Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/28

e-JEMMi edisi No. 28 Vol. 14/2011 (12-7-2011)

Tujuan dan Hakikat Misi (2)

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: MENANAMKAN VISI MISI KE DALAM GEREJA-GEREJA 2
DOA BAGI MISI DUNIA: SUDAN, AFRIKA UTARA/ITALIA
DOA BAGI INDONESIA: PENDIDIKAN DI INDONESIA
STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA:
            "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Shalom,

Minggu lalu, kita telah belajar mengenai visi dari misi gereja dalam
Perjanjian Lama dan sedikit dalam Perjanjian Baru. Minggu ini, redaksi
akan menyajikan visi dari misi gereja secara lebih spesifik dalam
Perjanjian Baru. Titik fokus yang diambil pada minggu ini adalah misi
gereja mula-mula. Kita akan melihat pergumulan gereja mula-mula dalam
menjalankan Amanat Agung. Semoga bahan ini dapat membuka wawasan misi
yang lebih luas lagi. Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Rento Ari Nugroho
< http://misi.sabda.org/ >

      ARTIKEL MISI: MENANAMKAN VISI MISI KE DALAM GEREJA-GEREJA 2

Perwujudan Misi dalam Gereja Mula-Mula

Cook menggambarkan 5 langkah ke mana gereja akan dipimpin, supaya
jangan bekerja dengan orang Yahudi saja, melainkan menetas menjadi
gerakan misi ke seluruh dunia. Gerakan misi sudah membayang di bagian
pertama kitab Kisah Para Rasul. Dalam Kisah Para Rasul 2, ketika Roh
Kudus dicurahkan, bukan saja orang Yahudi, bahkan orang-orang kafir
pun hadir pada saat itu. Mereka mendengar berita yang disampaikan oleh
Petrus, dan mungkin dengan sukacita mereka kembali ke rumah sambil
bersaksi! Dalam Kisah Para Rasul 8, Pilipus -- diaken dan penginjil
gereja Yerusalem, dipimpin Roh Kudus untuk mengadakan misi penginjilan
di Samaria, yang baru mulai dilakukan sejak Yesus ada di sana yang
terakhir kalinya! Sekembalinya ke Yerusalem, Tuhan memberikan tugas
misi yang lain untuk Pilipus (Kisah Para Rasul 8:25-39). Sejak saat
itu dan seterusnya, pencapaian misi dilaksanakan dengan cara berikut
ini.

1. Kita mengetahui dari Kisah Para Rasul pasal 10 bagaimana Petrus
dipimpin untuk berkhotbah kepada Kornelius, seorang kafir, dan kepada
keluarganya. Hal ini merupakan sesuatu yang baru, sehingga perlu bagi
Tuhan untuk memberikan tiga tanda yang luar biasa: penglihatan surgawi
yang menunjukkan bahwa tidak ada satu pun yang Tuhan telah ciptakan
boleh dianggap haram; suara Tuhan yang mengatakan agar dia pergi
bersama orang-orang yang dikirim dari Yope; kemudian turunnya Roh
Kudus ke atas orang-orang di rumah Kornelius ketika Petrus sedang
berkhotbah kepada mereka, tepat sama seperti Dia turun ke atas
murid-murid yang sedang menunggu-Nya pada hari Pentakosta, di mana
Petrus menjadi saksi-Nya. Alangkah jelasnya tanda yang menunjukkan
bahwa Tuhan sendiri telah menerima orang-orang kafir ini ke dalam
keluarganya, sama seperti Dia menerima kelompok rasul yang terdahulu.

2. Penganiayaan di Yerusalem dimulai dengan pembunuhan Stefanus.
Karena itu, banyak orang Kristen dari jemaat biasa tersebar sebagai
pengungsi sampai ke Antiokhia, daerah kafir (Kisah Para Rasul
11:19-30). Muncullah sebuah gereja di sana yang jemaatnya terdiri
dari orang Yahudi dan kafir. Jemaat ini menjadi maju di bawah
pelayanan Barnabas, yang dikirim oleh Gereja Yerusalem sebagai tenaga
bantuan. Belakangan, dia membawa Paulus ke Antiokhia, yakni orang yang
telah dikenalnya di Yerusalem beberapa tahun sebelumnya. Di Antiokhia,
bakat mengajar Paulus memberi sumbangan yang berharga untuk
pertumbuhan kerohanian, serta pertumbuhan gereja jemaat Antiokhia yang
memiliki latar belakang campuran Yahudi-kafir.

3. Alkitab mencatat dalam Kisah Para Rasul 13:1-4, bagaimana gereja
tersebut didorong oleh Roh Kudus untuk mengkhususkan Barnabas dan
Paulus bagi tugas misi perintis. Setelah sebelumnya mereka dipanggil
oleh Roh Kudus, sekarang keduanya diutus oleh gereja ini.

4. Langkah kemajuan penting lainnya untuk visi misi gereja adalah
sidang Yerusalem yang digambarkan di Kisah Para Rasul 15. Konferensi
tersebut diselenggarakan setelah selesainya perjalanan misi pertama
Paulus dan Barnabas. Cook menyebutnya sebagai "krisis pertama yang
benar-benar merupakan suatu krisis yang besar dalam kekristenan
mula-mula". Juga disebutkannya sebagai "sebuah kasus anggur yang baru
dalam kirbat yang lama". Dia menyatakan bahwa anggur Injil yang baru,
tidak bisa dimasukkan ke dalam kirbat yang lama yaitu Yudaisme,
walaupun kelompok penganut Yudaisme menginginkan agar orang-orang yang
baru bertobat, mau menjadi orang-orang Yahudi terlebih dahulu sebelum
menjadi Kristen. Dalam laporannya mengenai keluarga Cornelius dan
pertobatan mereka, Petrus berpegang pada pendapat bahwa dengan imanlah
hati mereka disucikan (ayat 7-9), dan oleh karena anugerah Tuhanlah
mereka telah menerima Roh Kudus. Barnabas dan Paulus menyatupadukan
laporan mereka mengenai pertobatan orang-orang kafir (ayat 3-12).
Berhasilnya misi kepada orang kafir di Galatia sudah jelas, tetapi
masalah yang harus dipecahkan juga jelas: beberapa orang meminta agar
orang-orang yang baru bertobat itu di sunat (ayat 5).

Perkataan terakhir dan menentukan diucapkan oleh Paulus. Dengan
mengutip dari Simeon dan juga Amos (9:11-12), dia mendapatkan
dasar-dasar alkitabiah bagi misi Petrus kepada orang-orang kafir
untuk menyetujui laporan Paulus dan Barnabas, dan mencoba membuktikan
bahwa misi kepada orang kafir merupakan rencana Tuhan. Karena itu, dia
menerangkan bahwa orang-orang kafir bisa diterima ke dalam Gereja
tanpa dibebani dengan persyaratan yang tidak penting (Kisah Para Rasul
15:13-18), karena Tuhan telah menginsyafkan mereka dalam rencana
keselamatan-Nya. Karena itu Paulus menyarankan dalam ayat 19, "Aku
berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka
dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah." Tetapi karena
praktik-praktik orang kafir itu sangat memuakkan hati nurani orang
Yahudi, dia menyarankan (ayat 20) bahwa demi kerukunan persekutuan
antara orang-orang Kristen yang berasal dari Yahudi dan orang-orang
Kristen yang berasal dari kafir, orang-orang Kristen yang asalnya
kafir mau "menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan
berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati
lemas, dan dari darah." Ayat 20 dan seterusnya menunjukkan tercapainya
persetujuan bersama yang menyatakan bahwa para rasul, tua-tua, dan
para anggota menyetujui usul itu, dan bersama Paulus dan Barnabas
mengirim sepucuk surat kepada orang-orang Kristen Antiokhia guna
meneguhkan iman mereka, tanpa menjalankan undang-undang Yahudi,
melainkan hanya perlu memenuhi permintaan dalam ayat 20 sebagai
kewajiban kasih dan persekutuan (ayat 28-29). Jelas bahwa keputusan
gereja Yerusalem dan surat ke Antiokhia, sanggup menyelesaikan masalah
itu. Tidak ada beban yang lebih berat yang dipikulkan atas bahu
orang-orang Kristen yang berasal kafir, sehingga menjadi lapang jalan
menuju perluasan kegiatan misi selanjutnya.

5. Kisah Para Rasul 16 memberi laporan tentang bagaimana misi gereja
mula-mula berkembang menuju ke daerah luar, yaitu ke Eropa! Paulus dan
teman-temannya mengadakan perjalanan misinya yang kedua. Karena
didorong oleh Roh Yesus ke tepi pantai di Troas tanpa memunyai
kesempatan untuk pergi ke timur, ke timur laut, atau ke utara, mereka
hanya melihat laut di hadapannya. Haruskah mereka menyeberang? Mereka
berdoa. Paulus ingat sabda Tuhan yang disampaikan kepadanya beberapa
tahun lalu ketika dia akan meninggalkan Yerusalem, "Pergilah, sebab
Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain."
(Kisah Para Rasul 22:21) Kemudian Tuhan berfirman melalui penglihatan
mengenai orang Makedonia, "Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!"
Paulus dan teman-temannya "yakin" bahwa Tuhan memanggil mereka untuk
mengabarkan Injil kepada orang-orang Makedonia. Inilah usaha misi
pertama untuk masuk ke benua Eropa yang nantinya akan menjadi pusat
kekristenan! Ketaatan Paulus sangat penting, sebab sejak saat itulah
Injil bisa disebarkan dengan bebas karena rintangan yang terakhir
telah teratasi. Paulus pergi menuju Yunani dan sangat mengharapkan
untuk bisa ke Roma; Dia bahkan berencana ke Spanyol (Roma 15:23-24).

Sesungguhnya gereja mula-mula telah menjadi gereja yang bersifat
mengutus. Kadang-kadang kalau kita berbicara mengenai Paulus kita
mungkin bisa melupakan konsep gereja, tetapi hubungan yang telah
diperkuat oleh Paulus dengan gereja induk di Yerusalem dan dengan
gereja misinya yang ada di Antiokhia, menunjukkan bahwa dia
sungguh-sungguh melihat dirinya seperti lengan gereja yang terulur,
lengan yang satu terkekang dengan menggenggam sebuah tugas khusus,
yakni menjadikannya wakil Tuhan seperti dirinya sendiri dalam
pencapaian dan kegiatan memulai usaha misi. (Kisah Para Rasul 18.22b-23a).

Selain langkah-langkah yang pokok ini, Perjanjian Baru memberikan
laporan-laporan mengenai usaha-usaha yang lebih kecil dan tidak kalah
pentingnya untuk meluaskan Injil ke luar lingkaran gereja-gereja
Kristen! Misalnya, bukannya Paulus yang menginjil dari Efesus ke Asia
kecil, yang pada saat itu merupakan provinsi Roma, tetapi
anggota-anggota gereja Efesus yang setialah, yang pergi menginjil
setelah diajar dan dididiknya. Mereka pergi dengan membawa serta Kabar
Baik itu sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan" (Kisah
Para Rasul 19:10). Atau orang-orang Tesalonika, "dari antara kamu
firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhirnya saja,
tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada
Allah." (1 Tesalonika 1:8)

Perintah Misi sebagai Tugas dan Tanggapan Gereja

Dengan menelusuri "perwujudan misi" di gereja mula-mula dan menemukan
bukti yang jelas, bahwa gereja dan orang-orang Kristen mula-mula
menyibukkan diri mereka dengan bersungguh-sungguh untuk melaksanakan
Amanat Agung yang ditinggalkan kepada mereka oleh Tuhan, tampaknya
kita perlu memeriksa apa yang menjadi sifat Gereja dalam Perjanjian
Baru, untuk mengetahui apakah tugas misi itu adalah sesuatu yang boleh
dilakukan dan boleh juga tidak, atau apakah tugas misi itu merupakan
sebuah perintah.

George Peters menyatakan bahwa Tuhan memilih gereja untuk untuk
memberitakan-Nya. Pada saat yang sama, Gereja melayani demi pencapaian
tujuan Tuhan dalam dunia ini. Kata "ekklesia" -- memanggil,
menunjukkan bahwa tubuh gereja adalah orang-orang yang dipanggil dari
dan yang dipanggil bagi masyarakat. Mereka adalah orang-orang khusus,
yang bersama-sama dipanggil demi sebuah tujuan yang khusus pula.

Alkitab menyebut Gereja sebagai "tubuh Kristus" (Efesus 1:22-23),
"bait Allah" (Efesus 2:21-22), "imamat kudus" (1 Petrus 2:5), dan
"perawan suci kepada Kristus" (2 Korintus 11:2; Wahyu 19:5-9). Kita
bisa membaca dari Efesus 5:25, "Kristus telah mengasihi jemaat dan
telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya," dan di
Matius 16:18, Dia berkeinginan untuk "mendirikan jemaat-Ku".
Pembangunan Bait Allah masih berjalan terus pada waktu orang-orang
dari segala bangsa dan suku ditambahkan. Tapi pada saat yang sama, "Ia
menyucikannya", sehingga pada akhirnya Dia akan menyajikan Gereja yang
suci dan tidak bercacat cela, "Gereja yang cemerlang" (Efesus 5:27),
yang siap untuk perjamuan kawin Anak Domba (Wahyu 19:9). Setelah
dibawa ke dalam hubungan yang hidup dengan Yesus Kristus oleh iman,
Tubuh Gereja terdiri dari "orang-orang istimewa untuk melayani apa
yang menjadi tujuan Tuhan yang khusus di zaman ini, dengan harapan
untuk menempati kedudukan yang luar biasa beserta Tuhan di masa-masa
mendatang."

Ciri-ciri gereja dalam jemaat lokal bisa diperoleh dari Kisah Para
Rasul 2:44-47. Di sini ada sekelompok orang yang baru percaya (ayat
38,41), yang telah menerima Roh Kudus (ayat 38), tetap dalam
pengajaran rasul-rasul, yang berdoa bersama-sama (ayat 42), yang
bersama-sama memakai harta milik mereka (ayat 44,45), yang berbakti
kepada Tuhan (ayat 47), mengasihi orang lain dan membawa orang lain ke
dalam persekutuan (ayat 47). Jelas bahwa kesaksian mereka
sungguh-sungguh merupakan kehidupan mereka. Karena itu kita
menyetujui pernyataan Peters, "Misi bukanlah sesuatu yang memberatkan
tubuh gereja karena memang sudah menjadi sifatnya yang wajar, seperti
buah anggur, wajarlah ada pada ranting-ranting dan sebatang dengan
pokoknya. Misi tersalur dari struktur, watak, dan rancangan tubuh
Gereja yang ada di dalamnya."

Walaupun dalam sejarah timbul pengertian yang salah -- pendapat bahwa
misi adalah tanggung jawab perseorangan dan bukan tanggung jawab
gereja, Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tugas pokok tubuh Gereja
ialah menyampaikan berita Ilahi kepada dunia secara gamblang dan
efektif, untuk membawa manusia kepada hubungan yang hidup dengan
Kristus oleh iman. Pemeliharaan, penjelasan, dan komunikasi Kabar Baik
yang gamblang dan meyakinkan, beserta dengan maksud untuk membawa
orang-orang kepada pengetahuan tentang Kristus sebagai satu-satunya
Juru Selamat, dan penyerahan yang total kepada-Nya sebagai Tuhan,
merupakan tugas gereja yang tertinggi dan paling utama. Inilah
jantungnya misi Kristen.

Kita bisa menyatakan bahwa misi tidak saja merupakan tugas yang
tertinggi dan utama, tapi juga merupakan jawaban kasih kepada Tuhan
dan tuannya. Bersama Dialah kita rindu melihat domba-domba yang sesat
dibawa ke dalam kandang (Yohanes 10:16), anak yang terhilang kembali
kepada Bapanya (Lukas 15:32), bangsa-bangsa kafir di Injili dan
dijadikan murid (Matius 28:18-30), dan Pertuanannya diluaskan sampai
ke ujung-ujung dunia (Kisah Para Rasul 1:8). Tidak dapat disangkal
bahwa dalam Perjanjian Baru, Gereja berada di bagian pusat. Tak dapat
disangkal pula bahwa perintah dan tugas misi, harus menjadi sesuatu
yang utama bagi gereja di segala Zaman dan bangsa.

Tugas Misi Dipandang dari Segi Kedatangan Kristus yang Sudah Dekat

Menurut Matius 24:14, "Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh
dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
kesudahannya." Misi harus berjalan terus sampai Tuhan datang kembali.
Semua bangsa dan suku bangsa harus sudah menerima kesaksian. Gereja
tetap memanggil satu umat datang kepada Tuhan, bahkan dari suku bangsa
yang terpencil sekalipun. Karena Paulus dipanggil untuk bersaksi
kepada segala bangsa dan masyarakat (Kisah Para Rasul 26:15-18),
demikian juga gereja harus menyadari bahwa keluarga, suku bangsa,
seluruh lapisan masyarakat, dan segala bangsa harus dicapai sebelum
Tuhan datang kembali. Penginjilan total, baik dalam kebudayaan sendiri
maupun antar budaya, haruslah menjadi sasaran Gereja sebelum
kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke dunia ini untuk
mengambil gereja-Nya.

Semua harus mendengarkan, harus mendapat kesempatan untuk mengenal
Injil, harus memunyai perwakilan dalam Gereja Yesus Kristus yang akan
dihimpun dari segala bangsa (Roma 11:25; Kisah Para Rasul 15:14).
Kitab Kisah Para Rasul merupakan catatan mengenai begitu banyaknya
orang Yahudi (Kejadian 21:20) dan masih banyak lagi bangsa-bangsa lain
yang memberikan tanggapan terhadap Injil, sehingga gereja yang disebut
gereja rasuli terdiri dari orang-orang Yahudi, Samaria, Yunani,
Romawi, Galatia, Kreta, Arab, Mesir. Internasionalisme dan
interrasialisme adalah jauh lebih dari idaman saja. Perwujudannya yang
sempurna bisa dilihat dalam kitab Wahyu 5:8-1, di mana gereja yang
bersukacita di depan takhta itu terdiri dari wakil-wakil "tiap-tiap
suku dan bahasa dan kaum dan bangsa".

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Merencanakan Misi Lewat Gereja-Gereja di Asia
Judul bab: Menanamkan Visi Misi ke dalam Gereja-Gereja
Penulis: David Royal Brougham
Penerbit: Gandum Mas, Malang 2001
Halaman: 22 -- 31

            DOA BAGI MISI DUNIA: SUDAN, AFRIKA UTARA/ITALIA

SUDAN -- Beberapa gereja, paroki, dan sekolah milik gereja di Sudan
bagian utara ditutup karena perpindahan besar-besaran orang-orang
menuju ke selatan setelah dikeluarkannya Referendum Kemerdekaan Rakyat
Sudan. Para pemilih di Sudan bagian selatan, sangat menyetujui
kemerdekaan wilayah mereka dan kemerdekaan itu diharapkan sudah resmi
terjadi Juli 2011. RC, Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-Gereja Sudan
menyatakan, "Karena perpindahan besar-besaran penduduk asal selatan
dan Pegunungan Nuba, beberapa gereja (di wilayah utara) ditinggalkan
dalam keadaan kosong. Setiap denominasi sedang memikirkan apa yang
akan mereka lakukan dengan properti mereka..." Walaupun banyak orang
Kristen dikabarkan telah kembali ke selatan dengan sukarela, beberapa
pengamat mengatakan bahwa mereka pergi karena tidak yakin dengan
keamanan mereka. Para pemimpin gereja khawatir gereja akan menderita
seandainya pemerintah "agama sepupu" di utara mengadopsi hukum agama
dengan tegas, seperti yang telah dikatakan. (tRinto)

Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi April 2011, Vol. 29, No. 4
Nama kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: Sudan: Churches Closing in North After Referendum
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 4

Pokok doa:

* Doakan umat percaya di Sudan bagian selatan agar Tuhan memberi
kekuatan kepada mereka pasca dikeluarkannya Referendum Kemerdekaan
Rakyat Sudah.

* Doakan agar Tuhan menggugah gereja-gereja di Sudan agar terus
bersatu melayani jemaat dengan sebaik mungkin, di tengah situasi yang
mengancam.

AFRIKA UTARA/ITALIA -- Perserikatan Penginjilan Italia, menyalurkan
bantuan dan Alkitab serta menyaksikan kasih Kristus kepada puluhan
ribu pengungsi yang baru-baru ini melarikan diri dari negara-negara
Afrika Utara. Para pendatang tersebut ditampung di kamp pengungsian di
Sisilia dan Pulau Lampedusa, yang berada sekitar 100 km dari pantai
Tunisia, dan merupakan tempat yang biasa menjadi titik kedatangan para
pendatang dari Afrika Utara yang berharap untuk dapat masuk ke Eropa.
Pulau itu kini berjuang untuk menerima gelombang pengungsi tersebut.
Sebanyak 20.000 pengungsi datang ke Italia dalam beberapa bulan
terakhir ini telah dipindahkan, namun masih ada sekitar 6.000 orang
yang berada di pulau itu dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
Tunisia. Kelompok-kelompok sukarelawan dari Perserikatan Penginjilan
membawa bantuan, bahan literatur, dan bekerja bahu-membahu dengan
otoritas setempat, untuk memudahkan hubungan antara komunitas
pengungsi dengan warga lokal. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul Buletin: Body Life, Edisi Mei 2011, Vol. 29, No. 5
Nama Kolom: World Christian Report
Judul asli artikel: North Africa/ Italy: Bibles and Aids for Refugees
Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
Halaman: 4

Pokok doa:

* Doakan para pendatang dari Afrika Utara yang saat ini ditampung di
kamp pengungsian di Sisilia dan Pulau Lampedusa, agar Tuhan
menyediakan kebutuhan mereka melalui anak-anak Tuhan di berbagai
tempat.

* Berdoa juga untuk literatur Kristen yang telah dibagikan di
pengungsian, agar melalui bahan-bahan ini, mereka bisa menemukan
Kristus dan menerima-Nya sebagai Juru Selamat pribadi.

             DOA BAGI INDONESIA: PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kalangan orang tua, terutama yang lemah ekonomi, dipusingkan oleh
sulitnya mencari sekolah berkualitas yang tidak mahal. Kenyataan itu
sungguh menjadi ironi besar karena walaupun alokasi anggaran
pendidikan tergolong sangat tinggi, tetapi biaya sekolah justru
semakin tinggi pula. Sebagai dampaknya, prinsip "pendidikan untuk
semua" sesuai dengan amanat konstitusi menjadi kedodoran. Hanya
sekelompok kecil warga masyarakat menengah ke atas yang mampu mengirim
anak-anaknya ke sekolah yang tergolong berkualitas. Bagaimana dengan
kalangan masyarakat ekonomi lemah yang kesulitan mengirimkan anak-
anaknya ke sekolah yang baik, apalagi yang berkualitas?

Sumber: Kompas, Kamis, 7 Juli 2011, Halaman 6

Pokok Doa:

1. Doakan agar Tuhan membuka hati pemerintah Indonesia agar memikirkan
jalan bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan ekonomi lemah,
untuk mendapatkan sekolah yang baik bagi anak-anaknya dengan biaya
yang terjangkau.

2. Doakan juga agar yayasan sekolah, khususnya yayasan pendidikan
Kristen, untuk lebih mengusahakan mutu pendidikan daripada fasilitas
sekolah yang mewah.

3. Berdoalah agar Tuhan menggerakkan para tokoh masyarakat Kristen
untuk mendorong para pengusaha dan pendidik Indonesia untuk mendukung
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerataan pendidikan, sehingga
setiap anak-anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan
baik.

          STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA:
                    "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang
belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu sejenak
untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya bagi mereka yang
akan melaksanakan ibadah puasa.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2011 ini kita akan kembali
bersatu hati berdoa selama bulan puasa. Jika Anda rindu untuk turut
ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa
dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk
berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke:

==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan
memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke
redaksi e-Doa di: < doa(at)sabda.org >

Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan
Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para
pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa ini
dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat menjadi
"penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan
terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat
berdoa.

"MANY WHO SING "FILL ME NOW" MIGHT BETTER SING `EMPTY ME NOW`"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org