Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/37

e-JEMMi edisi No. 37 Vol. 13/2010 (14-9-2010)

Dukungan Ketika Pulang (2)

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Dukungan Ketika Pulang (2)
SUMBER MISI: Redcliffe College
DOA BAGI MISI DUNIA: India, Tiongkok
DOA BAGI INDONESIA: Jemaat HKBP Bekasi
______________________________________________________________________

           IF YOU AIM AT NOTHING, YOU`RE BOUND TO HIT IT
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Sebagai lanjutan dari artikel yang kami sajikan minggu lalu, yang
  membahas tentang dukungan kepada utusan Injil yang baru pulang dari
  ladang misi di luar negeri, maka e-JEMMi minggu ini akan menyajikan
  bagian kedua tentang tantangan-tantangan yang dihadapi seorang
  utusan Injil yang baru pulang dari ladang misi dan juga pola
  kebiasaan mereka. Kami berharap sajian ini akan dapat melengkapi
  pelayanan Anda kepada utusan-utusan Injil di tempat pelayanan Anda.

  Selain artikel yang kami sajikan, kami juga sajikan sumber misi yang
  bisa Anda pakai sebagai rujukan untuk pelayanan misi Anda. Selamat
  melayani.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://misi.sabda.org
  httP://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                      DUKUNGAN KETIKA PULANG (2)

  Seorang utusan Injil yang baru pulang dari luar negeri akan
  mengalami satu atau lebih dari delapan tantangan di bawah ini. (Tiga
  yang pertama telah dibahas di edisi sebelumnya)

  1. Bidang Profesional
     Setelah berpetualang di luar negeri dan kembali ke pekerjaan
     lamanya, seorang utusan Injil bisa merasa bosan. Kemungkinan
     besar ia akan merasa bahwa kemampuan dan pengalamannya akan tidak
     terpakai. Ia juga mungkin akan merasa kehilangan kebebasan.

  2. Bidang Material-Finansial
     Saat para utusan Injil kembali, kemungkinan masalah finansial
     akan menimbulkan rasa tertekan. Kesenjangan kekayaan dapat
     menyebabkan stres bahkan sebelum utusan Injil tersebut berangkat.
     Dan anak-anak sama rentannya dengan orang dewasa.

  3. Bidang Kebudayaan
     Utusan Injil mungkin berusaha untuk mempertahankan
     kebiasaan-kebiasaan baru yang ia dapatkan. Ketika jadwal baru dan
     sikap-sikap orang terhadapnya tidak memungkinkannya untuk
     melakukan kebiasaan-kebiasaannya tersebut, ia dapat merasa tidak
     senang dan tertekan.

  4. Bidang Sosial
     Ketika seorang utusan Injil pergi ke luar negeri, teman-teman
     lamanya segera sibuk dengan hal-hal yang lain. Anak-anak teman
     lamanya telah menemukan teman-teman yang baru. Saudara-saudaranya
     mungkin telah pindah. Ikatan-ikatan sosial mungkin putus seiring
     dengan waktu.

  5. Bidang Bahasa
     Utusan Injil yang mempelajari bahasa asing mungkin ingin
     mengungkapkan sesuatu yang hanya ada dalam bahasa lain tersebut,
     atau mungkin ia "lupa" beberapa kosakata bahasa ibunya, atau
     mungkin ia secara otomatis menjawab dalam bahasa lain yang tidak
     dimengerti pendengarnya. Bahkan, mungkin ia tidak mengerti lagi
     bahasa ibunya sendiri yang sudah berubah.

  6. Bidang Nasional dan Politik
     Keindahan alam negara lain, keunggulan teknologi negara-negara
     maju, sistem transportasi massal yang modern mungkin akan membuat
     sebagian dari utusan Injil minder. Pandangan politik seorang
     utusan Injil terhadap negaranya sendiri juga mungkin dapat
     berubah yang dipengaruhi oleh pemberitaan di negara tempat ia
     melayani.

  7. Bidang Pendidikan Anak
     Biasanya, anak-anak dari keluarga utusan Injil menjadi korban
     dalam hal mengikuti pendidikan formal maupun nonformal. Mereka
     dapat merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
     belajar yang baru. Mereka juga dapat merasa tertekan dan
     sendirian.

  8. Bidang Spiritual-Kerohanian
     Seorang utusan Injil hidupnya telah dipenuhi dengan hal-hal yang
     berhubungan dengan keselamatan dan pemuridan kepada
     bangsa-bangsa. Ia akan teringat kepada tangisan para janda, para
     yatim, orang-orang yang sesat dan terhilang. Ia merasa sakit bagi
     ratusan orang yang ia tinggalkan yang membutuhkan firman Tuhan

  Masing-masing dari bidang-bidang ini, mulai dari bidang profesional
  hingga spiritual, merupakan titik-titik stres yang membutuhkan
  dukungan dari Anda sebagai tim pendukung utusan Injil yang baru
  pulang.

  Bidang Sosial

  Banyak orang [di lingkungan asal utusan Injil] memandang para utusan
  Injil seakan-akan mereka adalah malaikat. Mereka dipandang tinggi
  seolah-olah tepat di samping Allah sendiri.

  "Bagaimana pembicaraan kita dapat bersambungan dengan seseorang yang
  telah menjadi utusan Injil?" orang-orang berpikir. "Apa yang harus
  kita bicarakan dengan mereka?"

  Beberapa orang mungkin takut kalau-kalau utusan Injil memiliki
  penyakit menular. "Jika saya mengajak mereka untuk makan malam,
  mungkinkah anak-anakku akan terjangkit penyakit aneh?" Atau lebih
  parah lagi! "Apa jadinya jika mereka menularkan semangat misi mereka
  kepada saya!"

  Bagi seorang utusan Injil yang kembali ke daerah asalnya, semua
  orang sepertinya sibuk kian-kemari.

    Seorang asing yang berkunjung ke Amerika Serikat mengemukakan
    pengamatannya, "Di AS, setiap orang memunyai jam tangan, tetapi
    tidak setiap orang memunyai waktu. Di negara kami, tidak setiap
    orang memiliki jam tangan, tetapi setiap orang memunyai waktu."

  Ketika seorang utusan Injil pergi ke luar negeri, teman-teman
  lamanya segera sibuk dengan hal-hal yang lain. Anak-anak teman
  lamanya telah menemukan teman-teman yang baru. Saudara-saudaranya
  mungkin telah pindah. Ikatan-ikatan sosial mungkin putus seiring
  dengan waktu.

  Jika komunikasi antara utusan Injil dengan gerejanya tidak
  berlangsung dengan baik, atau gereja itu sangat besar dan jemaatnya
  sangat banyak, maka utusan Injil tersebut bisa jadi tidak akan
  diingat-ingat!

    Seorang utusan Injil yang baru saja kembali dari ladang misi yang
    berbuah lebat di Eropa setelah dua tahun disambut oleh pendeta
    misinya, "Halo Sally! Bagaimana [liburanmu ke] Hawaii?"

    Seorang utusan Injil yang lain yang melayani dalam sebuah
    pelayanan misi jangka pendek baru kembali dari pelayanannya selama
    5 minggu ketika ia disambut di gerejanya, "Bill! Kau telah
    kembali! Kami pikir engkau baru mengalami kemunduran." Ucapan itu
    merupakan sebuah pukulan bagi utusan Injil tersebut, karena hal
    itu berarti bahwa ia tidak pernah didoakan ketika ia pergi
    bermisi!

  Ada situasi-situasi nyata tertentu yang dapat menimbulkan stres,
  tetapi ada juga situasi-situasi yang tidak nyata yang juga sama-sama
  dapat menyebabkan perasaan tertekan.

    Ada sebuah keluarga [utusan Injil] yang baru saja pulang kembali
    ke rumah dan pergi ke gereja. Gereja mereka selama ini terus
    diberi kabar tentang perkembangan pelayanan misi mereka. Sang
    suami berkata, "Temanku yang paling akrab melewatiku tanpa
    mengucapkan salam, seakan-akan aku baru kembali dari liburan akhir
    pekan. Saya benar-benar tidak habis pikir! Pikiranku benar-benar
    kacau!"

  Temannya tidak bermaksud jahat. Namun penolakan, baik nyata ataupun
  hanya dalam bayangan saja, memiliki dampak yang sama-sama merugikan.

  Bidang Bahasa

  Para utusan Injil yang baru pulang dari ladang misi mungkin telah
  mempelajari bahasa asing, atau paling tidak beberapa kalimat dalam
  bahasa lain. Mungkin ia ingin mengungkapkan sesuatu yang hanya ada
  dalam bahasa lain tersebut, yang tidak ada dalam bahasa ibunya.
  Stres! Mungkin ia "lupa" beberapa kosakata bahasa ibunya sehingga
  tuturnya ditertawakan atau terdengar aneh oleh pendengarnya. Stres!
  Mungkin ia secara otomatis menjawab dalam bahasa lain yang tidak
  dimengerti pendengarnya. Stres!

  Lebih jauh lagi, bahasa gaul atau bahasa prokem [yang dulu
  digunakannya] juga mungkin sudah berubah. Anak-anak remaja keluarga
  utusan Injil yang baru pulang mungkin mengalami stres saat
  berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Stres yang timbul mungkin
  malah disebabkan karena tidak mengerti bahasa ibu sendiri!

  Bidang Nasional dan Politik

  Ketika ada pergantian kekuasaan di pemerintah, hukum-hukum yang baru
  mungkin akan muncul. Peraturan tentang kecepatan mengemudi di jalan
  raya mungkin akan membuat sebagian utusan Injil stres. Keindahan
  alam negara lain, keunggulan teknologi negara-negara maju, sistem
  transportasi massal yang modern mungkin akan membuat sebagian dari
  mereka minder. Stres!

  Setelah melihat politik luar negeri negara sendiri dari kacamata
  negara lain, pandangan politik seorang utusan Injil terhadap
  negaranya sendiri mungkin dapat terpengaruh. Ia mungkin akan lebih
  menyukai negara tempat ia melayani daripada negaranya sendiri.
  Pemerintah negara tempat ia melayani mungkin terasa lebih
  memerhatikan keselamatan rakyatnya daripada pemerintahnya sendiri.
  Saat seorang utusan Injil pulang dan membaca kolom redaksi surat
  kabar tentang masalah-masalah di dalam lingkungan masyarakatnya
  sendiri, mungkin ia akan dihadapkan dengan stres!

  Bayangkanlah, betapa repotnya para utusan Injil yang baru kembali
  dari negara lain. Mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam
  pembuatan KTP, SIM, dan akta lahir anak-anak mereka yang lahir di
  ladang misi. Biasanya, mereka akan mengalami kesulitan ketika
  berurusan di kantor imigrasi, kantor catatan sipil, kantor
  kelurahan, atau mungkin di kantor polisi.

  Untuk itu, Anda sebagai spesialis pendukung utusan Injil yang baru
  pulang harus membuka mata dan telinga untuk melihat dan mendengarkan
  kebutuhan dan keluhan-keluhan mereka.

  Bidang Pendidikan Anak

  Biasanya, anak-anak dari keluarga utusan Injil menjadi korban dalam
  hal mengikuti pendidikan formal maupun nonformal. Mungkin mereka
  kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang
  baru.

  Standar pendidikan di dunia berbeda-beda. Anak-anak utusan Injil
  mungkin dididik sendiri oleh orangtua mereka di rumah, atau orangtua
  mereka mungkin mengirimkan mereka ke sekolah privat. Ketika
  anak-anak mereka harus bersekolah di sekolah publik, wajar saja jika
  orangtua mereka merasa khawatir. Anak-anak tersebut juga dapat merasa
  bahwa mereka berada dalam situasi yang tidak menguntungkan dalam
  bidang pendidikan maupun sosial.

  Kebanyakan dari mereka tidak terbiasa dalam kelas yang begitu padat.
  Hal ini mengakibatkan mereka merasa rendah diri dan sulit bergaul
  dalam kelas yang penuh murid. Belum lagi jika mereka mengalami
  perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sekelas mereka
  karena terlihat berbeda dari kebanyakan murid yang lain. Mereka
  merasa tertekan dan merasa sendirian.

    Seorang putri utusan Injil yang baru pulang dari ladang misi masuk
    ke kelas 7 di sebuah SMP di Amerika Serikat. Ia menuliskan tentang
    hari pertamanya, "Kami mengelilingi bangunan sebesar monster dari
    kayu dan batu ini. Kami maju ke depan, terbawa arus menuju ke
    mulutnya. Aku berhenti sebentar di tengah-tengah pintu.... Aku
    sekarang berada di dalam tenggorokan monster tersebut. Aku merasa
    tenggelam, terus turun ke bawah. Aku ditelan monster! Suaranya
    seperti guruh.... Aku sendirian di tengah-tengah kegelapan mimpi
    buruk itu."

  Bidang Spiritual-Kerohanian

  Seorang utusan Injil hidupnya telah dipenuhi dengan hal-hal yang
  berhubungan dengan keselamatan dan pemuridan kepada bangsa-bangsa.
  Mereka telah merasakan detak jantung Allah di hatinya "Ia
  menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua
  orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9b) Ia telah membuang
  segala perkara yang berhubungan dengan dunia ini supaya ia dapat
  "memuaskan hati Dia yang mencantumkan nama[nya] di dalam
  pasukan-Nya" (2 Timotius 2:4, FAYH) Ia teringat akan tangisan para
  janda, para yatim, orang-orang yang sesat dan terhilang.

  Dan saat ini, sangat kontras dengan kehidupan pelayanannya,
  tuntutan-tuntutan dari "masyarakat Kristen tak bertuhan" menekannya
  dari segala arah. Mungkin ia menikmati kenyamanan yang ia peroleh di
  rumahnya, tapi di balik itu hal-hal tersebut menciptakan
  perasaan-perasaan marah, bersalah, dan menghakimi. Ia tidak hanya
  merasa sakit untuk dirinya sendiri, namun juga bagi ratusan orang
  yang ia tinggalkan di negara tempat pelayanannya yang membutuhkan
  makanan dan perhatian dan Alkitab dan musik kristiani dan
  pembelajaran Alkitab dan ratusan hal lainnya yang saat itu ia dapat
  nikmati dengan bebas.

  POLA KEBIASAAN UTUSAN INJIL YANG BARU KEMBALI DARI LADANG MISI

  Secara umum ada empat pola kebiasaan yang diperlihatkan oleh utusan
  Injil yang baru pulang dari ladang misi kepada teman-teman mereka.

  1. Alienasi -- Keterasingan di Negara Sendiri
  2. Kondemnasi -- Suka Menghakimi
  3. Reversi -- Perlu Perbaikan
  4. Mencari Jalan Keluar Terakhir

  Empat pola tersebut bisa sangat merusak. Anda perlu waspada terhadap
  gejala-gejalanya dan menolong teman Anda memproses dan
  mengekspresikan perasaannya.

  Keterasingan di Negara Sendiri

  Utusan Injil yang pulang ke rumah dengan sikap, "Saya pulang ke
  rumah sendiri, tentunya tidak sulit untuk menyesuaikan diri,"
  membuatnya rawan menghadapi permasalahan yang akan dihadapinya. Ia
  mulai memunyai penilaian negatif tentang kebudayaannya sendiri.
  Ketika ia tidak mampu mengatasi perasaan tersebut, ia mulai menarik
  diri.

  Ia membuat alasan-alasan untuk tidak menemui orang. "Oh, saya masih
  belum mempersiapkan presentasi saya," sehingga ia tidak dapat
  membagikan pelayannya kepada kelompok persekutuannya." [Saya tidak
  mau pergi karena] tempat itu terlalu ramai," ia membuat alasan. Tiga
  minggu setelah pulang ia `masih` merasakan "jet lag". Ini adalah
  simtom-simtom yang harus Anda waspadai. Alasan-alasan tersebut
  adalah alasan-alasan dangkal untuk menyembunyikan perasaan batinnya.

  Ia dapat termakan oleh perasaan-perasaan ini dan tenggelam lebih
  dalam lagi ke dalam jurang alienasi. Ia mungkin merasa bahwa ia
  tidak memunyai siapa-siapa untuk diajak berbicara, tidak ada siapa
  pun yang dapat memahaminya, dan tidak ada siapa pun untuk
  membantunya memproses pikirannya.

  Sebagai tim pendukung, Anda dapat menariknya dari jurang alienasi
  dengan mengundangnya ke rumah Anda. Mulailah dengan dua atau tiga
  orang, jangan terlalu banyak. Atau pergi bersamanya ke tempat-tempat
  rekreasi kesenangannya, misalnya ke taman, pantai, atau restoran.
  Jika ia menolak semuanya itu, paksalah! Datanglah ke rumahnya dan
  doronglah dia sekuat tenaga untuk bersekutu bersama! Ajaklah ia
  berbicara mengenai apa saja, sehingga ia mau memulai mengungkapkan
  perasaan dan pikiran-pikirannya.

  Suka Menghakimi

  Utusan Injil ini juga punya pemikiran negatif mengenai kebudayaannya
  sendiri. Lingkup tantangan kelihatannya sangat besar. Dia tidak
  menyadari sebelumnya bahwa orang-orang di sekitarnya begitu cuek.
  Dia tidak habis pikir mengapa pendetanya tidak punya cukup waktu
  untuknya. Bagaimana mungkin mereka menjadi begitu a-Kristiani! Ia
  menjadi orang yang meledak-ledak. Semua orang yang ia lihat
  mengetahui betapa miskin karunia rohani dan inferiornya mereka --
  begitu pikirnya -- karena mereka tidak terlibat dalam pelayanan
  misi. Ia mulai menghakimi dan mengkritisi segala hal mulai dari
  letak kursi gereja hingga potongan rambut baru jemaat.

  Terus teranglah dengan sikapnya yang menghakimi tersebut. Mungkin
  Anda dapat berkata, "Saya berdiri di atas kebenaran Kristus. Di atas
  kebenaran apa kamu berdiri?" Lalu biarkanlah ia berbicara kepada
  Anda. Ia juga perlu untuk mengungkapkan rasa frustrasinya dalam
  suatu suasana persahabatan. Jangan menunggu sampai ia memuntahkan
  frustrasinya di tengah-tengah khotbah hari Minggu.

  Perlu Perbaikan

  Utusan Injil ini begitu turun dari pesawat tiba-tiba menyadari bahwa
  orang-orang telah berubah. Namun ia tetap berusaha menyangkali bahwa
  telah terjadi perubahan vital selama kepergiannya, atau perubahan
  pada orang-orang yang tidak ikut pergi. Ia tetap berusaha untuk
  terlibat seperti sebelumnya walaupun sebenarnya kondisinya sudah
  tidak sama lagi dengan sebelumnya.

  Orang ini kemungkinan besar akan menerima apa pun tugas yang
  diberikan kepadanya. Dan teman-temannya yang tidak tahu, secara
  tidak sadar telah masuk ke dalam dilema ini: "Senang sekali kamu
  kembali. Kami butuh guru untuk kelas enam!" "OK! Kapan mulainya?"
  Penyambut jemaat? "Akan saya lakukan!" Memimpin pujian pada hari
  Rabu? "Pasti!"

  Suatu pagi, ia akan bangun dan meragukan kewarasannya. Ia tidak
  menyadari bahwa ia telah masuk ke jalan tol kegiatan-kegiatan
  gerejawi tanpa terlebih dahulu memproses perubahan-perubahan yang
  terjadi pada tubuh, jiwa, dan rohnya.

  Mencari Jalan Keluar Terakhir

  Alienasi, kondemnasi, atau reversi akhirnya dapat menyebabkan
  seorang utusan Injil mengambil skenario `jalan keluar terakhir` yang
  mengerikan: bunuh diri, baik secara figuratif maupun nyata.

  Seorang utusan Injil pergi untuk hidup dan melayani di kebudayaan
  lain. Ia mendapatkan pengalaman yang mengesankan. Ia telah
  mempelajari bahasa baru, menjalin hubungan baru, memenangkan
  jiwa-jiwa baru, dan memperkuat Gereja Tuhan. Lalu ia kembali.

  Ia tidak pernah dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan di
  rumah. Ia mencoba untuk menanggulangi segala rasa frustrasi dalam
  dirinya. Alienasi berbisik, "Tidak ada seorang pun yang peduli atau
  mengerti. Abaikan mereka!" Suara hati berargumentasi, "Tidak, saya
  harus keluar dan membagikan visi ini kepada dunia di antara
  orang-orang segereja." Kondemnasi menjawab, "Tapi mereka begitu tak
  bertuhan!" Suara hati berteriak, "Ini tidak membawa saya ke mana
  pun!". Revisi berkata, "Baik, lupakan saja. Kita sudah kembali di
  rumah. Tidak masalah!"

  Angin puyuh emosi menghempas orang ini dan ia hancur. Ia mundur dari
  segala bidang kehidupan -- spiritual, mental, emosional, -- atau
  mendapatkan bahwa `jalan keluar terakhir` merupakan alternatif
  satu-satunya.

  Membantu Utusan Injil yang Jatuh

  Jika Anda melihat teman Anda yang baru kembali tersebut jatuh ke
  dalam salah satu dari keempat pola kebiasaan ini, pertolongan Anda
  sangatlah dibutuhkan!

  Pertolongan tercepat yang dapat Anda berikan adalah mendengar! Ambil
  waktu untuk mendengar suara hati mereka; untuk berbagi pengalaman
  dengan mereka, untuk peduli tentang perasaan-perasaan mereka dan
  beban-beban mereka, presentasi mereka; untuk berada di sana saat
  mereka membutuhkan seseorang untuk berbicara dan tertawa dan
  menangis bersama.

  Biarkan teman Anda berkata tentang apa pun dalam kepercayaan
  persahabatan Anda. Jangan menyelipkan kata, "Ya, saya tahu. Ya, saya
  mengerti." Sebaiknya jangan Anda lakukan! Biarkan saja dia bicara.
  Doronglah mereka untuk terus berbicara dengan pertanyaan penuntun
  untuk menjelaskan sesuatu yang ia singgung. Seringlah bertanya,
  "Bagaimana perasaanmu saat hal itu terjadi?" Pertegas dengan, "Itu
  pasti sangat berat/menyakitkan/mengasyikan/dsb.."

  Ketika ia telah stabil dan pulih kembali, Anda dapat menolongnya
  untuk melewati tahap-tahap pemulihan dari empat masalah di atas dan
  Andalah fasilitator untuk memulihkan perasaannya melalui
  pengekspresian yang benar.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Melayani Sebagai Pengutus
  Judul buku asli: Serving as Senders
  Penulis: Neal Pirolo
  Penerjemah: Tim OM Indonesia, Lazarus Toenlioe (koord.)
  Penerbit: OM Indonesia
  Halaman: 136 -- 145

  Diterjemahkan ulang dari:
  Judul buku: Serving as Senders
  Penulis: Neal Pirolo
  Penerbit: Operation Mobilization Literature Ministry,
            Waynesboro, GA 30830, 1991
  Halaman: 142 -- 152
______________________________________________________________________
SUMBER MISI

REDCLIFFE COLLEGE
==> http://www.redcliffe.org

  Redcliffe College adalah sebuah Sekolah Tinggi Alkitab di Inggris
  yang didirikan pada tahun 1892 oleh Ny. Tottenham dengan nama
  Pengujian YWCA dan Rumah Pelatihan. Selain menyelenggarakan sekolah
  Alkitab, mereka juga mempersiapkan orang-orang Kristen untuk menjadi
  utusan Injil di seluruh dunia.

  Salah satu program mereka adalah pelayanan anak-anak. Program
  kegiatan mereka yang lain adalah memberikan pelatihan Alkitab
  berdasarkan misi lintas budaya bagi setiap orang yang terlibat dalam
  misi ini. Selain itu juga dikembangkan keterampilan praktis melalui
  penempatan misi dan pengalaman hidup dalam lingkungan lintas budaya
  secara internasional. Penempatan misi praktis akan memungkinkan
  mereka untuk mempraktikkan teori yang sudah mereka pelajari. Para
  siswa yang belajar di Redcliffe College juga akan mendapat
  pengalaman dan menemui tantangan dalam melakukan pekerjaan Kristen.
  (DIY)
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

I N D I A

  Sudah lebih dari 1 tahun berlalu sejak berita tentang penangkapan
  kelompok Kristen di Karnataka, India dilaporkan. Pada waktu itu
  Mission India mengabarkan adanya serangan dari kelompok ekstremis
  pada pelatihan Children`s Bible Club, yang dihadiri oleh delapan
  puluh peserta.

  Orang-orang ekstremis itu menahan para pelayan misi selama 14 jam.
  Ketika polisi datang, delapan rekan kerja Mission India ditahan atas
  tuduhan "tindakan jahat dan buruk yang bertujuan untuk menimbulkan
  kemarahan mereka dengan menghina agama atau kepercayaan agama
  mereka."

  Jadwal pengadilan kacau karena pengadilan menunda-nunda kasus ini.
  Akhir-akhir ini, kasus tersebut diundur sampai tanggal 8 September
  2010. Pemimpin Mission India, DS, mengatakan bahwa ini bukanlah
  pertama kalinya sistem pengadilan di India mengundur pengadilan
  atau menunda keputusan hakim. Bahkan, dia menunjukkan ada satu
  kasus pada tahun 1984 yang baru saja dituntaskan.

  Pelatihan misi penting untuk menyebarkan Injil kepada anak-anak di
  wilayah ini. Pada musim gugur, selama 1 tahun penuh Children`s
  Bible Club akan dibentuk untuk melayani berbagai komunitas di
  India. Bulan September ini, Mission India akan memesan bahan-bahan
  cetak untuk Children`s Bible Clubs yang akan selesai pada tahun
  2011. Bahan-bahan cetak ini akan diterbitkan dalam bahasa-bahasa
  utama India. (tUly)

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14652]

  Pokok doa:
  * Doakan untuk mereka yang telah mengikuti pelatihan Children`s
    Bible Clubs, agar melalui pelatihan ini mereka dapat lebih
    mengerti dan mempelajari Alkitab dengan bertanggung jawab.
  * Berdoa juga untuk setiap kebutuhan yang diperlukan, khususnya
    untuk mencetak bahan-bahan pelatihan Children`s Bible Clubs dalam
    banyak bahasa di India.

T I O N G K O K

  Operation Mobilization (OM) mengatakan bahwa saat ini ada hubungan
  yang berkembang antara Israel dan Tiongkok. Pemimpin OM Israel
  baru-baru ini kembali dari perjalanan ke Tiongkok. Banyak pendeta
  yang melacak sejarah gereja-gereja mereka sampai ke Hudson Taylor
  dan teman-temannya pada akhir abad ke-19. Sekarang, gereja di
  Tiongkok rindu mengabarkan Injil kepada dunia hingga kembali ke
  Yerusalem.

  Pemimpin OM Israel tersebut berkata, "Minggu ini kami mendapatkan
  kehormatan menerima kunjungan dua kelompok dari Hong Kong dan
  melibatkan mereka dalam pelayanan misi praktis: berdoa berkeliling,
  drama, tarian, dan bahkan menggambar lukisan dinding di pusat
  komunitas di sebuah kota kaum Beduoin."

  "Tim kami telah menjalin hubungan dengan pemuda Beduoin yang
  memunyai visi untuk mengembangkan program-program pengayaan luar
  sekolah untuk masyarakat. Dua gadis dalam tim tersebut menjalankan
  program pendek bahasa Inggris tahun lalu. Minggu lalu, kelompok
  dari Hong Kong menggambar lukisan dinding tentang orang Samaria yang
  baik hati di pusat komunitas. Mereka juga membagikan kisah dengan
  drama dan tarian kepada anak-anak." (tUly)

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14586]

  Pokok doa:
  * Doakan agar Tuhan memampukan setiap gereja di Tiongkok untuk terus
    mewartakan Kabar Baik kepada mereka yang belum percaya. Doakan
    juga agar Tuhan memberi hikmat kepada para pemimpin gereja di
    Tiongkok untuk menemukan strategi dan metode yang cocok dalam
    memberitakan Injil di negara tersebut.
  * Mohon doakan agar Allah memberkati hubungan yang sudah terjalin
    ini dan visi dari Gereja Tiongkok untuk memberitakan Injil di
    negara-negara antara Beijing sampai ke Yerusalem.
  * Doakan juga agar visi ini tidak hanya dialami oleh gereja di
    Tiongkok, akan tetapi juga menjalar ke negara-negara lain di
    dunia.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                          JEMAAT HKBP BEKASI

  Jemaat HKBP baru-baru ini diserang oleh sekelompok orang tidak
  dikenal dalam perjalanan menuju ke gereja mereka di kawasan Bekasi
  pada Minggu pagi (12 September 2010). Akibat dari penyerangan ini,
  dua orang terluka, dan kedua korban telah mendapatkan perawatan
  intensif di sebuah rumah sakit di daerah Bekasi.

  Sumber: http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/958

  POKOK DOA:

  1. Doakan agar Tuhan memberikan kesembuhan dari luka fisik dan
     pemulihan dari trauma psikis yang dialami oleh dua korban
     penyerangan di Minggu pagi di Bekasi.

  2. Doakan juga agar kedua korban, yang adalah jemaat HKBP Bekasi,
     memiliki hati yang besar dan tidak memprovokasi jemaat lain
     untuk memperbesar masalah, sebaliknya kiranya Roh Kudus
     mengajarkan mereka untuk mengampuni.

  3. Berdoa agar Tuhan menjaga hati umat Kristen pada umumnya untuk
     tidak melakukan tindakan-tindakan di luar kasih, baik di
     kehidupan nyata maupun di dunia maya, supaya mereka tidak
     terpancing untuk menyimpan dendam dan kebencian pada pihak-pihak
     tertentu.

  4. Berdoa agar Tuhan memampukan pihak berwajib untuk berlaku tegas
     dan melakukan tugasnya secara bertanggung jawab dan tidak pilih
     kasih supaya terjadi keadilan dan menangkap para pelaku yang
     memang bersalah.

  5. Doakan agar Tuhan mengampuni dan menjamah hati para pelaku
     penyerangan, sehingga mereka sadar dan meninggalkan sikap
     permusuhan terhadap sesama mereka.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
Twitter MISI: http://twitter.com/sabdamisi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright (c) 2010 e-JEMMi/e-MISI / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org