptis menjadi berkaitan erat
dengan pemerintahan. Ini merupakan sebuah periode dalam sejarah
negara, di mana pemerintah menjadi terlibat jauh dalam misi-misi orang
Indian, dan golongan Baptis lebih siap daripada denominasi lain dalam
mengemban peran ini. Misi Carey menerima dana pemerintah, dan McCoy
secara aktif bergabung dengan pemerintah terhadap isu penggusuran
Indian -- kasus yang paling terkenal di mana McCoy melibatkan diri
adalah penggusuran orang-orang Cherokee dari Georgia. Alasan McCoy
atas penggusuran Indian adalah bahwa orang-orang Indian harus
dipisahkan dari orang-orang kulit putih untuk dikristenkan, dan secara
politik dia berdampingan dengan negara bagian Georgia dalam
pernyataannya atas tanah suku Cherokee. Dia tidak merasa cemas untuk
memulai tindakan yang kontroversial dan drastis, dan dia siap menerima
tugas pemerintahan untuk menjelajah dan memeriksa negeri di barat yang
sesuai dengan koloni Indian.

Penggusuran orang-orang Cherokee adalah salah satu ketidakadilan
terbesar yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dalam sejarah
bangsa itu. Pada tahun 1837, beberapa tahun setelah penemuan emas di
negeri mereka, orang-orang Indian di negara Cherokee yang hidup damai
dan maju secara budaya, dipaksa oleh ketetapan pemerintah dan 9.000
pasukan untuk meninggalkan rumah mereka di Georgia. Mereka digiring ke
dalam benteng, sementara harta benda mereka dilelang habis. Ribuan
orang dari mereka kemudian dipindahkan dengan kapal sungai, sementara
yang lainnya dipaksa untuk berjalan melalui darat di sebelah atas
Sungai Mississippi. Ini merupakan perjalanan yang membahayakan dan
angka kematiannya tinggi. Dukungan kuat McCoy terhadap kebijakan
penggusuran ini bukanlah ciri-ciri semua utusan Injil. Bahkan, banyak
utusan Injil yang dengan gagah berani melawan tindakan itu, dan
sebelumnya, siksaan dialami oleh 4 orang Presbiterian dan 2 utusan
Injil Methodis ditangkap, diadili, dihukum, dan dijatuhi hukuman
pekerja kasar karena protes keras mereka. Memikirkan tentang para
utusan Injil yang diseret dari rumah mereka dengan dirantai bukanlah
hal yang biasa.

Dalam pembelaan McCoy, harus ditunjukkan bahwa meskipun dia adalah
salah satu pendukung penggusuran yang terkuat, dia benar-benar
memunyai keberanian untuk mengutuk kekejaman dalam melaksanakan
prosedurnya. Pada akhirnya, penggusuran secara paksa terhadap
orang-orang Cherokee tidak diragukan lagi lebih mencoreng alasan
Injil di antara orang-orang Indian, daripada pengaruh buruk apa pun
yang diberikan oleh tetangga kulit putih mereka.

Untungnya, penggusuran orang-orang Cherokee secara brutal merupakan
pengecualian dan bukan yang semestinya. Sebagian besar suku-suku Timur
yang mempertahankan campur tangan orang kulit putih terdesak ke Barat
dari tanah kelahiran mereka, dan melewati batasan peradaban
orang-orang kulit putih. Namun, bukan tanpa penolakan. Orang-orang
Indian sering kali berjuang dengan gigih demi tanah mereka,
kadang-kadang mengorbankan para Utusan Injil yang datang untuk
melayani mereka. Kisah Waiilatpu di negeri Oregon dengan jelas
melukiskan ini. (tJing Jing)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: From Jerusalem to Irian Jaya
Penulis: Ruth A. Tucker
Penerbit: The Zondervan Corporation, Grand Rapids, Michigan 1983
Halaman: 95 -- 97

                  SUMBER MISI: ADVANCING THE MINISTRIES
                   OF THE GOSPEL (AMG) INTERNATIONAL

AMG International berfokus untuk melakukan penginjilan di seluruh
penjuru dunia, sehingga setiap orang setidaknya mendapat kesempatan
satu kali mendengar dan menanggapi Injil. Organisasi yang berkantor
pusat di Chattanooga, Tennessee, AS ini melayani 55 negara. Melalui
situsnya Anda dapat melihat secara lengkap pelayanan AMG Internasional
yang menaruh perhatian khusus kepada pendidikan calon-calon pemimpin
lokal sebagai utusan Injil bangsanya. Anda juga bisa belajar tentang
Allah, berpartisipasi, mendukung dalam doa dan dana bagi kelanjutan
pelayanan organisasi ini. Selamat berkunjung! (MDK)

==>  www.amginternational.org

"THERE IS NO PLACE WHERE EARTH`S SORROWS ARE MORE KEENLY FELT THAN IN
HEAVEN"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yosua Setyo Yudo
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org