Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/49

e-JEMMi edisi No. 49 Vol. 14/2011 (13-12-2011)

Biografi Yesus 2

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: BUKTI SAKSI MATA: APAKAH BIOGRAFI YESUS DAPAT DIPERCAYA? 2
DOA BAGI MISI DUNIA: AFGHANISTAN
DOA BAGI INDONESIA: PERSIAPAN NATAL DI INDONESIA

Shalom,

Dari e-JEMMi edisi 48 yang lalu, Anda telah kami bawa untuk mengenal
lebih dekat mengenai tiga Injil pertama (Matius, Markus dan Lukas)
yang memberi kesaksian mengenai Yesus. Dalam edisi minggu ini, kami
akan mengupas lebih lanjut dengan kesaksian Yohanes dari Injil Yohanes
yang memiliki perbedaan dalam memberikan kesaksiannya tentang Yesus
Kristus. Apakah perbedaan itu merupakan suatu kontradiksi dengan
ketiga Injil yang lain? Selamat menyimak dan menemukan jawaban atas
pertanyaan tersebut dalam kolom Artikel Misi. Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Yosua Setyo Yudo
< http://misi.sabda.org/ >

                     ARTIKEL MISI: BUKTI SAKSI MATA:
                 APAKAH BIOGRAFI YESUS DAPAT DIPERCAYA? 2

Keunikan Pandangan Yohanes

Puas dengan jawaban singkat Blomberg tentang tiga Injil pertama yang
disebut Sinoptik, yang berarti "melihat pada saat yang sama", karena
kesamaan mereka dalam hal alur dan hubungan -- selanjutnya saya
mengalihkan perhatian kepada Injil Yohanes. Setiap orang yang membaca
keempat injil akan segera mengenali bahwa ada perbedaan yang jelas
antara Sinoptik dan Injil Yohanes, dan saya ingin tahu apakah ini
berarti ada kontradiksi yang tidak bisa disatukan lagi di antara
mereka.

"Bisakah Anda menjelaskan perbedaan-perbedaan antara Injil Sinoptik
dan Injil Yohanes?" tanya saya kepada Blomberg.

Alisnya terangkat. "Pertanyaan yang bagus!" serunya.

Setelah saya meyakinkan dia bahwa saya hanya mengikuti inti
permasalahan, bukan karena ingin berdiskusi lebih dalam, dia bersandar
kembali ke kursinya.

"Memang benar bahwa Yohanes agak berbeda dari Sinoptik," ia memulai.
"Hanya cerita-cerita utama yang lengkap, yang muncul dalam tiga injil
lainnya, yang dimunculkan lagi di Injil Yohanes, meskipun
perubahan-perubahan itu dapat diketahui ketika seseorang datang
kepada Yesus di minggu terakhir. Dari poin inilah kesinambungan cerita
itu semakin erat."

"Tampaknya ada juga perbedaan yang tajam dalam gaya bahasa. Di kitab
Yohanes, Yesus menggunakan terminologi yang berbeda, ia memberikan
khotbah panjang, dan tampaknya ada juga Kristologi yang lebih tinggi,
yaitu pengakuan yang lebih langsung dan lebih jelas yang menyatakan
bahwa Yesus adalah satu kesatuan dengan Bapa, Allah sendiri, jalan,
kebenaran, dan hidup; kebangkitan dan hidup."

"Apa alasan perbedaan-perbedaan itu?" tanya saya.

"Selama bertahun-tahun, anggapan bahwa Yohanes mengetahui semua yang
Matius, Markus, dan Lukas tulis, dan ia memandang tidak perlu
mengulanginya, jadi ia dengan sadar memilih untuk menambahkannya.
Akhir-akhir ini, kitab Yohanes dianggap berdiri sendiri daripada
ketiga Injil lainnya, yang dapat dikatakan tidak hanya berbeda dalam
memilih bahan, tetapi juga berbeda dalam pandangan tentang Yesus."

Pengakuan Yesus yang Paling Berani

"Ada beberapa perbedaan teologis dalam kitab Yohanes" ujar saya.

"Saya tidak mempertanyakan perbedaan-perbedaan itu, tetapi apakah
semua perbedaan itu bisa disebut sebagai suatu kontradiksi? Saya rasa
jawabannya adalah tidak, dan inilah sebabnya: untuk hampir setiap tema
utama atau perbedaan yang ada dalam Injil Yohanes, Anda bisa temukan
keterkaitannya di Injil Matius, Markus, dan Lukas, meskipun tidak
sepenuhnya."

Itu adalah pernyataan yang tegas. Dengan cepat saya memutuskan untuk
mengujinya dengan memunculkan berbagai masalah yang mungkin paling
penting; berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
perbedaan antara Injil Sinoptik dan Injil Yohanes.

"Yohanes membuat pengakuan yang sangat jelas tentang Yesus sebagai
Tuhan, yang beberapa di antaranya mengarah pada fakta bahwa ia menulis
setelah yang lainnya dan mulai membumbuinya," kata saya. "Dapatkah
Anda menemukan tema tentang ketuhanan ini di Sinoptik?"

"Ya, saya dapat menemukannya," katanya. "Tema ini lebih jelas dan Anda
bisa menemukannya di sana. Coba Anda pikirkan cerita tentang Yesus
yang berjalan di atas air, yang terdapat di Matius 14:22-23 dan Markus
6:45-52. Sebagian besar terjemahan Inggris menyembunyikan bahasa
Yunani dengan mengutip perkataan Yesus, `Fear not, it is I.` (Jangan
takut, Aku ini). Sebenarnya, dalam bahasa Yunani dikatakan, `Fear not,
I am.` (Jangan takut, inilah Aku). Dua kata terakhir sama dengan apa
yang Yesus katakan dalam Yohanes 8:58, ketika Ia menamakan Diri-Nya
sendiri `Aku` yang merupakan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada
Musa dalam semak belukar yang terbakar dalam Keluaran 3:14. Jadi,
Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Pribadi yang memiliki kuasa yang
sama dengan sifat ketuhanan YHWH, Allah dalam Perjanjian Lama."

Saya menganggukkan kepala "Itu salah satu contohnya," kata saya.
"Apakah Anda punya contoh lain?"

"Ya, saya dapat meneruskannya," kata Blomberg. "Contohnya, sebutan
Yesus yang paling umum untuk menunjuk Diri-Nya dalam tiga Injil
pertama adalah Anak Manusia. Dan..."

Saya mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Tunggu dulu," kata
saya. Saya meraih tas dan mengeluarkan sebuah buku dan brosur, dan
mengamatinya hingga saya menemukan kutipan yang saya cari. "Karen
Armstrong, mantan biarawati yang menulis buku terlaris `A History of
God`, mengatakan bahwa tampaknya istilah `Anak Manusia` hanya
menekankan pada kelemahan dan kematian kondisi manusia. Jadi dengan
menggunakan istilah ini, Yesus hanya menekankan bahwa `Dia hanyalah
manusia biasa, yang suatu hari nanti akan menderita dan mati.` Bila
hal itu benar, itu tidak seperti kebanyakan pengakuan tentang
ketuhanan," kata saya.

Ekspresi Blomberg berubah kecut. "Perhatikan," katanya dengan
sungguh-sungguh, "berbeda dengan kepercayaan yang populer, `Anak
Manusia` tidak hanya menunjuk pada kemanusiaan Yesus. Sebaliknya, ini
merupakan kiasan langsung terhadap Daniel 7:13-14."

Dengan ayat itu dia membuka Perjanjian Lama dan membaca kata-kata nabi
Daniel. "Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang
dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah
ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu
diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai
raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa
mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang
tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan
musnah."

Blomberg menutup Alkitab. "Jadi, lihatlah pada apa yang Yesus lakukan
dengan menerapkan istilah `Anak Manusia` kepada dirinya sendiri,"
lanjutnya. "Ia adalah seseorang yang menghampiri Allah sendiri di
takhta surgawi-Nya, dan diberikan kekuasaan dan kemuliaan yang
universal. Itulah yang menjadikan `Anak Manusia`, nama yang teragung
tidak hanya sekadar kemanusiaan."

Kemudian saya sampai pada suatu komentar dari ahli lain, Dr. William
Lane Craig, yang telah membuat pengamatan yang sama: "Anak Manusia"
sering digunakan untuk menunjukkan kemanusiaan Yesus, sama seperti
ungkapan refleks "Anak Allah" yang menunjukkan ketuhanan-Nya. Pada
kenyataannya, justru sebaliknya. Anak Manusia merupakan sosok Tuhan
dalam Perjanjian Lama di kitab Daniel, yang akan datang di akhir zaman
untuk menghakimi manusia dan memerintah selamanya. Jadi, pengakuan
menjadi Anak Manusia akan menjadi dampak dari pengakuan ketuhanan.

Lanjut Blomberg: "Selain itu, dalam Injil Sinoptik, Yesus mengaku
untuk menghapus dosa, dan itu merupakan sesuatu yang hanya Allah saja
yang dapat melakukannya. Yesus menerima doa dan pujian. Yesus
mengatakan, `Barangsiapa mengenal Aku, Aku akan mengenalnya di hadapan
Bapa di surga.` Penghakiman terakhir didasarkan pada reaksi seseorang
-- siapa? Ini hanyalah manusia biasa? Bukan, itu akan menjadi
pengakuan yang sangat angkuh. Penghakiman terakhir didasarkan pada
reaksi seseorang kepada Yesus sebagai Tuhan."

"Seperti yang dapat Anda lihat, itu semua berbagai bahan di Sinoptik
tentang ketuhanan Kristus, yang kemudian menjadi lebih jelas di Injil
Yohanes."

Agenda Teologis Injil

Dalam menulis Injil terakhir, Yohanes mendapatkan keuntungan untuk
mempertimbangkan masalah-masalah teologis, untuk masa yang lebih
panjang. Jadi saya bertanya kepada Blomberg, "Tidakkah fakta bahwa
Yohanes yang menulis dengan lebih teologis berarti bahwa materi
sejarahnya mungkin telah tercemar, dan oleh sebab itu menjadi kurang
dapat dipercaya?"

"Saya tidak percaya Yohanes lebih teologis," Blomberg menekankan. "Ia
hanya memiliki penggolongan yang berbeda dalam penekanan teologis.
Masing-masing dari Matius, Markus, dan Lukas memiliki sudut pandang
teologis berbeda yang ingin mereka tonjolkan. Lukas adalah seorang
teolog yang menyoroti orang-orang miskin dan masalah-masalah sosial;
Matius adalah seorang teolog yang mencoba untuk memahami hubungan
antara kekristenan dengan Yudaisme; Markus menunjukkan Yesus sebagai
pelayan yang menderita. Anda bisa membuat daftar panjang tentang
perbedaan teologis dari Matius, Markus, dan Lukas."

Saya memotongnya karena saya takut Blomberg kehilangan batasan dari
masalah yang saya berikan. "Baiklah, tapi tidakkah motivasi teologis
itu memunculkan keraguan tentang kemampuan dan kemauan mereka untuk
melaporkan apa yang terjadi secara akurat?" tanya saya. Tidakkah itu
sepertinya menunjukkan bahwa agenda teologis mereka akan mendorong
mereka untuk mewarnai dan memutarbalikkan sejarah yang mereka catat?

"Itu tentu saja berarti bahwa seperti dokumen ideologis lainnya, kita
harus menyadari hal tersebut sebagai suatu kemungkinan," ia mengakui.
"Ada orang-orang yang bermaksud melakukan distorsi sejarah guna
memenuhi tujuan ideologi mereka, namun sayangnya orang-orang telah
menyimpulkan bahwa hal tersebut selalu terjadi, sebuah kesimpulan yang
sebenarnya adalah suatu kesalahan."

"Pada zaman kuno, pemikiran untuk menulis keputusasaan, sejarah
objektif yang hanya untuk membuat peristiwa-peristiwa menjadi
menakjubkan tanpa tujuan ideologis, tidaklah mendapat perhatian. Tidak
seorang pun menulis sejarah bila tidak ada alasan untuk
mempelajarinya."

Saya tersenyum. "Saya rasa Anda akan mengatakan itu membuat segala
sesuatu dicurigai," saran saya.

"Ya, di satu titik memang," jawabnya. "Tetapi, bila kita dapat
menyusun ulang sejarah dari berbagai sumber kuno lainnya secara akurat
masuk akal, kita dapat melakukannya mulai dari Injil, meskipun Injil
sangat ideologis."

Blomberg berpikir sesaat, mencari analogi yang tepat untuk
menyampaikan pendapatnya. Akhirnya dia berkata, "Ini rangkaian modern
dari pengalaman masyarakat Yahudi, yang mungkin menjelaskan apa yang
saya maksud."

"Beberapa orang, khususnya untuk tujuan-tujuan anti Semitik,
menyangkali atau tidak mengakui kengerian Holocaust. Namun, orang
terpelajar dari Yahudilah yang telah menciptakan museum, buku-buku
tertulis, benda-benda yang diawetkan, dan kesaksian saksi mata yang
didokumentasikan tentang Holocaust."

"Sekarang, mereka memiliki tujuan yang sangat ideologis -- yang
artinya, untuk meyakinkan bahwa perbuatan keji itu tidak pernah
terjadi lagi -- tetapi mereka juga sangat percaya dan objektif dalam
melaporkan kebenaran sejarah."

"Kekristenan didasarkan pada penegasan-penegasan sejarah tertentu,
bahwa Allah secara unik memasuki ruang dan waktu dalam diri Yesus dari
Nazaret. Jadi, ideologi yang ingin ditawarkan oleh orang Kristen
sebisa mungkin memerlukan bukti sejarah yang sangat teliti."

Dia membiarkan analoginya karam. Memandang saya dengan lebih tajam,
dia bertanya, "Apakah Anda menangkap maksud saya?"

Saya mengangguk tanda mengerti.

Berita Penting dari Sejarah

Satu hal yang ingin disampaikan bahwa Injil yang berakar pada
kesaksian para saksi, baik secara langsung ataupun tidak, adalah hal
yang berbeda untuk mengakui bahwa informasi ini disimpan rapi sampai
akhirnya ditulis beberapa tahun kemudian. Saya tahu bahwa ini adalah
hal yang penting, dan saya ingin menantang Blomberg dengan masalah ini
sebisa mungkin.

Saya kembali mengambil buku "A History of God" yang terkenal.
"Dengarkan hal lain yang dia tulis," kata saya.

Kita tahu sedikit tentang Yesus. Cerita utuh pertama tentang
kehidupan-Nya ada di Injil Markus, yang tidak ditulis hingga tahun
70-an, kira-kira 40 tahun setelah kematian-Nya. Pada waktu itu, fakta
sejarah telah dilapisi dengan elemen-elemen mistis yang menunjukkan
arti Yesus telah bersama-sama dengan pengikut-Nya. Ini berarti bahwa
Markus terutama menyatakan suatu gambaran langsung yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Saya menutup kembali buku dan memasukkan ke dalam tas saya, saya
kembali kepada Blomberg dan melanjutkan. "Beberapa ahli mengatakan
bahwa Injil ditulis setelah peristiwa legenda yang dibentuk dan
dirusak, yang akhirnya ditulis mengembalikan Yesus dari sekadar
seorang guru yang bijaksana ke mitologi Anak Allah. Apakah itu
hipotesis yang masuk akal, ataukah ada bukti yang tepat bahwa Injil
dicatat jauh lebih awal daripada itu, sebelum legenda dapat
benar-benar terbentuk, sehingga akhirnya dicatat?"

Mata Blomberg menciut dan suaranya menegaskan. "Ada dua masalah yang
berbeda di sini dan penting untuk menjaga masalah-masalah itu secara
terpisah," katanya. "Saya sungguh merasa ada bukti yang cukup untuk
memperkirakan masa awal penulisan Injil. Tetapi bila tidak ada
sekalipun, pendapat Amstrong tetap tidak berguna."

"Mengapa tidak?" tanya saya.

"Standar penanggalan para ahli, bahkan dalam lingkaran yang sangat
liberal sekalipun, adalah Markus ditulis tahun 70-an, Matius dan Lukas
tahun 80-an, Yohanes tahun 90-an. Namun perhatikan: itu masih termasuk
dalam masa hidup orang-orang yang menjadi saksi hidup Yesus, termasuk
saksi kunci yang akan memberikan pembenaran bila ajaran-ajaran palsu
tentang Yesus disebarkan. Akibatnya, Injil yang ada sekarang ini
benar-benar tidak salah. Kenyataannya, kita bisa membuat perbandingan
yang sangat bermanfaat."

"Dua biografi terawal dari Aleksander Agung ditulis oleh Arrian dan
Plutarch selama lebih dari 400 tahun setelah Aleksander mati pada
tahun 323 SM. Namun, para sejarawan menganggapnya dapat dipercaya
secara umum. Ya, cerita-cerita legenda tentang Aleksander telah
terbentuk selama bertahun-tahun, tetapi itu hanyalah pada abad-abad
setelah dua penulis ini."

"Dengan kata lain, 500 tahun pertama menjadikan kisah Aleksander
sangat melekat; cerita-cerita legendaris mulai menyebar selama lebih
dari 500 tahun. Jadi, apakah Injil ditulis 50 tahun atau 30 tahun
setelah kehidupan Yesus, durasi waktunya diabaikan dengan
perbandingan. Ini hampir merupakan bukan berita."

Saya bisa melihat apa yang Blomberg sedang katakan. Pada saat yang
sama, saya memunyai beberapa keberatan tentang hal tersebut. Bagi
saya, tampak jelas bahwa semakin kecil pemisah antara suatu peristiwa
dan kapan peristiwa itu dicatat dalam bentuk tulisan, tampaknya
semakin kecil pula kesempatan tulisan-tulisan itu menjadi legenda atau
kenangan yang salah.

"Biarkan saya mengakui pendapat Anda untuk saat ini, tapi marilah kita
kembali pada penanggalan Injil," kata saya. "Anda menunjukkan bahwa
Anda percaya kitab-kitab itu ditulis lebih awal dari tanggal-tanggal
yang Anda sebutkan."

"Ya, lebih awal," katanya. "Dan kita bisa dukung itu dengan melihat
kitab Kisah Para Rasul, yang ditulis oleh Lukas. Kisah Para Rasul
tampaknya tidak selesai -- Paulus merupakan tokoh utama dari kitab
tersebut dan ia sedang dipenjara di Roma. Itu sebabnya buku itu tampak
tidak selesai. Apa yang terjadi terhadap Paulus? Kita tidak dapat
mendapatkan jawabannya dari Kisah Para Rasul, mungkin karena kitab itu
ditulis sebelum Paulus dihukum mati."

Blomberg semakin terluka ketika ia melanjutkan. "Itu berarti Kisah
Para Rasul tidak bisa ditanggali lebih dari tahun 62 setelah masehi.
Dengan demikian, kita kemudian bisa mundur dari sana. Karena Kisah
Para Rasul adalah bagian kedua dari dua bagian karya, maka kita tahu
bahwa bagian pertamanya, yaitu Injil Lukas, pasti ditulis terlebih
dahulu. Dan karena Lukas adalah bagian dari Injil Markus, maka itu
berarti Markus sudah ada terlebih dahulu."

"Bila Anda membiarkannya kira-kira setahun untuk setiap kitab-kitab
itu, hasilnya Anda dapatkan bahwa Injil Markus ditulis tidak lebih
dari tahun 60 setelah masehi, bahkan mungkin akhir 50-an. Bila Yesus
mati pada tahun 30 atau 33 setelah masehi, kita membahas celah yang
lebar selama 30 tahun atau lebih."

Dia kembali duduk ke kursinya. "Menurut sejarah, khususnya bila
dibandingkan dengan Alexander Agung, hal itu seperti kabar yang
menggemparkan" katanya.

Tentu saja hal itu menarik, menutup celah antara peristiwa-peristiwa
pada masa hidup Yesus dan penulisan Injil ke inti masalah, di mana hal
itu dapat diabaikan oleh standar sejarah.

Namun, saya tetap ingin menekankan masalah ini. Tujuan saya adalah
untuk memutar balik waktu sejauh mungkin saya bisa, guna mendapatkan
informasi yang paling awal mengenai Yesus.

Kembali ke Awal

Saya berdiri dan menuju ke rak buku. "Mari kita lihat apakah kita bisa
kembali lebih jauh," kata saya kepada Blomberg. "Seberapa awal kita
bisa menandai dasar kepercayaan dalam penobatan Yesus,
kebangkitan-Nya, dan penyatuan-Nya yang unik dengan Tuhan?"

"Penting untuk mengingat bahwa kitab-kitab Perjanjian Baru tidak dalam
urutan yang kronologis," ia memulai. Injil ditulis setelah hampir
semua surat Paulus, yang pelayanannya melalui tulisan mungkin dimulai
pada akhir abad 40-an. Sebagian besar surat-suratnya muncul selama
abad 50-an. Untuk mendapatkan informasi yang paling awal, seseorang
mendatangi murid Paulus dan bertanya, "Apakah ada tanda-tanda bahwa
sumber-sumber terdahulu digunakan untuk menulis surat-surat tersebut?"

Saya melanjutkan, "Apa yang kita temukan?"

"Kita temukan bahwa Paulus mengumpulkan beberapa bukti, pernyataan
iman, atau himne-himne dari gereja Kristen mula-mula. Ini kembali lagi
pada permulaan gereja segera setelah kebangkitan."

"Bukti-bukti yang paling terkenal termasuk dalam Filipi 2:6-11, yang
berisi tentang Yesus dalam `sifat ketuhanan-Nya` dan Kolose 1:15-20,
yang menggambarkan Dia sebagai `gambar Allah yang dapat dilihat, yang
menciptakan segala sesuatu, dan melalui Dialah segala sesuatu
diperdamaikan kembali dengan Allah dengan memberikan perdamaian
melalui darah-Nya, yang tercurah di kayu salib.`"

"Hal tersebut tentu saja penting dalam menjelaskan apa yang dipercayai
oleh orang-orang Kristen mula-mula tentang Yesus. Namun, mungkin bukti
terpenting dalam hal sejarah Yesus ada dalam 1 Korintus 15, di mana
Paulus menggunakan bahasa teknis untuk menunjukkan ia sedang melewati
tradisi dari mulut ke mulut, yang secara relatif telah terbentuk."

Blomberg menyertakan bab tersebut dalam Alkitabnya dan membacanya
untuk saya, "Apa yang aku terima aku sampaikan kepadamu sebagai hal
yang utama: bahwa menurut Alkitab, Kristus mati untuk dosa kita, bahwa
menurut Alkitab Dia dikubur, Dia bangkit pada hari ketiga, dan Dia
menampakkan diri kepada Petrus dan kemudian kepada kedua belas murid.
Setelah itu, Dia menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang dalam
waktu yang sama, sebagian besar di antaranya masih hidup, meskipun
beberapa di antaranya telah meninggal. Kemudian Dia menampakkan diri
kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul."

"Di sinilah intinya," kata Blomberg. "Bila penyaliban itu terjadi pada
awal abad 30 setelah masehi, pertobatan Paulus adalah kira-kira pada
abad 32. Segera setelah Paulus sampai di Damaskus, tempat dia bertemu
dengan seorang Kristen yang bernama Ananias dan beberapa murid-murid
lainnya. Pertemuan pertamanya dengan para rasul di Yerusalem adalah
kira-kira sekitar abad 35 setelah masehi. Pada beberapa hal di
peristiwa ini, Paulus memberikan pernyataan yang telah diformulasikan
dan digunakan pada jemaat mula-mula."

"Sekarang Anda mendapatkan fakta kunci tentang kematian Yesus untuk
dosa-dosa kita, ditambah dengan satu daftar rinci tentang mereka yang
Dia temui pada kebangkitan-Nya -- semuanya menunjuk pada jangka waktu
dua hingga lima tahun dari peristiwa itu sendiri!"

"Hal tersebut sudah tidak lagi merupakan mitos yang disebarkan dari 40
tahun yang lalu, seperti yang disarankan oleh Armstrong. Suatu kasus
yang baik, bisa saja dibuat untuk mengatakan bahwa kepercayaan
orang-orang Kristen terhadap kebangkitan, meskipun belum ditulis bisa
diberi tanggal dalam kurun waktu dua tahun peristiwa tersebut."

"Hal ini sangatlah penting," katanya, suaranya sedikit meninggi untuk
memberikan penekanan. "Sekarang Anda tidak sedang membandingkan 30
hingga 60 tahun dengan lima ratus tahun yang secara umum diterima oleh
data lain -- Anda sedang membahas dua data!"

"Saya tidak dapat menyangkali pentingnya bukti tersebut. Ini tentu
seperti menghembuskan angin di luar hal yang menyatakan bahwa
kebangkitan -- yang bagi orang Kristen merupakan pernyataan tertinggi
dari keilahian Yesus -- hanyalah merupakan konsep mitologi yang
dibangun dalam jangka waktu yang panjang sebagai legenda yang merusak
catatan saksi-saksi mata tentang kehidupan Kristus."

Bagi saya, hal ini secara khusus mendorong saya pada inti masalah --
seperti seorang yang skeptis, itulah salah satu keberatan saya
terhadap kekristenan. (tRatri)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: The Case for Christmas
Judul asli artikel: The Eyewitness Evidence:
    Can the Biographies of Jesus Be Trusted?
Penulis: Lee Strobel
Penerbit: Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2005
Halaman: 23 –- 35

                   DOA BAGI MISI DUNIA: AFGHANISTAN

Sekelompok militan Radikal telah memancung Al, seorang pria yang
dipercaya sebagai seorang petobat Kristen. Hal itu dilakukan sebagai
peringatan terhadap orang-orang percaya Afghan lainnya sebagai
"konsekuensi yang mengerikan" jika meninggalkan agamanya. Sebuah pesan
video diterima oleh majalah Kristen, World Magazine, yang menunjukkan
pemancungan Al oleh empat pria yang mengaku sebagai anggota Taliban.
Sebelumnya, AL diculik dari desanya di Provinsi Herat. Video itu
memperlihatkan Al yang ditahan, sementara para penculiknya mengenakan
rompi bom bunuh diri dan syal untuk menutup wajah mereka sembari
membaca ayat-ayat Kitab Suci mereka. Orang-orang percaya di Afghan
cukup takut jika terjadi penarikan mundur pasukan Amerika karena hal
itu akan membuat pulihnya kontrol Taliban. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul Buletin: Body Life Vol. 29, No. 8, Agustus 2011
Nama Kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Afghanistan: Man Beheded for His Faith
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 1

Pokok Doa:

1. Berdoalah agar Tuhan menyatakan diri-Nya kepada orang Afghan yang
belum percaya, sehingga mereka boleh mengenal Tuhan yang sejati.

2. Mintalah kepada Tuhan agar peristiwa yang terjadi pada AL tidak
menyurutkan iman orang-orang Afghan yang sudah bertobat untuk tetap
mengikut Tuhan Yesus.

3. Mintalah perlindungan Tuhan bagi orang-orang percaya Afghan,
sekalipun tentara Amerika mungkin akan menarik mundur pasukannya.

          DOA BAGI INDONESIA: PERSIAPAN NATAL DI INDONESIA

Kurang beberapa hari lagi kita akan merayakan Natal. Tentunya ada
banyak hal yang telah kita persiapkan untuk menyambut hari kelahiran
Tuhan Yesus. Kami mengajak Anda untuk berdoa secara khusus untuk
persiapan menyambut perayaan Natal 2011.

Pokok Doa:

1. Doakan untuk anak-anak Tuhan yang siap merayakan Natal, biarlah
Tuhan menyiapkan hati mereka untuk melihat Terang-Nya yang besar.

2. Doakan untuk keamanan menjelang dan selama Natal, agar Tuhan
berkenan melakukan kehendak-Nya sehingga anak-anak Tuhan dapat
menyambut Natal dengan baik.

3. Doakan untuk kesempatan memberitakan Kabar Baik selama Natal,
sehingga banyak orang dapat disentuh oleh kasih Kristus.

"GRACE CAN TRANSFORM PAINFUL TRIALS INTO GLORIOUS TRIUMPHS"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org