Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2011/15

e-JEMMi edisi No. 15 Vol. 14/2011 (12-4-2011)

Strategi dan Sasaran dalam Memberi

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________

SEKILAS ISI
ARTIKEL MISI: MEMBERI
DOA BAGI MISI DUNIA: JAMAIKA, LATVIA
DOA BAGI INDONESIA: PERBANKAN DI INDONESIA

Shalom,

Menentukan strategi dan sasaran dalam mendukung dana untuk pekerjaan
misi merupakan hal yang harus kita pikirkan dengan baik. Mengapa
demikian? Karena dengan menentukan strategi dan sasaran yang tepat,
kita akan lebih bijaksana dalam mengelola uang yang Tuhan percayakan
kepada kita masing-masing. Artikel berikut akan mengulas mengapa
menentukan strategi dan sasaran untuk mendukung dana pelayanan misi
itu penting. Kiranya sajian kami ini dapat membuka wawasan kita semua.

Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >

                          ARTIKEL MISI: MEMBERI

"Sepuluh ribu orang meninggal hari ini karena tidak cukup makan. Satu
juta orang cacat mental atau cacat fisik karena gizi buruk. Masalahnya
adalah karena kekayaan dunia tidak tersalur secara merata." -- Ronald
Sider

Yesus memberitahukan kepada kita bahwa hati dan harta kita berhubungan
langsung -- "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu
berada." (Matius 6:21) Jadi, apabila kita ingin membangun satu
semangat bagi pengabaran Injil dunia, kita harus mengarahkan harta
kita di dunia ke arah itu pula. Memberi untuk misi dan kepentingan
dunia, akan meningkatkan doa kita bagi pengabaran Injil. Meskipun
kedengarannya kasar untuk diakui, kita cenderung untuk berdoa lebih
banyak bagi pelayanan-pelayanan yang kita dukung. Kita berdoa untuk
apa yang kita bayar!

Perintah yang Diberikan Alkitab Mengenai Uang

Salah satu sukacita terbesar dalam mengerti firman Allah adalah
mengetahui bahwa firman itu sangat praktis. Perintah-perintah Alkitab
berlaku untuk kehidupan kita sehari-hari, pada tingkat-tingkat yang
paling dasar. Praktisnya sangat nyata bila sampai pada persoalan uang
dan bagaimana kita mengelola kekayaan kita. Allah menyatakan
kehendak-Nya dengan jelas dalam berbagai hal.

1. Allah ingin agar kita murah hati.

Dalam Maleakhi 3:8-10, orang Israel ditegur karena tidak mau
mempersembahkan persepuluhan kepada Tuhan sebagai persembahan. Dengan
bertindak demikian, mereka melanggar peringatan dasar dari Hukum
Taurat dan bahkan teladan Abraham sebelum zaman Hukum Taurat, yang
memberikan persepuluhan kepada Melkisedek (Kejadian 14:18-20; Imamat
27:30; Bilangan 18:21,24; Ulangan 26:12). Umat Israel diajar untuk
membawa persepuluhan mereka sebagai satu peringatan jasmani, bahwa
segala sesuatu yang dimiliki mereka adalah milik Allah.

Namun, dalam Perjanjian Baru pengajaran mengenai persepuluhan tidak
diulang, satu kenyataan yang telah menyebabkan banyak orang Kristen
menganggap bahwa persepuluhan tidak berlaku bagi orang-orang Kristen
yang "tidak berada di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih
karunia". Memang secara hukum orang-orang Kristen tidak lagi terikat
kepada persyaratan Hukum Taurat, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh
Dr. Harold Linsell dalam Harper Study Bible, ".... Oleh karena itu,
persepuluhan merupakan bukti lahiriah dari batiniah, dan timbul akibat
kasih seseorang kepada Allah."

Pemberi yang ragu-ragu mungkin menjawab, "Baiklah, tetapi apakah saya
harus memberi persepuluhan sebelum atau sesudah dipotong pajak?"
Pertanyaan ini menandakan bahwa orang itu salah menanggapi ajaran
Alkitab. Allah tidak memikirkan Hukum Taurat secara harfiah. Ia
menghendaki agar kita murah hati. Prinsip Alkitab mengenai memberi
dengan jelas dinyatakan dalam 2 Korintus 9:6-7, "Camkanlah ini: Orang
yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur
banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan
menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena
paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."

Prinsip murah hati berasal dari akar yang sama dengan ajaran Alkitab
Perjanjian Lama mengenai persepuluhan: segala yang ada pada kita
adalah milik Allah. Dengan memberi kita menyatakan pengertian kita
akan kenyataan itu, dan menunjukkan penyerahan kita kepada Tuhan kita.

2. Allah mengukur langsung jawab kita sebagai bendahara, berdasarkan
   respons kita terhadap orang yang miskin dan melarat.

Ronald Sider berkata, "Apakah orang-orang yang makmur menaati perintah
Allah untuk membawa keadilan kepada orang yang tertindas?" Pengamatan
seperti itu timbul akibat memberikan perhatian penuh kepada Alkitab,
terutama kepada ayat-ayat yang cenderung membuat hati kita tidak enak.
Perhatikan ayat-ayat berikut. Allah memberikan kepada manusia segala
hal yang baik yang ditujukan untuk kebaikan seluruh dunia (Kejadian
1:26-31). Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, kebajikannya
tetap untuk selamanya karena ia, membagi-bagikan, ia memberikan kepada
orang miskin (Mazmur 112:1-9). Orang kaya dihukum karena mereka
menginjak-injak kepala orang lemah ... dan membelokkan jalan orang
sengsara (Amos 2:6-8). Penghakiman Allah berhubungan langsung dengan
respons seseorang terhadap orang-orang miskin, melarat, yang tidak
memunyai tempat tinggal, dan sebagainya karena orang-orang miskin itu
melambangkan Kristus sendiri (Matius 25:31-46). Orang kaya ditegur
setelah kematiannya karena perlakuannya yang buruk terhadap orang
miskin, Lazarus (Lukas 16:19-31). Mereka yang kaya dalam hidup ini
diperintahkan agar mereka menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi
dan membagi, dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta bagi dirinya
untuk waktu yang akan datang (1 Timotius 6:17-19). Alkitab itu jelas.
Kekayaan apa pun yang telah kita terima harus digunakan agar
bermanfaat bagi orang lain.

3. Allah ingin agar kita memelihara Kerajaan Allah sebagai prioritas
   kita yang utama.

Ajaran Yesus tentang hubungan antara hati kita dan kekayaan kita
(Matius 6:21) diikuti oleh perintah utama-Nya, "Carilah dahulu
Kerajaan Allah." (Matius 6:33)

Penulis Agur dalam Amsal 30:7-9 berdoa agar Allah jangan memberikan
kepadanya kemiskinan dan kekayaan. Kemiskinan mungkin mendorongnya
untuk mencuri, tetapi kekayaan mungkin menyebabkan dia merasa tidak
memerlukan bantuan orang lain dan menyebabkan dia menyangkali
kebutuhannya akan Tuhan. Melalui Agur, Allah mengajar kita bahwa
kekayaan itu menipu dan dapat menyebabkan kita kehilangan pusat
perhatian rohani kita. Ketaatan mengharuskan kita untuk memelihara
rasa ketergantungan kepada Tuhan.

Contoh ketiga dari kebutuhan kita untuk membuat Kerajaan Allah menjadi
prioritas kita yang utama adalah pertemuan Yesus dengan seorang kaya,
seorang pemimpin muda (Matius 19:16-26, Markus 10:17-27, Lukas
18:18-27). Orang muda itu berbalik bukan semata-mata karena kekayaan
saja, tetapi karena prioritasnya tidak berada dalam persekutuan yang
benar dengan Tuhan. Kekayaannya mengendalikan hatinya.

Tantangan untuk "mencari kerajaan-Nya terlebih dahulu" adalah
tantangan yang setiap hari kita hadapi. Kita menunjukkan keinginan
kita untuk menjaga agar prioritas ini berada pada tempatnya melalui
cara kita menggunakan harta kita.

Memberi Uang dengan Sebuah Visi Dunia

Memberi untuk memperluas visi dunia adalah salah satu cara yang dapat
kita lakukan. Pemberian yang paling dasar tentunya berasal dari sumber
keuangan kita. Kita tidak boleh menganggap ringan persoalan ini. Kita
harus berusaha untuk menjadi bendahara yang setia dari segala sesuatu
yang telah diberikan Allah kepada kita. Ini berarti kita harus
mengadakan penyelidikan yang saksama mengenai ke mana kita mengirimkan
uang kita, dan mengikuti dari dekat bagaimana uang itu digunakan.

Berikut adalah prinsip-prinsip dalam memberi, yang dapat menolong
meningkatkan pengelolaan keuangan Anda secara efektif.

1. Tetapkan strategi keuangan pribadi

Setiap orang perlu memutuskan apa yang akan dijadikan ukuran kemurahan
hatinya. Setelah memutuskannya, orang tersebut harus memilih
bagaimanakah uang tersebut akan disalurkan. Singkatnya, kita
memerlukan sebuah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila
kita membiarkan surat permohonan atau krisis menentukan bagaimana kita
menggunakan uang kita, kita akan memberi dengan cara yang tidak
disiplin dan tidak menentu. Kita perlu mengetahui bagaimana
menggunakan uang kita, agar kita memunyai tanggung jawab atas uang
yang diberikan Allah kepada kita.

2. Tetapkan sasaran dalam memberi

Strategi menolong kita untuk menentukan bagaimana kita ingin
menggunakan uang kita, dan sasaran menolong kita untuk memutuskan ke
mana kita akan menggunakannya. Kita jangan memberikan satu dolar tiap
tahun kepada seribu pelayanan yang berbeda-beda, hanya agar kita
merasa bahwa kita terlibat dalam banyak pelayanan. Kita memerlukan
sasaran khusus, tempat-tempat yang kita percayai bahwa Allah ingin
kita terlibat di sana.

Beberapa orang memutuskan untuk menentukan sasaran pemberian mereka
kepada beberapa pelayanan atau para utusan Injil di satu lokasi
geografis tertentu. Orang lain memilih untuk menyokong satu jenis
pekerjaan yang khusus, seperti pelayanan mahasiswa, pembentukan
gereja, atau penerjemahan Alkitab. Ada juga yang memilih untuk membagi
secara merata -- memberi dalam jumlah yang berarti kepada beberapa
pelayanan yang berbeda di berbagai tempat.

3. Memeriksa tanggung jawab keuangan dari badan-badan/orang-orang yang
   kita dukung

Kita harus memeriksa untuk melihat apakah uang yang kita kirimkan
digunakan sesuai dengan cara yang kita harapkan, dan kita harus
mencari laporan dan kebiasaan melapor yang bertanggung jawab. Cara
terbaik untuk memastikan bahwa uang itu digunakan sesuai dengan cara
yang diharapkan adalah dengan bertanya. Sering kita takut kalau
pertanyaan mengenai uang yang kita berikan itu, akan menimbulkan kesan
seolah-olah kita tidak memberikannya dengan tulus hati. Akan tetapi,
mengawasi orang lain untuk bertanggung jawab atas penggunaan dana
mereka, merupakan bagian dari tugas kita sebagai bendahara.

4. Adakan evaluasi

Mengevaluasi secara berkala merupakan satu cara untuk menjaga agar
sasaran dan strategi yang telah kita pilih untuk dana yang kita
berikan itu selalu baru. Jika kita bersedia mengevaluasi, kita mungkin
memilih sasaran-sasaran yang baru atau mungkin kita memilih untuk
mengubah strategi kita. Jika kita tidak mengevaluasi, kita akan
memberi tanpa benar-benar memerhatikan pelayanan atau orang-orang yang
kita sokong.

5. Terlibat dalam pelayanan yang kita sokong

Sesekali, kita perlu mengadakan kunjungan pribadi ke ladang misi. Ini
berarti mengingatkan para pengabaran Injil untuk memunyai visi. Hudson
Taylor berkata, "Pekerjaan Allah yang dilakukan dengan cara Allah
tidak akan pernah kehabisan persediaan.",
6. Kita perlu berkorban

Harus ada tempat bagi Roh Kudus, agar Ia memimpin kita untuk memberi
di luar dari apa yang telah kita rencanakan untuk diberikan. Harus ada
keterbukaan untuk berkorban. Pada taraf yang paling dasar, pengorbanan
dapat berarti bersedia untuk hidup pada taraf hidup yang lebih rendah
daripada kemampuan kita, sehingga kita dapat memberi lebih banyak. Ini
dapat juga berarti memberikan "pendapatan ekstra" daripada memikirkan
cara-cara untuk membelanjakan uang tersebut untuk diri kita sendiri.
Pada taraf yang lebih dalam, pengorbanan berarti menyadari bahwa
segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Allah, dan kita harus
bersedia untuk mempersilakan Allah mengarahkan pemberian kita.

7. Berdoa

Memberi mengingatkan kita bahwa Allahlah yang berkuasa, bahwa Ia
memiliki segalanya (termasuk kita), dan bahwa kita hanyalah
penatalayan. Itulah sebabnya kita perlu berdoa sebelum memberi --
sebuah cara lain untuk menunjukkan bahwa kita tunduk kepada Allah.
Pada waktu kita berdoa mengenai pemberian kita, kita tidak boleh
begitu saja mengatakan, "Tuhan, inilah yang akan saya berikan dan ke
mana saya akan memberikannya." Sebaliknya, kita harus membuka diri
untuk mendengar suara-Nya dan bimbingan-Nya. Kalau kita menaruh
rencana kita untuk memberi di kaki Tuhan, maka kita dapat yakin bahwa
Ia akan membimbing langkah-langkah kita.

Diambil dan disunting dari:
Judul artikel: Memberi
Judul asli buku: A Mind for Missions
Judul buku: Pemberitaan Injil Tugas Siapa?
Penulis: Paul Borthwick
Penerjemah: Ester Santoso
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 98 -- 105

                DOA BAGI MISI DUNIA: JAMAIKA, LATVIA

JAMAIKA (Diringkas oleh: Dicky) -- Jamaika mungkin adalah tempat indah
untuk berlibur, bersantai, dan berjemur. Namun, sama seperti bangsa
lain, negara ini sangat membutuhkan Juru Selamat.

"Kekristenan yang turun temurun dapat menjadi sangat mematikan. Setiap
orang tahu Alkitab; mereka tumbuh di sekolah minggu, tetapi dampaknya
dalam hidup mereka sangat sedikit." Oleh karena itu Luis Palau
Association mendatangi Kingston, Jamaika setiap tahun selama sembilan
tahun terakhir untuk mengadakan Festival "Fun in the Son" (Semarak
dalam Sang Anak).

Tahun ini tim mengunjungi sekolah, panti asuhan, dan lingkungan yang
bermasalah untuk membagikan Injil. Dalam puncak acara pada 19 Maret
2011, lebih dari 50.000 orang hadir -- jumlah terbanyak selama
festival ini diadakan. AP memberitakan pesan dalam Yohanes 8 mengenai
kebebasan dalam Kristus. "Ratusan -- bahkan ribuan -- orang mengangkat
tangan mereka sebagai pertanda keputusan mereka untuk menerima
Kristus; para konselor akan membimbing mereka bertumbuh dan bergabung
dengan gereja lokal."

Festival tahun ini juga mengundang 8 tamu istimewa dari Haiti. Para
pemimpin gereja ini dapat mengamati acara ini untuk persiapan festival
selanjutnya di Haiti.

Sumber: http://mnnonline.org/article/15514

Pokok doa:

1. Doakan agar orang-orang Jamaika yang baru saja bertobat dalam
   festival "Fun in the Son" dapat terus bertumbuh dalam pengenalan
   yang benar akan Kristus.

2. Doakan gereja-gereja lokal di Jamaika, agar dapat lebih berperan
   efektif dalam pengajaran kekristenan untuk keseharian rakyat
   Jamaika.

3. Doakan supaya Tuhan campur tangan bagi pelaksanaan festival serupa
   di Haiti sehingga banyak jiwa mengalami pertobatan.

LATVIA (Diringkas oleh: Dicky) -- Walaupun sumber mengatakan bahwa
situasi ekonomi mulai stabil di Latvia, mungkin hal ini terlambat bagi
sebuah pelayanan yang mencoba bertahan hidup.

Day Center menawarkan pelatihan, makanan hangat, dukungan emosional,
pelajaran Alkitab, dan perawatan rohani. Lebih dari 50 anak setiap
harinya mendatangi tempat ini sepulang sekolah, kebanyakan mereka
berasal dari keluarga miskin dan berantakan.

Dampak krisis keuangan negara di Day Center telah terasa. "Tanpa
dukungan, pelayanan ini harus ditutup. Anak-anak tidak lagi punya
tujuan, sehingga mereka akan merasa lapar dan tidak mendapat dukungan
yang sangat mereka butuhkan. Sebelum pelayanan ini dibuka, mereka
benar-benar tumbuh di jalanan, di sanalah mereka akan kembali," jelas
AN dari Orphan Outreach.

Saat ini Day Center menjalankan program berbasis bulanan, tidak yakin
apakah dana yang masuk dapat diberikan kepada anak-anak pada bulan
berikutnya. Para staf bekerja tanpa bayaran, hanya karena kasih kepada
Tuhan dan anak-anak mereka masih bertahan untuk melakukannya. Komitmen
bantuan sepanjang tahun akan memampukan mereka untuk menarik napas
lega, setidaknya selama setahun tidak ada anak yang kelaparan.

Sumber: http://mnnonline.org/article/15491

Pokok doa:

1. Doakan agar para staf Orphan Outreach tetap setia dan berkomitmen
   melayani di Day Center.

2. Doakan supaya Tuhan mengetuk hati para donatur untuk mendukung
   pembiayaan pelayanan Orphan Outreach.

3. Doakan agar setiap anak yang berkunjung ke Day Center boleh
   menemukan, merasakan, dan menanggapi kasih Tuhan dalam hidup
   mereka.

            DOA BAGI INDONESIA: PERBANKAN DI INDONESIA

Berita pembobolan bank yang mencuat beberapa waktu terakhir, sungguh
mengejutkan masyarakat Indonesia. Mengejutkan sebab selama ini promosi
yang dilakukan oleh pihak perbankan mengenai keandalan teknologi,
begitu juga sistem dan standar prosedurnya sudah relatif lebih baik
dalam hal keamanan. Kriminalitas seperti ini dapat dilakukan siapa
saja dan kapan pun asal ada peluang. Oleh sebab itu, agar kasus ini
tidak terulang kembali diperlukan orang-orang yang berintegritas
tinggi, keandalan sistem dan prosedur, pengawasan yang ketat dan hukum
yang tegas.

Sumber: Kompas, 1 April 2011, Halaman 6

Pokok Doa:

1. Doakan agar kasus-kasus pembobolan bank bisa ditangani dengan
   tuntas, dan para pelaku yang terlibat di dalamnya, bisa segera
   ditindak dengan hukum yang tegas.

2. Doakan para nasabah yang menjadi korban, agar Tuhan menjaga hati
   dan memampukan mereka untuk melihat kasus ini dalam perspektif yang
   tepat sehingga dapat menyerahkan penanganannya pada yang berwajib.

3. Doakan juga agar Tuhan memberi hikmat kepada para nasabah bank
   ketika menerima bantuan "Customer Service" bank supaya mereka
   bertindak dengan hati-hati dan bijaksana.

4. Berdoa agar Tuhan bekerja dalam hati nurani mereka-mereka yang
   bekerja di perbankan, supaya mereka tidak jatuh dalam pencobaan dan
   melakukan tindakan yang merusak integritas diri.

        "YOU CANNOT TOUCH YOUR NEIGHBOUR`S HEART WITH ANYTHING
                       LESS THAN YOUR OWN"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org