Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/50

e-JEMMi edisi No. 50 Vol. 13/2010 (14-12-2010)

Bukti Ilmiah Kelahiran Yesus Kristus (I)

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Bukti Ilmiah: Apakah Arkeologi Mendukung atau Menolak
              Biografi Yesus? (Bagian I)
SUMBER MISI: The American Indian Christian Mission (AICM)
DOA BAGI MISI DUNIA: Iran, Amerika Serikat
DOA BAGI INDONESIA: Menyambut Natal

______________________________________________________________________

           JESUS CAME INTO THE WORLD TO TALK TO MEN FOR GOD
              HE IS NOW IN HEAVEN TALKING TO GOD FOR MEN
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Artikel Misi minggu ini adalah bagian pertama dari sebuah artikel
  panjang yang berjudul, "APAKAH ARKEOLOGI MENDUKUNG ATAU MENOLAK
  BIOGRAFI YESUS?" Di dalam artikel ini disajikan kebenaran Alkitab
  yang dapat dibuktikan secara ilmiah -- dalam segi keakuratan
  sejarah dan geografi -- khususnya dalam hal penemuan-penemuan
  arkeologis yang berkaitan dengan kehidupan Yesus. Minggu depan kami
  akan menyajikan bagian kedua sebagai lanjutan dari artikel minggu
  ini. Selamat menyimak.

  Dalam kolom Sumber Misi dan Doa Bagi Dunia, kami mengajak Anda
  untuk berdoa bagi pelayanan The American Indian Christian Mission
  (AICM), Vision Beyond Borders yang melayani pengungsi di perbatasan
  Iran-Irak, juga pelayanan InterVarsity di Amerika Sertikat. Jangan
  lupa doakan juga untuk persiapan natal baik gereja-gereja maupun
  keluarga-keluarga kristen di indonesia. Kita berharap Natal tahun
  ini membawa sukacita, damai sejahtera dan perubahan transformatif
  bagi umat Tuhan di manapun mereka berada.

  Selamat menyimak, semoga bermanfaat dan Selamat Berdoa! Tuhan
  memberkati kita.

  Redaksi tamu e-JEMMi,
  Samuel Njurumbatu
  http://www.sabda.org/publikasi/misi/
  http://misi.sabda.org/

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                            BUKTI ILMIAH:
       APAKAH ARKEOLOGI MENDUKUNG ATAU MENOLAK BIOGRAFI YESUS?

  Ada sesuatu yang aneh saat makan siang bersama Dr. Jeffrey
  MacDonald. Dia duduk sambil mengunyah roti berisi ikan tuna
  dan keripik kentang dengan santai dalam sebuah ruangan pertemuan di
  pengadilan Carolina Utara. Dia membuat komentar-komentar riang dan
  tampaknya dia menikmati dirinya sendiri. Dalam ruangan lain di dekat
  ruangan ini, 12 juri sedang beristirahat setelah mendengarkan bukti
  menakutkan bahwa MacDonald telah membunuh istri dan kedua anak
  perempuannya secara brutal.

  Setelah makan siang, saya tidak dapat menahan diri untuk bertanya
  persoalan-persoalan yang sudah cukup jelas, "Bagaimana bisa Anda
  bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi?" ujarku, dengan nada
  keheranan dan geram. "Apakah Anda tidak khawatir sedikitpun
  juri-juri itu akan menyatakan bahwa Anda bersalah?"

  MacDonald dengan santai mengayunkan roti yang baru dimakan
  separuhnya ke arah ruangan juri. "Mereka?" Dia tergelak, "Mereka
  tidak bisa menyalahkanku!"

  Sesaat setelah menyadari betapa sinisnya kata-kata tersebut, dia
  dengan cepat menambahkan, "Saya tidak bersalah."

  Saat itu adalah terakhir kalinya saya mendengarnya tertawa. Dalam
  hitungan hari, mantan anggota Komando Pasukan Khusus AS dan
  fisikawan ruang gawat darurat itu, dinyatakan bersalah atas
  pembunuhan istrinya, Colette, dan  dua putrinya, Kimberly, 5 tahun,
  dan Kristin, 2 tahun.

  Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan diseret dengan borgol.

  MacDonald terlalu angkuh menganggap alibinya dapat menolongnya lolos
  dari tuduhan pembunuhan itu. Dia mengatakan kepada para penyelidik
  bahwa saat itu dia sedang tertidur di sofa, kemudian orang-orang
  jalanan yang terpengaruh obat terlarang membangunkannya tengah
  malam. Menurut pengakuannya, dia melawan mereka, ditusuk, dan
  dipukul sampai tak sadarkan diri dalam proses tersebut. Ketika dia
  terbangun, dia melihat keluarganya telah terbunuh.

  Sejak awal para detektif sudah meragukan pernyataannya. Kondisi
  ruang tamu hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda perkelahian sengit,
  dan luka-luka MacDonald hanyalah luka yang dibuat-buat. Akan tetapi,
  sikap skeptis saja tidak bisa menyatakan bahwa dia bersalah; hal
  tersebut membutuhkan bukti-bukti kuat. Dalam kasus MacDonald, Para
  detektif bergantung pada bukti ilmiah untuk membuka jaringan
  kebohongannya dan menghukumnya atas pembunuhan tersebut.

  Ada berbagai macam bukti ilmiah yang sering digunakan dalam
  pengadilan, mulai dari menggolongkan tipe DNA sampai antropologi
  forensik hingga toksikologi. Dalam kasus MacDonald buktinya adalah
  serologi (bukti darah) dan bukti jejak yang mengirimnya langsung ke
  penjara.

  Menurut para jaksa penuntut dan berdasarkan dugaan kuat atas
  keabsahan kejadian luar biasa yang mengejutkan itu, setiap anggota
  dalam keluarga MacDonald memiliki tipe darah yang berbeda-beda.
  Dengan menyelidiki bercak-bercak darah yang ditemukan, para
  penyelidik berhasil merekonstruksi rangkaian peristiwa yang terjadi
  pada malam yang mengerikan itu -- dan penemuan mereka langsung
  bertolak belakang dari gambaran versi MacDonald.

  Penelitian ilmiah tentang benang yang sangat kecil pada baju tidur
  birunya, yang ditemukan di berbagai tempat, juga menentang alibinya.
  Kemudian, analisis mikroskop menunjukkan bahwa lubang-lubang di baju
  tidurnya tidak mungkin disebabkan oleh penghancur es yang
  dihancurkan oleh orang-orang yang menyerang rumahnya, seperti yang
  dikatakan MacDonald. Singkat kata, para staf forensik FBI yang
  mengenakan jas laboratorium berwarna putih benar-benar berada di
  balik pengakuan MacDonald.

  Bukti ilmiah juga dapat memberikan kontribusi yang penting untuk
  pertanyaan mengenai ketepatan Perjanjian Baru tentang Yesus.
  Walaupun ilmu yang berhubungan dengan serum darah (serologi) dan
  ilmu yang bersangkut paut dengan efek-efek dan mekanisme kerja yang
  merugikan dari agen-agen kimia terhadap binatang dan manusia
  (toksikologi) tidak dapat membantu penelitian ini, kategori bukti
  ilmiah lain -- disiplin ilmu arkeologi -- memunyai hubungan yang
  kuat dengan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
  serangkaian alat ukur Injil.

  Ratusan temuan arkeologi dari abad pertama telah diselidiki, dan
  saya penasaran: apakah mereka mempertentangkan atau sebaliknya
  menguatkan cerita-cerita para saksi mata tentang Yesus? Oleh karena
  itu, saya berkelana untuk bertemu dengan orang terkemuka yang telah
  menggali sendiri reruntuhan Timur Tengah, yang memunyai wawasan
  luas tentang penemuan-penemuan kuno, dan yang memiliki
  batasan-batasan ilmiah yang memadai yang diakui -- batasan-batasan
  arkeologi -- seraya menjelaskan bagaimana penemuan tersebut
  mengungkapkan kehidupan dalam abad pertama.

  Wawancara: John McRay, Ph.D

  Ketika para pelajar dan siswa mempelajari arkeologi, banyak yang
  kembali mengacu pada buku panduan John McRay yang akurat dan
  terpercaya pada halaman 432 tentang Arkeologi dan Perjanjian Baru.

  McRay menuntut ilmu di Hebrew University, Ecole Biblique et
  Archeologique Francaise di Yerusalem, Vanderbilt University
  Divinity School, dan The University of Chicago, universitas yang
  memberinya gelar doktor pada tahun 1967. McRay adalah seorang Guru
  Besar Perjanjian Baru dan Arkeologi di Wheaton College selama lebih
  dari 15 tahun.

  Untuk menguji apakah dia berlebihan tentang pengaruh arkeologi,
  saya memutuskan untuk membuka wawancara saya dengan menanyakannya
  apa yang dapat dia jelaskan tentang konsistensi dari serangkaian
  pengukuran atau serangkaian alat ukur Perjanjian Baru.

  "Arkeologi telah memberikan beberapa kontribusi penting," ujarnya
  mengawali dengan kecepatan dialek yang pernah dipakainya sebagai
  anak dari Oklahoma bagian tenggara, "Namun arkeologi tidak bisa
  membuktikan apakah Perjanjian Baru merupakan Firman Allah. Jika
  kita menggali tentang Israel dan menemukan letak-letak kuno yang
  konsisten dengan petunjuk Alkitab, maka hal ini menunjukkan bahwa
  sejarah dan geografi dalam Alkitab tepat. Namun demikian, hal ini
  tidak menyatakan bahwa apa yang dikatakan Yesus Kristus benar.
  Kebenaran rohani tidak dapat dibuktikan atau dilemahkan dengan
  penemuan-penemuan arkeologis."

  Sebagai suatu analogi, dia menceritakan kisah tentang Heinrich
  Schliemann, yang berusaha meneliti Troy untuk membuktikan ketepatan
  historis Illiad karya Homer. "Dia menemukan Troy," ujar McRay
  dengan senyuman lembut, "tetapi itu tidak membuktikan bahwa Iliad
  benar. Cerita tersebut hanya akurat pada referensi-referensi
  geografis tertentu."

  Saat kita menentukan batasan-batasan apa yang tidak dapat
  diungkapkan oleh arkeologi, saya penasaran untuk meneliti apa yang
  dikatakan arkeologi tentang Perjanjian Baru. Saya memutuskan untuk
  terjun ke topik ini dengan membuat pengamatan yang memperbanyak
  pengalaman saya sebagai jurnalis investigasi resmi.

  Menggali Kebenaran

  Saat mencoba memutuskan apakah seorang saksi berkata yang
  sesungguhnya, para jurnalis dan pengacara akan menguji seluruh
  elemen kesaksiannya yang dapat diuji. Jika investigasi ini
  mengungkapkan bahwa orang itu salah menyebutkan detail-detailnya,
  maka kebenaran kisahnya akan sangat diragukan. Akan tetapi, jika
  detail-detailnya cocok, ini merupakan indikasi -- bukan sebagai
  bukti kesimpulan, tetapi sebagai bukti bahwa mungkin saksi ini
  dapat dipercaya atas pernyataan keseluruhannya.

  Contohnya, jika seseorang bercerita tentang perjalanannya dari St.
  Louis ke Chicago, dan menyebutkan bahwa dia berhenti di
  Springfield, Illinois, untuk menonton film "The Passion of the
  Christ" di Odeon Theater. Kemudian dia melahap cokelat Clark besar
  yang dia beli di kedai, para penyelidik dapat menyelidiki apakah
  bioskop tersebut berada di Springfield serta apakah bioskop memutar
  film itu dan menjual merek permen cokelat dengan ukuran tertentu
  saat itu seperti yang dikatakannya. Jika penemuan mereka
  bertentangan dengan pernyataan orang tersebut, hal ini menodai
  keabsahannya. Jika detail-detail tersebut cocok, hal ini tidak
  semata-mata membuktikan bahwa seluruh ceritanya benar, namun hal
  ini memperkuat reputasinya karena mengatakan hal-hal yang tepat.

  Seperti inilah pencapaian arkeologi. Premis atau dasar pemikirannya
  adalah jika detail-detailnya tepat masa demi masa, hal ini
  menambah kepercayaan kita pada bahan-bahan lain yang ditulis
  sejarawan tetapi belum sempat untuk diperbandingkan (kros-cek).

  Jadi saya menanyakan pendapat profesional McRay. "Apakah arkeologi
  mengukuhkan atau mempertentangkan Perjanjian Baru ketika arkeologi
  membenarkan detail-detail kisah-kisahnya?"

  McRay menjawab dengan cepat. "Oh, tidak dapat diragukan bahwa
  kredibilitas Perjanjian Baru diperkuat," ujarnya, "sama seperti
  ketika kredibilitas dokumen kuno manapun diperkuat jika Anda
  menggali dan melihat bahwa penulisnya akurat berbicara tentang
  tempat atau peristiwa tertentu."

  Sebagai contoh, dia memaparkan pencarian-pencariannya di Caesarea di
  pesisir Israel, tempat dia dan yang lainnya menggali teluk Herodes
  Agung.

  "Untuk waktu yang lama orang-orang menanyakan validitas pernyataan
  Josefus, sejarawan abad pertama, bahwa teluk ini sebesar
  teluk di Piraeus, yang merupakan pelabuhan utama di Atena.
  Orang-orang mengira Josefus salah, karena ketika Anda melihat
  bebatuan di atas permukaan air laut di teluk yang sekarang, teluk
  tersebut tidak terlalu besar.

  "Tetapi ketika kami memulai penyelidikan bawah laut, kami melihat
  bahwa teluk tersebut memanjang di bawah laut, bahwa teluk
  tersebut telah tertindih, dan dimensi-dimensinya secara
  keseluruhannya ternyata dapat dibandingkan dengan teluk di Piraeus.
  Jadi, Josefus ternyata benar. Ini adalah satu lagi bukti bahwa
  Josefus tahu apa yang dia bicarakan."

  Jadi, bagaimana dengan penulis-penulis Perjanjian Baru? Apakah
  mereka benar-benar tahu apa yang mereka tuliskan? Saya ingin
  menguji isu ini dalam pertanyaan saya selanjutnya.

  Ketepatan Lukas sebagai Sejarawan

  Lukas, seorang fisikawan dan sejarawan, menuliskan Injil yang
  memakai namanya sendiri dan kitab Kisah Para Rasul, yang mana kedua
  kitab itu merupakan seperempat dari seluruh isi Perjanjian Baru.
  Injil-injil seperti Lukas dan Matius adalah kitab-kitab yang
  memberikan detail-detail tentang kisah Yesus.

  Lukas dipercaya telah mewawancarai para saksi mata yang mengetahui
  segala sesuatu tentang kelahiran sampai kematian dan bahkan sampai
  kebangkitan Yesus. Kenyataannya, mitra sepelayanan Rasul Paulus ini
  mengatakan dia "menyelidiki segala sesuatu dengan teliti" agar dia
  dapat "menuliskan kisah-kisah yang berurutan" tentang "kepastian"
  yang terjadi. Tidak diragukan bahwa dia telah mencatat
  peristiwa-peristiwa historis yang aktual.

  Apakah Kekristenan Menyalin Mitos-Mitos Zaman Dulu?

  Para skeptis menyatakan bahwa kekristenan, termasuk kelahiran
  perawan (Kelahiran Yesus melalui sang perawan Maria, Red), hanyalah
  sebuah bungkusan ulang dari agama-agama misterius penyembah para
  dewa. "Tidak benar," ujar ahli apologi, Alex McFarland. Berbeda
  dengan mitos, "Perjanjian Baru berhubungan dengan orang-orang dan
  kejadian-kejadian nyata yang terbuka untuk diselidiki," tambahnya.

  Peneliti Gretchen Passantino setuju bahwa kelahiran Kristus sangat
  berbeda dengan kisah-kisah mitos ini. "Contohnya, alih-alih seorang
  perawan bersedia mengandung dari kekuatan ajaib Allah, mitos-mitos
  memberikan kita kisah-kisah dari illah-illah yang kuat memaksa
  bersetubuh dengan wanita," ujarnya. "Alih-alih Inkarnasi,
  mitos-mitos menceritakan setengah manusia, pahlawan-pahlawan super
  setengah dewa yang memunyai kelemahan, dosa, dan
  frustrasi-frustrasi seperti kita."

  Albert Schweitzer mengatakan, mereka yang menyatakan kekristenan
  berasal dari mitos-mitos ini "membuat berbagai macam penggalan atau
  potongan informasi sejenis agama misterius yang universal yang
  tidak pernah ada. C. S. Lewis menegaskan bahwa kekristenan berasal
  dari lingkaran tanpa jejak agama pada umumnya yang pernah ada."

  Tetapi saya ingin tahu apakah Lukas mendapatkan hal-hal yang benar.
  "Ketika para arkeolog memeriksa detail-detail yang dituliskannya,"
  saya lalu berkata, "Apakah kata mereka tentang Lukas. Apakah dia
  teliti atau ceroboh?" Baik para pelajar liberal maupun konservatif
  sepakat bahwa sebagai sejarawan, Lukas sangat tepat," Ujar McRay.
  "Dia terpelajar, dia pandai berbicara dan bahasa Ibraninya
  mendekati kualitas klasik, dia menulis sebagai seorang yang
  berpendidikan, dan penemuan-penemuan arkeologis menunjukkan lagi dan
  lagi bahwa Lukas tepat dalam apa yang patut dia sampaikan."

  Nyatanya, dia menambahkan ada beberapa contoh, mirip dengan cerita
  tentang teluk di atas. Dalam beberapa kisah itu, para pelajar
  awalnya mengira Lukas salah dalam beberapa acuan, tetapi beberapa
  penemuan-penemuan lainnya menyatakan bahwa apa yang dituliskannya
  benar.

  Contohnya, dalam Lukas 3:1 dia mengacu pada Lysania yang menjadi
  Gurbenur Romawi di Abilene sekitar tahun 27 Sesudah Masehi. Selama
  beberapa tahun, para pelajar menjadikan kisah ini bukti bahwa Lukas
  tidak tahu apa yang ia bicarakan, karena semua orang tahu bahwa
  Lysanias bukanlah gurbenur, tetapi dia adalah pemerintah Khalkis
  setengah abad sebelumnya. Jika Lukas tidak benar dalam fakta dasar,
  maka apa yang dia tuliskan tidak dapat dipercaya.

  Di sinilah arkeologi ikut berperan. "Sebuah tulisan kemudian
  ditemukan pada zaman Tiberius, dari 14 sampai 37 SM, yang
  menyebutkan Lysanias sebagai Gurbenur di Ablila dekat Damascus sama
  seperti yang dituliskan oleh lukas," jelas McRay. "Ternyata ada dua
  pegawai pemerintah yang bernama Lysanias! Sekali lagi, Lukas
  dinyatakan tepat sekali."

  Contoh lainnya adalah tulisan Lukas di Kisah Para Rasul 17:6 yang
  menyebutkan "Politarchs," yang diterjemahkan sebagai
  "pembesar-pembesar kota" oleh Alkitab Terjemahan Baru, di kota
  Tesalonika. "Untuk waktu yang lama orang-orang mengira Lukas salah,
  karena tidak ada bukti bahwa istilah "Politarchs" ditemukan di dalam
  dokumen Roma manapun," ujar McRay.

  "Tetapi, sebuah tulisan di bangunan melengkung abad pertama
  menuliskan frasa, "Pada waktu Politarchs..." Anda dapat pergi ke
  Museum Inggris dan melihat sendiri. Kemudian, lihatlah dan
  perhatikanlah, para arkeolog telah menemukan lebih dari 35 tulisan
  yang menyebutkan Politarchs, beberapa tulisan tersebut ditemukan di
  Tesalonika dengan periode yang sama seperti yang dituliskan Lukas.
  Sekali lagi, para kritikus salah dan Lukas terbukti benar."

  Seorang ahli arkeologi terkemuka meneliti dengan seksama acuan-acuan
  Lukas pada tiga puluh dua negara, lima puluh empat kota, dan
  sembilan pulau, ternyata tidak menemukan kesalahan.

  Intinya adalah: "Jika Lukas sangat amat akurat dalam laporan
  historisnya," ujar salah satu buku yang membahas topik ini, "dengan
  dasar logika manakah kita berasumsi bahwa dia mudah percaya atau
  tidak tepat dalam laporannya tentang hal-hal yang jauh lebih
  penting, bukan hanya untuknya tetapi bagi yang lain juga?"

  Hal-hal, seperti kebangkitan Yesus, bukti yang sangat kuat tentang
  ketuhanan-Nya, seperti yang ditulis Lukas, dicatat dengan "banyak
  bukti-bukti yang meyakinkan." (tUly)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: The Case for Christmas
  Judul asli artikel: The Scientific Evidence: Does Archaeology
                      Confirm or Contradict Jesus` Biographies?
  Penulis: Lee Strobel
  Penerbit: Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2005
  Halaman: 37 -- 45

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

THE AMERICAN INDIAN CHRISTIAN MISSION (AICM)
==> www.aicm.org

  The American Indian Christian Mission (AICM) didirikan tahun 1969
  yang ditujukan untuk orang-orang Indian di Amerika. Sejak tahun
  1985, AICM mulai mendirikan sekolah dan asrama bagi anak-anak
  Navajo dan Apache. Anak-anak yang bersekolah di sana berasal dari
  keluarga Indian, dan rata-rata belum menerima Yesus. Orang tua
  memunyai kepercayaan yang baik terhadap sekolah ini, sehingga
  mereka mau menyerahkan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di
  sana, sekalipun di sekolah itu diajarkan pendidikan agama Kristen.
  Setiap akhir minggu, mereka diizinkan untuk pulang ke rumah. AICM
  berharap agar anak-anak yang bersekolah di sana dapat menerima
  Yesus dan menjadi saluran berkat bagi keluarga mereka. (DIY)

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

I R A N

  Menjelang Natal, biasanya beberapa pelayan memperoleh kesempatan
  melayani yang jarang mereka peroleh.

  Vision Beyond Borders juga mendapat kesempatan untuk melayani di
  sebuah republik non-Kristen yang sering menindas umat Kristen.
  Diskriminasi di Iran yang menyulitkan para penganut agama mayoritas
  yang tidak mengikuti pandangan ekstrem para pemimpin agama mayoritas.
  Alhasil, banyak warga Iran keluar dari negeri itu dan mengungsi ke
  Irak.

  Menurut VBB, terdapat 6.000 pengungsi yang tinggal di tenda-tenda
  pengungsian sepanjang perbatasan Iran-Irak. Kondisi di pengungsian
  itu benar-benar menyedihkan: hanya ada sedikit makanan, tidak ada
  alat pemanas, ataupun listrik. Keadaan mereka yang memprihatinkan
  itu tidak dimuat dalam berita sehingga kamp tersebut hampir tidak
  mendapatkan perhatian. Saat ini tidak ada satupun badan kemanusiaan
  yang membantu mereka.

  Tim VBB ingin menyediakan alat pemanas, selimut, makanan, dan
  salinan firman Tuhan dalam bahasa mereka bagi 100 keluarga. Ada
  sebuah gereja dengan 20 orang jemaat yang bersedia untuk
  membagikannya. Mereka ingin menjalin hubungan dengan orang-orang
  tersebut. Mereka ingin menawarkan bantuan nyata bagi para pengungsi
  sehingga mereka memiliki pengharapan dalam Yesus Kristus.

  Ini merupakan kesempatan untuk menjangkau 6.000 penganut agama
  mayoritas dengan Injil. Karena proyek ini merupakan proyek
  penjangkauan Natal, mereka perlu bertindak cepat untuk mendapatkan
  dana bagi gereja di Irak yang akan digunakan untuk menyediakan alat
  pemanas, makanan, selimut, dan Alkitab.

  VBB sangat senang karena mereka memperoleh kesempatan untuk
  menjangkau begitu banyak umat non-Kristen Iran dengan Injil. Waktu
  mereka singkat! Mereka berdoa agar Allah segera memenuhi biaya
  proyek ini sehingga mereka bisa memanfaatkan kesempatan Natal ini.
  (t/Setya)

  Sumber: Mission News, Desember 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/15057]

  Pokok doa:
  * Mengucap syukur untuk kesempatan mendemonstrasikan kasih Allah
    yang Tuhan berikan melalui Vision Beyond Borders pada masa Natal
    ini. Doakan agar melalui pelayanan mereka, banyak orang memperoleh
    anugerah keselamatan dari Kristus.
  * Doakan untuk setiap kebutuhan dana yang diperlukan, agar Tuhan
    mencukupkan. Doakan juga agar Tuhan melindungi dan memberi
    kesehatan kepada tim Vision Beyond Borders dalam pelayanan
    kasih ini.

A M E R I K A  S E R I K A T

  Tahun lalu, pada Konferensi Urbana 2009, lebih dari 16.000 pelajar
  berkumpul di kota St. Louis, AS untuk menghidupkan atau menggiatkan
  kembali iman mereka dan untuk menangkap imbas dari Misi Allah bagi
  kehidupan mereka dan dunia. Setahun kemudian, InterVarsity Christian
  Fellowship mengirim para anggota staf konferensi tersebut kembali ke
  St. Louis. Kali itu adalah giliran mereka untuk memfokuskan diri
  pada pertumbuhan iman dan misi.

  Para anggota staf InterVarsity telah bekerja selama bertahun-tahun
  sebagai Utusan Injil untuk para pelajar sekolah tinggi di seluruh
  Amerika Serikat. Staf InterVarsity membantu memuridkan mereka untuk
  menjangkau dan mencari para pelajar yang sedang mencari Tuhan,
  dengan tujuan akhir untuk membawa kemuliaan Allah ke kampus-kampus.

  Staf tentu saja memunyai sebuah sistem pendukung yang telah
  terbangun melalui InterVarsity. Beberapa staf yang melayani di
  kampus yang besar memang memunyai lebih banyak rekan pelayanan,
  namun bagi mereka yang melayani di sekolah-sekolah swasta yang
  kecil, mereka secara terus-menerus mencurahkan diri mereka untuk
  melayani orang lain sedangkan mereka sendiri jarang mendapatkan
  pelayanan dari orang lain. Menurut mereka, lama-kelamaan pelayanan
  dapat membuat mereka suntuk, permasalahan bisa saja menjadi sukar
  untuk ditanggulangi, dan pertanyaan-pertanyaan pelajar menjadi
  sukar dijawab.

  Setelah melayani Injil melalui kerja keras, mereka perlu mengambil
  waktu untuk rehat sejenak. Dengan mempertimbangkan hal ini, setiap
  tiga tahun InterVarsity menjadi penyelenggara konferensi staf untuk
  menghidupkan atau menggiatkan kembali dan menyegarkan para pelayan
  ini yang dengan setia memberitakan Injil.

  Konferensi staf berikutnya akan berlangsung pada tahun depan. Para
  staf akan bertemu di St. Louis untuk beribadah, belajar firman
  Allah, menghadiri seminar-seminar, dan berdoa untuk para pelajar
  universitas. Para staf akan mendapat kesempatan untuk membagikan
  kisah mereka dan berjumpa dengan para pelayan lain dari InterVarsity
  yang sama-sama terbeban untuk membawa Injil bagi pemuda Amerika.

  InterVarsity telah menyaksikan para pelajar berduyun-duyun datang
  untuk percaya kepada Kristus selama beberapa tahun terakhir ini.
  Semua ini dapat terlaksana berkat bantuan para staf yang berdedikasi
  dan memiliki keteladanan.

  Doakanlah agar konferensi ini dapat memperbarui semangat dan
  urgensi pelayanan yang dilakukan oleh staf InterVarsity.

  Apabila Anda tersentuh untuk mendukung pelayanan InterVarsity,
  ikutlah berdoa bagi konferensi yang akan diadakan tahun depan untuk
  para staf dan para pelajar agar bisa saling terhubung melalui
  pertemuan tersebut. (t/Samuel)

  Sumber: Mission News, Desember 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/15031]

  Pokok doa:
  * Doakan para mahasiswa dan pelajar yang telah dimuridkan oleh tim
    InterVarsity, agar memiliki hati yang rindu untuk lebih lagi
    mempelajari kebenaran firman Tuhan.
  * Doaka juga agar setiap mahasiswa dan pelajar yang telah
    dimuridkan oleh tim InterVarsity, dapat menjadi teladan, serta
    dapat memuridkan juga teman-teman mereka yang masih ragu-ragu akan
    keselamatan kekal mereka.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                           MENYAMBUT NATAL

  Natal telah tiba. Berbagai pernak-pernik Natal telah menghiasi
  beberapa sudut toko dan mungkin juga ruangan rumah kita. Biasanya
  menjelang Natal, kita cukup disibukkan dengan berbagai macam
  kegiatan guna menyambut datangnya hari yang istimewa tersebut. Kita
  berharap Natal tahun ini tidak hanya akan diisi dengan kegiatan
  perayaan, tapi biarlah Kabar Baik yang membawa sukacita kekal dan
  perubahan transformasi hidup, baik untuk diri kita secara pribadi,
  keluarga, maupun untuk Indonesia, dapat terwujud.

  Sumber: Publikasi KADOS Edisi 42 Tahun 2010
  [Selengkapnya: http://www.sabda.org/publikasi/kados/042/]

  Pokok Doa:

  1. Doakan persiapan Natal tahun 2010, supaya Tuhan memberikan hikmat
     kepada gereja maupun orang-orang percaya, agar mereka tidak hanya
     disibukkan dengan berbagai kegiatan perayaan, tetapi boleh ingat
     dengan arti Natal yang sesungguhnya.

  2. Doakan perayaan Natal di berbagai tempat di Indonesia, agar acara
     tersebut dapat membawa Berita Sukacita di hati setiap umat
     percaya dan masyarakat sekitarnya.

  3. Berdoa agar setiap gereja Tuhan dan umat percaya di Indonesia
     dapat memanfaatkan masa Natal ini untuk membagikan kasih Kristus
     kepada mereka yang masih terhilang.

  4. Doakan agar Tuhan ikut berintervensi dan memberikan cuaca yang
     baik sehingga banyak orang bisa menghadiri ibadah Natal tanpa
     dihalangi oleh cuaca buruk.

  5. Doakan untuk keamanan menjelang perayaan Natal 25 Desember.
     Berdoa agar Tuhan memberi kekuatan kepada aparat berwajib supaya
     bisa mengamankan situasi dan menjaga ketertiban jalan.

  6. Berdoa untuk saudara-saudara kita yang tidak dapat merayakan
     Natal bersama-sama di gereja maupun keluarga, kiranya sukacita
     Natal tetap dapat hadir di hati mereka.

  7. Doakan Natal tahun ini membawa transformasi dan pengharapan baru
     bagi Indonesia supaya negara dan rakyat Indonesia dapat hidup
     takut akan Tuhan.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org