Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/48

e-JEMMi edisi No. 48 Vol. 14/2011 (6-12-2011)

Biografi Yesus 1

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: BUKTI SAKSI MATA: APAKAH BIOGRAFI YESUS DAPAT DIPERCAYA? 1
DOA BAGI MISI DUNIA: IRAN
DOA BAGI INDONESIA: CYBER DAY DI SOLO

Shalom,

Saksi mata adalah bagian yang paling penting untuk membuktikan apakah
suatu peristiwa benar-benar terjadi atau tidak. Mereka menjadi kunci
bagi pembuktian kebenaran. Apakah peristiwa kelahiran Yesus bisa
dibuktikan kebenarannya? Siapakah yang menjadi saksi mata peristiwa
kelahiran Kristus tersebut? Temukan jawabannya dengan menyimak artikel
yang kami sajikan dalam dua edisi berturut-turut, edisi 48 dan 49.
Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Yosua Setyo Yudo
< http://misi.sabda.org/ >

                   ARTIKEL MISI: BUKTI SAKSI MATA:
               APAKAH BIOGRAFI YESUS DAPAT DIPERCAYA? 1

Ketika saya pertama kali bertemu dengan Leo Carter, seorang yang halus
dalam berbicara, ia adalah seorang yang telah menjadi veteran selama
17 tahun di wilayah pemukiman Chicago yang paling keras. Kesaksiannya
telah menjebloskan tiga pembunuh ke penjara. Dan peluru kaliber 38
masih bersarang di kepalanya -- sebuah peringatan yang mengerikan atas
sebuah kisah kepahlawanan yang tragis, yang berawal ketika ia
menyaksikan Elijah Baptist menembak seorang penjual bahan makanan
lokal.

Leo dan Leslie Scott sedang bermain basket ketika mereka melihat
Elijah (yang pada saat itu berumur enam belas tahun), dengan kejam
membunuh Sam Blue di luar toko bahan pangan miliknya. Leo telah
mengenal pemilik toko itu sejak masih anak-anak. "Ketika kami tidak
punya makanan, ia memberi kami makanan," jelas Leo kepada saya. "Jadi,
ketika Leo ke rumah sakit dan mereka mengatakan ia meninggal, ia tahu
bahwa ia harus memberi kesaksian atas apa yang dilihatnya."

Kesaksian seorang saksi mata memiliki dampak yang sangat besar. Salah
satu peristiwa paling dramatis dalam suatu pengadilan adalah ketika
seorang saksi menjelaskan kejahatan yang ia lihat, dan kemudian dengan
percaya diri menunjuk terdakwa sebagai pelakunya. Elijah Baptist tahu
bahwa satu-satunya cara menghindari penjara adalah dengan mencegah Leo
Carter dan Leslie Scott melakukan hal tersebut.

Jadi, Elijah dan dua temannya merencanakan penyerangan dengan
tiba-tiba. Leslie dan saudara laki-laki Leo, Henry, dibunuh dengan
sadis, sedangkan Leo ditembak di kepala dan ditinggalkan untuk mati.
Tetapi, ajaibnya, Leo tetap hidup. Peluru tersebut, yang bersarang di
tempat yang sangat berbahaya untuk diambil, tetap berada di dalam
tengkoraknya. Meskipun mengalami sakit kepala hebat yang tidak dapat
diredakan dengan obat, ia menjadi saksi utama untuk melawan Elijah
Baptist dan dua orang kaki-tangannya. Keterangan yang diberikannya
cukup untuk menjebloskan tiga orang itu ke penjara seumur hidup
mereka.

Leo Carter adalah salah satu pahlawan saya. Ia memastikan keadilan
dinyatakan, meskipun ia harus membayar harga yang mahal. Ketika saya
memikirkan tentang kesaksian seorang saksi mata, bahkan hingga saat
ini -- 30 tahun kemudian -- wajahnya masih tetap muncul dalam benak
saya.

Kesaksian Dari Masa Lalu

Kesaksian dari seorang saksi mata bisa memaksa dan meyakinkan. Ketika
seorang saksi telah mendapat kesempatan untuk meneliti suatu
kejahatan, ketika tidak ada prasangka atau maksud tersembunyi, ketika
saksi itu dapat jujur dan benar, tindakan puncak dengan menunjuk
seorang terdakwa di ruang sidang, dapat cukup membuat terdakwa
tersebut masuk penjara atau lebih buruk.

Kesaksian dari para saksi mata merupakan hal yang penting dalam
menyelidiki persoalan-persoalan sejarah -- meskipun masalah tersebut
adalah mengenai apakah palungan Natal benar-benar berisi Anak Allah
yang tunggal itu.

Tetapi, laporan saksi mata apakah yang kita miliki? Apakah kita
memiliki kesaksian dari seseorang yang secara pribadi berhubungan
dengan Yesus, yang mendengarkan ajaran-ajaran-Nya, yang melihat
mukjizat-mukjizat-Nya, yang menyaksikan kematian-Nya, dan yang bertemu
dengan-Nya setelah kebangkitan-Nya dinyatakan? Apakah kita memiliki
catatan-catatan dari "para wartawan" abad pertama, yang mewawancarai
para saksi, menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit, dan dengan
setia mencatat apa saja yang mereka tentukan secara teliti sebagai
sesuatu yang benar adanya?

Saya tahu bahwa sama seperti kesaksian Leo Carter yang mengunci
dakwaan terhadap tindakan kriminal tiga pembunuh yang keji itu,
laporan-laporan saksi mata dari masa lalu yang samar-samar, dapat
berguna untuk membantu menyelesaikan sebagian besar masalah rohani
yang paling penting. Untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang kuat, saya
terbang ke Denver untuk mewawancarai seorang ahli tentang hal ini dan
penulis buku "The Historical Reliability of the Gospels", Dr. Craig
Blomberg.

Wawancara: Craig L. Blomberg, Ph.D.

Craig Blomberg dianggap oleh kalangan luas sebagai salah seorang ahli
yang paling terkenal di Amerika mengenai biografi Yesus, yang disebut
dalam empat Injil. Beliau meraih gelar doktor Perjanjian Baru dari
Aberdeen University di Skotlandia, kemudian menjadi anggota peneliti
senior untuk Tyndale House di Cambridge University di Inggris, yang
membawanya menjadi bagian dari sebuah kelompok elit para ahli
internasional, yang menghasilkan serangkaian karya terkemuka tentang
Yesus. Kini beliau menjadi profesor Perjanjian Baru di Denver
Seminary.

Sementara beliau duduk di kursi dengan sandaran yang tinggi di
kantornya, dengan secangkir kopi di tangannya, saya juga menyeruput
kopi saya untuk melawan udara Colorado yang dingin. Karena saya merasa
Blomberg adalah seorang yang tidak suka basa-basi, maka saya
memutuskan untuk memulai wawancara saya dengan langsung memotong ke
inti masalah.

"Beri tahu saya...," tanya saya dengan sedikit menantang, "... apakah
benar-benar mungkin, seseorang yang berpikiran kritis dan cerdas,
masih dapat memercayai bahwa keempat Injil itu ditulis oleh
orang-orang yang nama-namanya telah dikaitkan dengan Injil tersebut?"

Blomberg meletakkan cangkir kopinya di pinggir mejanya kemudian
menatap saya. "Jawabannya adalah ya," katanya dengan yakin.

Beliau bersandar dan melanjutkan. "Penting untuk mengakui bahwa
Injil-injil tersebut tidak bernama. Tetapi, persamaan kesaksian pada
masa gereja mula-mula, yaitu bahwa Matius, yang juga dikenal sebagai
Lewi -- sang pemungut cukai, dan salah satu dari kedua belas murid,
merupakan penulis Injil pertama dari Perjanjian Baru; bahwa Yohanes
Markus, sahabat Petrus, adalah penulis Injil yang kita sebut Markus;
dan bahwa Lukas, yang dikenal sebagai "dokter yang dikasihi Paulus",
menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul."

"Seberapa samakah kepercayaan bahwa orang-orang ini adalah para
penulisnya?" tanya saya.

"Tidak ada saingan yang diketahui untuk ketiga Injil ini, katanya.
Tampaknya, hal ini tidak dipermasalahkan. Meskipun demikian, saya
ingin menguji masalah ini lebih lanjut. Maaf bila saya skeptis.
Tetapi, apakah ada seseorang yang telah memiliki motivasi untuk
berbohong, dengan mengakui orang-orang itulah yang menulis Injil-Injil
ini, padahal sebenarnya bukan mereka yang menulisnya?" tanya saya.

Blomberg menggelengkan kepalanya. "Mungkin tidak ada. Ingat,
orang-orang ini bukanlah tokoh-tokoh seperti yang diduga selama ini,
katanya -- senyum seringai merebak di wajahnya. Markus dan Lukas
bahkan bukan anggota dari kedua belas murid. Matius dulunya iya,
tetapi sebagai orang yang awalnya adalah seorang pemungut cukai yang
dibenci, ia menjadi tokoh yang paling tidak terkenal setelah Yudas
Iskariot, yang mengkhianati Yesus!

"Bertolak belakang dengan apa yang terjadi ketika Injil-Injil Apokrifa
yang indah ditulis kemudian. Orang-orang memilih nama-nama tokoh yang
terkenal, dan tokoh-tokoh yang patut dicontoh untuk menjadi
penulis-penulis fiktifnya -- Filipus, Petrus, Maria, Yakobus.
Nama-nama itu lebih berbobot daripada nama-nama seperti Matius,
Markus, dan Lukas. Jadi, untuk menjawab pertanyaan Anda, tidak akan
ada alasan untuk menghubungkan ketiga orang yang kurang dihargai ini
bila itu tidak benar."

Jawaban itu terdengar logis, tetapi sangat jelas bahwa Blomberg
melupakan seorang penulis Injil lainnya. "Bagaimana dengan Yohanes?"
Tanya saya. "Ia benar-benar seorang tokoh yang penting; pada
kenyataannya ia bukan sekadar salah seorang dari kedua belas murid
Yesus, tetapi juga salah satu dari tiga orang terdekat-Nya bersama
dengan Yakobus dan Petrus."

"Ya, ia merupakan sebuah pengecualian," kata Blomberg sambil
mengangguk. "Dan menariknya, Yohanes adalah satu-satunya injil yang
berisi beberapa pertanyaan tentang kepengarangan."

"Apa yang sebenarnya dipertentangkan?"

"Nama penulis tidak diragukan lagi -- pasti Yohanes," jawab Blomberg.
"Pertanyaannya adalah, apakah ini Yohanes rasul atau Yohanes yang
lainnya?"

"Anda tahu, kesaksian penulis Kristen yang bernama Papias, yang
ditulis sekitar tahun 125 Masehi, mengacu kepada rasul Yohanes dan
Yohanes yang tua, dan tidak jelas dari konteks itu apakah ia sedang
berbicara tentang satu tokoh dari dua sudut pandang atau dua orang
yang berbeda. Tetapi abaikan pengecualian itu, selanjutnya dari
kesaksian awal tersebut adalah dengan pasti disebutkan penulisnya,
yaitu rasul Yohanes -- anak Zebedeus -- yang menulis Injil."

"Apa Anda yakin bahwa dialah pengarangnya?" kata saya berusaha
membawanya lebih jauh.

"Ya, saya percaya masalah yang utama kembali kepada rasul itu,"
jawabnya. "Namun, bila Anda membaca Injil dengan teliti, Anda bisa
lihat beberapa tanda bahwa ayat-ayat yang memberikan kesimpulan,
mungkin telah disempurnakan oleh seorang editor. Secara pribadi, saya
tidak memiliki masalah untuk percaya bahwa seseorang yang berhubungan
dekat dengan Yohanes, mungkin telah menggunakan peranan tersebut,
membentuk ayat-ayat terakhir menjadi berbentuk, dan ada kemungkinan
membuat kesamaan gaya bahasa dari keseluruhan dokumen."

"Tetapi di suatu peristiwa, Injil jelaslah didasarkan pada
masalah-masalah saksi mata, seperti ketiga injil lainnya." Katanya
menekankan.

Menyelidiki dengan Rinci

Meski saya menghargai pendapat-pendapat Blomberg sejauh ini, saya
belum siap untuk beranjak. Masalah tentang siapakah yang menulis Injil
benar-benar penting, dan saya ingin mendapatkan nama, tanggal, petikan
yang lebih rinci. Saya menghabiskan kopi saya dan meletakkan cangkir
di mejanya. Pulpen telah siap, saya siap untuk menggali lebih dalam.

"Marilah kembali kepada Matius, Markus, dan Lukas," kata saya. "Bukti
spesifik apa yang Anda miliki, bahwa mereka adalah para penulis
Injil?"

Blomberg bersandar. "Sekali lagi, kesaksian terpenting dan mungkin
tertua berasal dari Papias, yang kira-kira pada tahun 125 Masehi
secara rinci mengakui bahwa Markus telah mencatat penelitian kesaksian
Petrus dengan teliti dan akurat. Kenyataannya, dia berkata bahwa
Markus `tidak membuat kesalahan` dan tidak memberikan `pernyataan yang
salah.` Papias mengatakan bahwa Matius juga telah mempertahankan
ajaran-ajaran Yesus."

"Kemudian Irenaeus, yang menulis sekitar tahun 180 Masehi, memastikan
kepengarangan tradisional. Kenyataannya di sini, katanya, sambil
mengambil sebuah buku." Ia membukanya dan membaca kata-kata Irenaeus:
`Matius menerbitkan Injilnya sendiri di antara orang-orang Ibrani
dalam bahasa mereka sendiri, ketika Petrus dan Paulus sedang
memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja di sana. Setelah
kepergian mereka, Markus -- murid dan penerjemah Petrus, menuliskan
inti dari khotbah Petrus untuk kita. Lukas, pengikut Paulus, menulis
buku tentang Injil yang dikabarkan oleh gurunya. Kemudian Yohanes,
murid Tuhan, yang juga bergantung pada usahanya sendiri, menulis
sendiri Injilnya ketika dia sedang tinggal di Efesus di Asia`."

Saya memerhatikan catatan yang saya dapatkan. "Baiklah, saya akan
memperjelas hal ini. Bila kita telah yakin bahwa injil ditulis oleh
murid-murid, yaitu Matius dan Yohanes; oleh Markus, teman Petrus, dan
oleh Lukas, ahli sejarah, rekan Paulus, dan beberapa jurnalis abad
pertama, kita bisa yakin bahwa peristiwa-peristiwa yang mereka catat
berdasarkan kesaksian saksi mata langsung maupun tidak langsung."

Ketika saya sedang berbicara, Blomberg secara mental menggeser
kata-kata saya. Ketika saya selesai, dia mengangguk.

"Tepat," katanya ringan.

Biografi Kuno Versus Biografi Modern

Masih ada beberapa aspek yang bermasalah dari Injil-Injil yang perlu
saya selesaikan. Secara khusus, saya ingin mengerti dengan lebih baik
lagi jenis-jenis literatur yang mereka sampaikan.

"Ketika saya ke toko buku dan melihat ke bagian biografi, saya tidak
melihat tulisan yang sama seperti yang saya lihat dalam injil," kata
saya. "Ketika seseorang menulis sebuah biografi, mereka sepenuhnya
masuk ke dalam kehidupan seseorang, tetapi Markus tidak. Ia tidak
berbicara tentang kelahiran Yesus atau sesuatu yang benar-benar
terjadi dalam tahun-tahun awal pertumbuhan Yesus. Sebaliknya, ia
memfokuskan pada periode tiga tahun, dan menghabiskan sebagian dari
Injilnya pada peristiwa-peristiwa yang utama, dan berujung pada minggu
terakhir Yesus. Bagaimana Anda menjelaskan hal itu?"

Blomberg memegang dua jarinya. "Ada dua alasan," jawabnya. "Yang
pertama adalah literatur dan yang lain adalah teologis. Alasan
literatur pada dasarnya adalah bagaimana orang-orang menulis biografi
pada zaman kuno. Mereka tidak memiliki kepekaan, seperti yang kita
miliki sekarang ini, yang merupakan hal penting untuk memberikan porsi
yang seimbang terhadap semua periode kehidupan seseorang, atau
perlunya menceritakan sejarah dengan kronologis yang benar-benar
berurutan, atau bahkan memilih kutipan kata per kata dari orang-orang,
sepanjang inti dari apa yang mereka katakan itu dipertahankan.
Orang-orang Yunani dan Ibrani kuno bahkan tidak memiliki simbol untuk
tanda petik."

"Satu-satunya alasan yang mereka pikirkan adalah bahwa sejarah
merupakan dokumen yang penting, karena ada beberapa pelajaran yang
dipelajari dari tokoh-tokoh yang digambarkan. Oleh sebab itulah,
penulis biografi ingin tinggal sesaat di satu bagian kehidupan orang
yang dijelaskan, yang digunakan sebagai ilustrasi, yang bisa membantu
orang lain, yang memberikan arti bagi periode suatu sejarah."

"Lalu apa alasan teologisnya?" tanya saya.

"Alasan ini mengalir keluar dari pokok masalah yang baru saja saya
nyatakan. Orang-orang Kristen percaya bahwa seindah-indahnya kehidupan
dan ajaran Yesus serta mukjizat-Nya, itu semua tidak akan ada artinya
bila tidak ada fakta sejarah, bahwa Kristus mati dan dibangkitkan dari
kematian, dan ini memberikan pertobatan atau pengampunan, atas
dosa-dosa manusia."

"Jadi, Markus secara khusus, sebagai penulis yang mungkin merupakan
yang pertama dari Injil, secara garis besar mengarahkan sebagian dari
ceritanya kepada peristiwa utama, dan memasukkan satu minggu periode
dan berakhir pada kematian dan kebangkitan Kristus."

"Dengan memberikan pentingnya penyaliban, hal ini memberikan rasa yang
sempurna dalam literatur kuno," simpulnya.

Misteri Q

Sebagai tambahan keempat Injil, para ahli Alkitab sering menunjuk apa
yang mereka sebut Q, yang merupakan singkatan dari bahasa Jerman
"Quelle" atau "sumber". Karena kesamaan dalam bahasa dan isi, Matius
dan Lukas dalam menulis Injilnya dianggap meniru Injil Markus yang
telah terlebih dahulu ada. Selain itu, para sarjana telah mengatakan
bahwa Matius dan Lukas juga menyatukan beberapa bahan dari misteri Q
ini, yang tidak ada di dalam Injil Markus.

"Apakah sebenarnya Q itu?" tanya saya kepada Blomberg.

"Q itu tidak lebih dari sekadar hipotesis," katanya, sambil kembali
bersandar ke kursinya dengan nyaman. "Dengan beberapa pengecualian, Q
hanyalah ucapan atau ajaran-ajaran Yesus, yang dulunya mungkin telah
menjadi bentuk suatu dokumen terpisah, tersendiri."

"Anda tahu, sudah menjadi jenis literatur umum untuk mengumpulkan
ucapan-ucapan dari para guru yang dihormati, sama seperti misalnya
kita mengumpulkan musik-musik terkenal dari seorang penyanyi dan
menyatukannya dalam `Album terbaik`. Q bisa juga sesuatu seperti itu.
Setidaknya, itulah teorinya."

Namun bila Q ada sebelum Matius dan Lukas, maka Q akan menjadi materi
utama tentang Yesus. Saya pikir mungkin bisa sedikit menjelaskan
beberapa titik terang tentang seperti apa sebenarnya Yesus itu.

"Izinkan saya menanyakan tentang hal ini," kata saya, "Bila Anda hanya
membaca materi-materi yang berasal dari Q, gambaran seperti apakah
yang Anda dapatkan tentang Yesus?"

Blomberg memegang janggutnya dan memandang langit-langit sesaat untuk
memikirkan pertanyaan itu. "Anda harus ingat bahwa Q merupakan
kumpulan ucapan-ucapan, dan oleh sebab itulah Q tidak memiliki bahan
narasi yang akan memberi kita lebih banyak gambaran yang sepenuhnya
tentang Yesus," jawabnya sedikit lambat seolah-olah ia memilih setiap
kata dengan cermat.

"Meskipun demikian, Anda mendapati bahwa Yesus membuat beberapa
pernyataan yang sangat tegas -- contohnya, bahwa Ia adalah Firman yang
menjadi manusia dan bahwa Ia adalah Pribadi Tuhan yang akan menghakimi
semua manusia, baik yang mengakui Dia maupun yang tidak. Sebuah buku
dari para ahli akhir-akhir ini membantah bahwa bila Anda menghilangkan
semua yang dikatakan oleh Q, maka seseorang sebenarnya akan
mendapatkan gambaran yang sama tentang Yesus, seseorang yang membuat
pengakuan yang tegas tentang dirinya sendiri, seperti yang Anda
temukan secara umum di Injil."

Saya ingin mencari tahu lebih dalam darinya mengenai hal ini. "Apakah
Ia terlihat seperti pembuat mukjizat?" tanya saya lebih dalam.

"Sekali lagi," jawabnya, "Anda harus ingat bahwa Anda tidak akan
mendapatkan banyak cerita mukjizat itu sendiri, karena cerita-cerita
itu pada umumnya terdapat dalam narasi, dan Q pada awalnya adalah
daftar perkataan."

Dia berhenti sejenak mendekat ke mejanya, mengambil Alkitab yang
disampul kulit dan membuka halaman-halamannya.

"Tetapi, contohnya dalam Lukas 7:18-23 dan Matius 11:26 mengatakan
bahwa Yohanes Pembaptis mengirimkan utusan-utusannya untuk bertanya
kepada Yesus apakah Ia benar-benar adalah Kristus, Mesias yang mereka
nanti-nantikan. Yesus menjawab dengan singkat, `Katakan kepadanya
supaya memikirkan mukjizat-mukjizat-Ku. Katakanlah kepadanya apa yang
telah kamu lihat: orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang
lumpuh berjalan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik`."

"Jadi dalam Q, ada perhatian yang jelas tentang pelayanan mukjizat
Yesus," ia menyimpulkan.

Apa yang dikatakan Blomberg tentang Kitab Matius membawa pada
pemikiran pertanyaan lain tentang bagaimana Injil dikumpulkan.
"Mengapa Matius mau menjadi seorang saksi mata dari Yesus -- terpisah
dari injil yang ditulis oleh Markus, yang dipercaya oleh setiap orang
bahwa dia bukan seorang saksi mata? Bila Injil Matius benar-benar
ditulis oleh seorang saksi mata, Anda akan berpikir dia akan
memercayai pengamatannya sendiri." tanya saya.

Blomberg tersenyum. "Tentu akan berpengaruh bila Markus mendasarkan
pemikirannya pada saksi mata Petrus yang dikumpulkan kembali,"
katanya. "Seperti yang sudah Anda katakan sendiri, Petrus merupakan
bagian dari lingkaran dalam Yesus dan mendapatkan kesempatan untuk
melihat dan mendengarkan hal-hal yang tidak bisa didapatkan oleh
murid-murid lainnya. Jadi, akan berpengaruh kepada Matius, meskipun ia
adalah seorang saksi mata, yang bergantung kepada peristiwa-peristiwa
yang Petrus sampaikan, yang ditransmisikan melalui Markus." (tRatri)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: The Case for Christmas
Judul asli artikel: The Eyewitness Evidence: Can the Biographies of Jesus Be Trusted?
Penulis: Lee Strobel
Penerbit: Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2005
Halaman: 13 –- 23

                       DOA BAGI MISI DUNIA: IRAN

Jumlah orang-orang Radikal yang menjadi pengikut Kristus di Iran terus
bertambah, menurut sumber-sumber Kristen maupun para tokoh agama.
Sebagai reaksi terhadap hal itu, otoritas Radikal telah menahan para
petobat yang berjumlah ratusan orang. Sebuah agen berita Iran
melaporkan bahwa, di kota Neyshabour saja sekitar enam ratus orang
telah berbalik kepada Kristus. Farsi Christian News Network mengatakan
bahwa seorang ayatollah menyalahkan "para agresor global" atas
kebangkitan gereja-gereja rumah di seluruh negara itu. Menteri
Penerangan mengatakan bahwa banyak dari orang-orang yang bertobat
baru-baru ini sebelumnya adalah "seorang Radikal sejati." Iranian
Christian Ministries memperkirakan sekitar setengah sampai satu juta
orang Radikal telah menemukan Kristus dalam dua dekade terakhir ini.
Open Doors International mencatat ada lebih dari 100.000 jemaat
gereja-gereja rumah. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul Buletin: Body Life Vol. 29, No. 8, Agustus 2011
Nama Kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Iran: Rise of Christianity Attracts Persecution
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 1

Pokok Doa:

1. Doakan agar gerakan pertobatan ini tidak terhenti karena
penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang dari agama radikal.

2. Doakan agar Tuhan melindungi jemaat-Nya di Iran dan kiranya Dia
memberi kekuatan kepada mereka untuk tetap setia mengikut Tuhan.

3. Doakan agar gereja-gereja rumah yang terdapat di penjuru Iran,
semakin diberi kuasa untuk menjadi terang di tengah-tengah bangsa ini.

4. Doakan setiap hamba-hamba Tuhan yang melayani di Iran, agar mereka
diberi kekuatan dan keberanian untuk menggembalakan jemaat yang
dipercayakan oleh Tuhan kepada mereka.

5. Mintalah agar Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya kepada para
penganiaya baik melalui kesaksian orang-orang percaya maupun melalui
cara-cara supranatural yang Tuhan kehendaki.

                DOA BAGI INDONESIA: CYBER DAY DI SOLO

Pada tanggal 4 Desember 2011, YLSA ikut memeriahkan acara "Cyber Day"
di Solo. Keterlibatan YLSA dalam acara ini adalah dengan membuka stan
yang bertujuan membagikan secara cuma-cuma Alkitab Audio, Alkitab
untuk diinstal dalam HP, software SABDA dan bahan-bahan Kekristenan
lainnya untuk memperlengkapi anak-anak Tuhan bagi pelayanan mereka
<http://blog.sabda.org/2011/10/31/flashdisk-usb-sabda/>.

Pokok Doa:

1. Mengucap syukur untuk kesempatan yang Tuhan berikan agar YLSA
terlibat dalam acara Cyber Day di Solo.

2. Doakan untuk anak-anak Tuhan yang telah mendapatkan produk-produk
dari YLSA, agar dapat memanfaatkan produk-produk tersebut secara
bertanggung jawab.

3. Doakan agar produk-produk pelayanan YLSA yang telah dibagikan dapat
disebarkan kepada teman-teman mereka yang lainnya.

"HE WHO WALKS WITH GOD WILL BE OUT OF STEP WITH THE WORLD"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org