Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/35

e-JEMMi edisi No. 35 Vol. 13/2010 (31-8-2010)

Asahan, Melayu di Indonesia

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
PROFIL BANGSA: Asahan, Melayu di Indonesia
SUMBER MISI: Bibles for the World
KESAKSIAN MISI: Chet Bitterman
TOKOH MISI: Saksi yang Setia: William Carey
DOA BAGI MISI DUNIA: Irak, Haiti
DOA BAGI INDONESIA: Keamanan Menjelang Lebaran
______________________________________________________________________

  WE MAY NOT WALK TO THE MARTYR`S STAKE,
                              BUT WE MUST WALK IN THE MASTER`S STEPS
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan memiliki ragam
  kebudayaan dan adat istiadat yang unik dari suku-suku asli
  Indonesia. Salah satunya adalah suku Asahan yang mendiami wilayah
  pesisir timur Sumatera Utara. Untuk mengetahui siapa dan apa
  kebutuhan suku Asahan itu, kami telah menyediakan artikel yang
  menjelaskan tentang suku Asahan. Kiranya artikel ini bisa membantu
  Anda untuk mengenal lebih dekat mereka dan bagaimana berdoa untuk
  mereka.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  < novita(at)in-christ.net
  http://misi.sabda.org
  http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
PROFIL BANGSA

                          ASAHAN DI INDONESIA

  SIAPAKAH SUKU ASAHAN?

  Orang-orang Asahan (disebut juga orang-orang Batubara) berbicara
  dalam bahasa Asahan, bahasa yang merupakan cabang dari rumpun bahasa
  Melayu. Mereka tinggal di pesisir timur provinsi Sumatera Utara,
  tepatnya di wilayah Batubara serta wilayah Asahan dan Labuhan Baru
  dan perkotaan Tanjung Balai. Nenek moyang orang Asahan dipercaya
  berasal dari Pagaruyung di Sumatera Barat. Teori migrasi ini
  terbukti dari kemiripan nama-nama geografis yang terdapat di wilayah
  Asahan dengan nama-nama di Sumatera Barat, seperti penggunaan umum
  istilah Talawi, Tanah Datar, dan Pesisir. Tampaknya, orang Asahan
  merupakan keturunan dari pernikahan antara orang Minangkabau dan
  orang Batak (Simalungun, Angkola, dan Mandailing).

  Seperti Apa Kehidupan Mereka?

  Pola pedesaan orang-orang Asahan mirip dengan pola pedesaan
  orang-orang Melayu di Sumatera. Pedesaan Asahan biasanya terletak di
  sepanjang sungai atau pesisir. Setiap desa memiliki
  bangunan-bangunan ibadah di desa seperti masjid atau rumah doa.
  Pedesaan-pedesaan tersebut dipimpin oleh penatua desa, yang disebut
  "pawing". Mereka memiliki otoritas untuk menyelesaikan
  pertengkaran-pertengkaran tentang pertanian atau perikanan.

  Rumah-rumah orang Asahan dibangun di panggung yang menggunakan
  penyangga kayu yang tingginya sekitar 2 meter. Rancangan ini menjaga
  rumah-rumah dari banjir dan serangan binatang-binatang liar.

  Orang-orang Asahan mencari nafkah dengan bermacam-macam cara.
  Sebagian besar orang Asahan bermatapencaharian nelayan. Wilayah itu
  sangat terkenal karena perairan yang kaya ikan. Kota Tanjung Balai
  memunyai nama panggilan "Kota Tiram" karena terdapat sangat banyak
  tiram di kota ini. Beberapa orang Asahan juga bekerja sebagai
  petani. Hasil utama mereka berupa beras, karet, dan minyak kelapa.
  Sedangkan penduduk yang lain mendapatkan penghasilan hidup dari
  menenun kain, yang dikenal sebagai kain songket. Kain ini merupakan
  kain tenunan tangan yang diselang-selingi dengan benang perak atau
  emas. Fungsi utama kain ini adalah untuk digunakan dalam acara-acara
  khusus. Hijau dan biru gelap adalah warna-warna yang dominan
  dipakai.

  Tidak seperti rumpun-rumpun orang Melayu lainnya, garis keturunan
  Asahan diambil dari pihak ibu (matrilineal). Hal ini disebabkan oleh
  pengaruh kuat dari kebudayaan Minangkabau. Akan tetapi, nama
  keluarga diambil dari pihak laki-laki (patrilineal). Salah satu
  contoh keluarga patrilineal adalah Bandar Ahmat. Setelah pernikahan,
  pasangan yang baru menikah hidup dekat dengan keluarga wanita
  (matrilokal). Setelah mereka memunyai satu atau dua anak, mereka
  biasanya pindah ke rumah baru dekat dengan keluarga laki-laki
  (patrilokal) atau ke daerah yang benar-benar baru (neolokal).

  Apa Kepercayaan Mereka?

  Orang-orang Asahan merupakan orang-orang Islam. Mereka hidup
  berdasarkan pola pengajaran agama mereka. Seperti banyak suku
  Indonesia lainnya, terdapat pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan
  animistik tradisional mereka. Mereka percaya bahwa
  kepercayaan-kepercayaan Islam lahir dari nilai-nilai kebudayaan
  mereka, nilai-nilai yang berfokus untuk mewujudkan kehidupan
  bersama yang teratur, harmonis, dan saling menghargai.

  Apa Kebutuhan Mereka?

  Warga Asahan masih memerlukan bantuan untuk membangun wilayah
  mereka. Mereka perlu diperkenalkan dengan teknologi yang tepat untuk
  membantu meningkatkan produktivitas. Mereka masih memiliki sedikit
  kesempatan untuk memperluas, untuk meragamkan jenis-jenis pekerjaan
  mereka, serta untuk mengembangkan keahlian-keahlian baru. Pelayanan
  listrik dan persediaan-persediaan air bersih akan sangat mempermudah
  perkembangan di wilayah mereka. (tUly)

  Diterjemahkan dari:
  Judul asli artikel: Asahan, Malay of Indonesia
  Nama situs: Joshua Project
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/
                     people-profile.php?rop3=100544&rog3=ID
______________________________________________________________________
SUMBER MISI

BIBLES FOR THE WORLD
==>  http://www.bftw.org

  Bibles for the World (BftW) didirikan oleh Dr. Ro dan isterinya,
  Mawii Pudaite. Visi dan misi organisasi ini adalah membagikan Kabar
  Sukacita dan kasih Tuhan Yesus Kristus kepada orang-orang yang belum
  terjangkau, gereja, dan para pemimpin Kristen yang sedang dalam
  tekanan yang besar di India. Target pelayanan mereka ialah
  orang-orang India yang sebagian besar beragama lain yang tinggal di
  timur laut India. Beberapa kegiatan pelayanan mereka adalah menjadi
  distributor Alkitab, melatih paduan suara anak-anak India, dan
  memberikan program bantuan. BftW juga mendirikan Perguruan Tinggi
  Trinity yang bertujuan untuk mencetak pemimpin-pemimpin Kristen,
  sehingga dapat memberikan dampak yang besar di India. Program
  bantuan yang bisa Anda dukung adalah bantuan untuk anak dalam bidang
  pendidikan dan kesehatan, bantuan untuk siswa seminari, dan bantuan
  bagi para misionaris. (DIY)
______________________________________________________________________
KESAKSIAN MISI

                            CHET BITTERMAN

  Kala itu bulan Januari 1981, di Kolombia, Amerika Selatan, kelompok 
  teroris Marxis sedang terbentuk. Mereka benar-benar marah terhadap 
  organisasi Kristen seperti Wycliffe Bible Translators. Salah satu 
  organisasi gerilya dari kelompok Marxis yang dikenal dengan nama M-
  19 memutuskan untuk menculik Al Wheeler, direktur Wycliffe di 
  Bogota, Kolombia, dan memakainya untuk menjadi alat negosiasi. Pada 
  tanggal 19 Januari, seorang anggota M-19 yang menyamar dengan 
  pakaian polisi mengetuk pintu kantor Wycliffe. Ketika pintu dibuka, 
  6 orang bertopeng dan bersenjata menyerbu masuk dan mengikat 12 
  orang dewasa dan 5 orang anak. Ketika mereka tidak dapat menemukan 
  Wheeler, mereka menangkap ahli bahasanya, Chet Bitterman.

  Beberapa hari kemudian para teroris itu menyatakan tuntutan mereka
  yang berbunyi: "Chet akan dibunuh kecuali jika organisasi Wycliffe
  Kolombia ditutup sebelum 19 Februari." Tetapi tuntutan mereka
  ditolak. Sambil menunggu batas hari yang telah mereka tetapkan,
  yakni 19 Februari, para teroris menghubungi (mantan) Presiden AS
  Ronald Reagan. Mereka meminta supaya New York Times dan Washington
  Post memuat tuntutan mereka kalau ingin Chet hidup.

  Menjelang batas waktu yang ditentukan tanggal 19 Februari,
  dibentuklah rantai doa. Para penculik Chet mengirimkan surat-surat
  yang ditulis Chet ke surat kabar setempat yang mengatakan bahwa ia
  diperlakukan dengan baik. Sebuah kaset yang dikirim ke sebuah
  stasiun radio menegaskan bahwa Chet juga bersaksi pada para
  penculik. Para gerilyawan juga menyampaikan surat Chet yang
  ditujukan kepada istrinya, Brenda. Dalam surat itu Chet minta
  supaya istrinya mengirimkannya Alkitab berbahasa Spanyol.

  Pada tanggal 7 Maret, tiga dari para teroris tersebut membajak
  sebuah bis mini di Bogota. Setelah mengikat dan menutup mata serta
  menyumbat mulut supir, mereka membawa bis itu pergi menjemput Chet
  dan berputar-putar selama beberapa jam. Supir bis mendengar sebuah
  tembakan dan melihat para teroris berlari pergi. Ia akhirnya
  berhasil melepaskan ikatannya dan memanggil polisi. Tubuh Chet
  ditemukan tewas dalam bis yang telah ditinggalkan itu.

  Tujuan hidup Chet untuk menyebarkan Injil Yesus Kristus telah
  tercapai. Melalui penculikan dan kematiannya, Injil dinyatakan dan
  tinggal di tengah-tengah penduduk Kolombia. Tetapi kematian Chet
  tidak hanya membawa pengaruh bagi Kolombia saja. Dalam beberapa
  kesempatan memperingati kematian Chet di seluruh Amerika Serikat,
  tidak sedikit orang dari berbagai usia menyatakan komitmen mereka
  untuk mengisi posisi Chet. Setahun setelah itu, banyak surat
  lamaran ditujukan ke Wycliffe Bible Translator, yang isinya meminta
  agar dapat ambil bagian dalam pelayanan internasional. Yang
  mengejutkan adalah jumlah itu bertambah dua kali lipat.

  Dikatakan bahwa "darah para martir adalah benih gereja." Hidup Chet
  Bitterman merupakan contoh nyata perkataan ini. Hidupnya telah
  memacu banyak orang untuk menjangkau jiwa-jiwa yang hilang di
  seluruh dunia.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Batu-Batu Tersembunyi Dalam Pondasi Kita
  Judul buku asli: The Hidden Stones in Our Foundation
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerjemah: Ivan Haryanto
  Penerbit: Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2005
  Halaman: 119 -- 121
______________________________________________________________________
TOKOH MISI

                   SAKSI YANG SETIA: WILLIAM CAREY

  Pada tanggal 13 Juni 1793, William Carey dan istrinya, Dorothy,
  bersama keempat anak mereka dan seorang pengasuh bayi berlayar dari
  Inggris menuju India menggunakan sebuah kapal. Pada waktu itu hanya
  beberapa orang saja yang menyaksikan keberangkatan mereka. Carey
  adalah seorang pembuat sepatu di desanya. Dengan pendidikannya yang
  sederhana, ia sebenarnya tidak punya keahlian apa-apa dalam
  pelayanan misi kecuali keyakinan bahwa Tuhan telah memanggilnya
  untuk memberikan hidupnya demi "pertobatan orang-orang asing". Lagi
  pula, ia pergi ke India sebagai pendatang gelap karena tidak bisa
  mendapatkan izin imigrasi dari Perusahaan Hindia Timur. Dia juga
  punya masalah dalam hal keuangan. Sebagai seorang gembala yang tidak
  terkenal dari sebuah gereja kecil di wilayah Midlands di Inggris, ia
  hanya bisa mendapatkan bantuan dari beberapa temannya. Orang-orang
  terkemuka dari gereja Baptis di London tidak mau mengikutsertakan
  denominasi mereka karena merasa bahwa perjalanan yang ia ambil
  memunyai banyak ketidakpastian.

  Sekarang, 2 abad kemudian setelah ia mengambil langkah tersebut,
  Carey dikenal oleh seluruh dunia sebagai bapak dari misi modern.
  Sebenarnya Carey bukanlah misionaris pertama dari zaman modern.
  Bahkan, dia bukan orang Protestan pertama yang datang ke India.
  Hampir 100 tahun sebelum Carey menginjakkan kaki di Kalkuta, 2 orang
  dari Universitas Halle yang menjadi pusat gerakan Pietisme telah
  memulai sebuah misi di Tranquebar di India Selatan. Carey sendiri
  tidak senang dengan kepopuleran namanya yang mulai tersebar pada
  masa hidupnya. Dia membenci kenyataan bahwa beberapa kenalannya di
  Inggris mulai mengumpulkan benda-benda miliknya pada masa muda untuk
  dijadikan koleksi seperti cangkir yang pernah dipakainya, sepatu
  yang dibuatnya, papan iklan perusahaannya. "Semakin sedikit yang
  dikatakan tentang saya semakin baik," katanya.

  Ketika sudah dekat dengan kematiannya pada tahun 1834, ia meminta
  Alexander Duff, misionaris dari Skotlandia, untuk mendekat dan Carey
  berbisik, "Mr. Dufff, kamu telah berbicara tentang Dr. Carey, Dr.
  Carey terus; kalau saya sudah tidak ada, jangan lagi bicara tentang
  Dr. Carey, bicaralah tentang pekerjaan penginjilan Dr Carey!" Ini
  adalah sifat asli dari Carey. Namun kenyataannya, orang-orang
  Kristen generasi berikutnya tetap tertarik pada Carey sebagaimana
  mereka tertarik pada penginjilan yang dilakukannya.

  Visi yang Menyebar

  Bertahun-tahun kemudian John Ryland Jr., orang yang membaptiskan
  Carey, mendeskripsikan tahun-tahun awal pertobatannya sebagai masa
  yang penting di permulaan hidup Carey:

    "Di bulan Oktober 1783, pada waktu saya membaptis seorang penjual
    sepatu keliling di Nene, di belakang rumah pertemuan Doddridge,
    tidak ada pikiran sama sekali bahwa setelah 9 tahun berlalu, ia
    membuktikan dirinya sebagai orang pertama yang membentuk sebuah
    organisasi untuk mengirimkan misionaris ke bagian dunia yang belum
    mengenal Kristus. Lebih tidak diduga lagi, ia akan menjadi seorang
    profesor di perguruan tinggi Oriental dan penerjemah Alkitab ke
    dalam sebelas bahasa.

  Bagaimana hal yang luar biasa bisa terjadi? Ryland Jr. memberikan
  penjelasan yang sederhana namun masuk akal: "Saya percaya Tuhan
  sendiri yang menanamkan dalam pikiran Carey pentingnya keselamatan
  dari orang-orang di dunia luar."

  Salah satu peristiwa terkenal di permulaan pelayanan Carey terjadi
  ketika ia mengajukan usul pada para gembala supaya mereka
  mempertimbangkan tugas orang Kristen untuk berusaha membawa Injil ke
  bangsa-bangsa yang belum pernah mendengarnya. Ryland sangat terkejut
  dengan jawaban yang diterima Carey. "Duduklah anak muda. Jika Tuhan
  menghendaki bangsa-bangsa lain untuk bertobat Ia akan melakukannya
  tanpa bantuanmu atau bantuan saya." Jawaban ini menujukkan betapa
  kerasnya hati mereka dalam penolakan untuk misi. Pendapat ini banyak
  mendapat sokongan pada zaman itu.

  Tentang Amanat Agung Yesus (Matius 28:19), Carey melawan pendapat
  yang berkata bahwa kata-kata itu hanya berlaku untuk para rasul dan
  telah digenapi pada waktu gereja mula-mula. Carey mengajukan
  argumentasinya bahwa sebetulnya tidak ada batasan waktu dalam
  menjalankan Amanat Agung. "Pergilah" berarti untuk kita semua dan
  sekarang. Dia juga menjawab tiga hal yang menentang gerakan
  misionaris.

  Pertama, kita menggunakan alasan-alasan untuk tidak melakukan
  sesuatu: "kita harus menunggu jalannya Tuhan", "kita tidak boleh
  memaksakan jalan kita". Namun Carey menjawab bahwa tidak seharusnya
  orang-orang Kristen mengabaikan jalan-jalan yang Tuhan sudah buka
  setiap harinya.

  Kedua, ada yang mengaku bahwa waktunya belum datang untuk
  kegiatan seperti itu karena banyak nubuatan-nubuatan Alkitab sedang
  menunggu penggenapan. Carey mengajukan pernyataan bahwa tidak ada
  nubuatan yang harus digenapi sebelum Injil dibawa sampai ke ujung
  bumi. Sesungguhnya, Carey telah menyelesaikan sejumlah khotbah
  tentang kitab Wahyu sebelum keberangkatannya ke India.

  Ketiga, untuk mereka yang mengatakan "kita punya cukup banyak
  pekerjaan di rumah", Carey menanyakan apakah ini alasan yang masuk
  akal untuk tidak menyampaikan Kabar Baik Yesus Kristus kepada mereka
  yang tidak memunyai Alkitab, pengkhotbah, atau berbagai fasilitas
  yang sebenarnya tidak digunakan secara baik di rumah [orang Kristen]

  Setia Sampai Akhir

  Setelah melihat kembali kehidupan Carey, sangatlah mudah dimengerti
  mengapa ia dianggap sebagai seorang misionaris besar. Pelayanannya
  yang tidak pernah padam selama 40 tahun di India memberikan hasil
  yang luar biasa. Di bawah pengarahannya, Alkitab diterjemahkan ke
  dalam berbagai macam bahasa India dan dialeknya. Ia mendirikan
  gereja di seluruh kawasan delta Sungai Gangga, dan bahkan mengirim
  misionaris ke bangsa-bangsa lain. Ia juga mengorganisasi suatu
  lembaga sekolah untuk anak-anak India dan akhirnya mendirikan
  Perguruan Tinggi Serampore. Di sana teologi Kristen diajarkan
  bersama dengan sastra India dan teknologi Barat.

  Ia juga pendiri dari Yayasan Pertanian India dan menerbitkan
  kumpulan esai untuk memperbaiki hasil pertanian. Selain menjadi
  seorang profesor yang dihormati di Fort William College, ia juga
  mengemukakan kumpulan-kumpulan kritik pada tulisan Hindu kuno. Ia
  mendirikan sebuah rumah sakit untuk orang-orang kusta dan sekolah
  misionari untuk rakyat jelata. Carey berusaha menentang
  penghancuran kehidupan manusia melalui pembunuhan anak-anak,
  pengguguran bayi, dan sati, yaitu upacara pembakaran para janda.
  Persahabatan dan kerja sama dengan umat percaya lain di India
  diterapkan dengan mengusahakan suatu pertemuan umum dari sejumlah
  denominasi Kristen dengan tujuan untuk mengoordinasi suatu gerakan
  penginjilan sedunia.

  Setiap tahun pada hari ulang tahunnya, Carey mengevaluasi kembali
  kehidupannya dan melihat sampai di mana kemajuan rohaninya. Dalam
  surat pada anaknya, Jabez, ketika hari ulang tahunnya pada tahun
  1819, ia mengaku, "Saya berumur 58 tahun pada hari ini, namun masih
  sedikit yang sudah saya lakukan untuk Tuhan." Semua pencobaan yang
  dialami Carey selama pelayanannya -- kematian istrinya, kebakaran
  yang menghancurkan Serampore Press, sakit berat yang diderita istri
  keduanya, dan kematian anak pertamanya -- patut kita ingat. Dalam
  menghadapi semuanya ini Carey mengalami pembentukan dalam kehidupan
  rohaninya. Terungkap dalam buku hariannya yang ditulis selama tahun
  pertama di India, "Aku merasa sebenarnya bahwa sangatlah baik untuk
  menyerahkan jiwa raga dan keseluruhan hidupku kepada Tuhan. Barulah
  kemudian dunia ini terlihat kecil. Janji Tuhan besar dan Dia adalah
  bagianku yang terbaik."

  Dalam mengevaluasi perjalanan hidup Carey, kita harus ingat bahwa
  keberhasilannya tidaklah berasal dari karyanya sendiri tapi Lebih
  merupakan suatu kerja sama suatu grup. Hasil kerja dari William Ward,
  Joshua dan Hannah Marhman, dan orang-orang lain yang mendukung,
  terutama John Ryland Jr., David Brown, Henry Martyn, dan orang-orang
  India yang bertobat melalui kesaksian Carey, semuanya merupakan
  bagian dari suatu mata rantai kerjasama yang saling menunjang dalam
  mengabarkan Kabar Baik Yesus Kristus ke sejumlah tempat di India dan
  dunia. Tepat pada saat matahari terbit pukul 05.30 pagi, tanggal 9
  Juni 1834, Carey meninggal pada usia 73 tahun. Selama hidupnya ia
  selalu dihibur oleh lagu-lagu pujian dari Isaac Watts. Salah satu
  permintaan terakhirnya adalah agar salah satu syair dari lagu
  ciptaan Watts diukirkan pada batu nisan kuburnya yang berbunyi:

  "Seorang yang hina miskin dan tak berdaya,
  namun dalam naungan-Nya `ku berada."

  Salah seorang yang menyaksikan acara penguburannya adalah seorang
  misionaris muda dari Skotlandia yang ternama John Leechman. Tanpa
  diragukan, Ia menulis:

    "Dan sekarang apa yang harus kita lakukan? Tuhan telah mengangkat
    nabi kita Elia ke surga. Dia telah mengangkat guru kita dari benak
    kita sekarang. Tapi janganlah kita kecewa. Tuhan dari segala misi
    hidup untuk selamanya. Rencana-Nya harus terus berlanjut. Pintu
    maut tidak akan bisa membendung gerakan-Nya, atau menghalangi
    keberhasilan-Nya. Mari, kita memunyai hal lain yang lebih penting
    daripada hanya berduka dan bersusah. Dengan pemimpin kita yang
    sudah meninggal itu semuanya berjalan dengan baik, ia telah
    menyelesaikan perjalanannya secara gemilang. Sekarang, karyanya
    turun pada kita untuk pencurahan Roh Ilahi yang lebih lagi."

  Diambil dan disunting dari:
  Judul majalah: Harvester, Edisi Juli -- Agustus 1993
  Judul artikel: Peringatan 200 Tahun Misi Modern
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Indonesia Harvest Outreach
  Halaman: 7 -- 9
______________________________________________________________________
REFERENSI

  Situs-situs YLSA juga memiliki bahan-bahan lain seputar William
  Carey yang dapat Anda baca:

  - http://biokristi.sabda.org/william_carey
  - http://misi.sabda.org/book/export/html/625
  - http://misi.sabda.org/pabrik_firman_hidup_di_tepi_sungai_gangga_
           india,_1800-1832
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

I R A K

  "Bangun! Ambil barang-barangmu. Kita harus segera pergi!" Bayangkan
  kata-kata tersebut dilontarkan kepada Anda dalam kepanikan karena
  Anda dan keluarga Anda diberi waktu kurang dari 24 jam untuk
  mengemas barang-barang dan meninggalkan rumah Anda. Itulah yang
  terjadi di Irak.

  Open Doors USA mengatakan bahwa bagi ribuan orang Kristen Irak,
  skenario di atas adalah mimpi buruk dalam kehidupan nyata.
  Orang-orang fanatik memaksa mereka untuk memilih antara meninggalkan
  rumah-rumah mereka atau mati.

  Biasanya, orang-orang percaya hanya sempat mengemas segelintir
  barang yang penting saja dan pergi tanpa membawa pakaian-pakaian
  mereka. Mereka membawa Alkitab di antara barang-barang tersebut
  karena mereka bergantung pada-Nya dan pesan pengharapan-Nya.

  Open Doors membantu mendirikan proyek-proyek medis serta membagikan
  kotak-kotak darurat yang berisi perlengkapan-perlengkapan utama
  untuk menolong pengungsi-pengungsi ini.

  Doakan agar Allah memberikan keberanian bagi keluarga-keluarga
  pengungsi ini. Doakan agar mereka tidak mundur dari iman mereka,
  bahkan ketika mereka ada di tengah-tengah penganiayaan.

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14599]

  Pokok doa:

  * Tekanan dan ancaman terhadap umat percaya di Irak mungkin bukan
    merupakan berita baru bagi kita. Tapi mari terus berdoa agar iman
    mereka tetap kuat dan terus bertumbuh di tengah penganiayaan.
  * Berdoa agar Tuhan menjaga dan melindungi para pengungsi di Irak,
    di tengah minimnya fasilitas untuk bertahan hidup.

H A I T I

  Pemandangan di Haiti selama 7 bulan terakhir ini masih morat-marit.
  Rumah-rumah sementara baru mulai didirikan. Akan tetapi, Child Care
  Worldwide (CCW) berfokus pada satu hal yang memberikan perubahan
  dramatis -- adanya atmosfer spiritual.

  Sejak gempa, Mendelson Cesar, Direktur CCW, mengadakan
  pertemuan-pertemuan penginjilan secara rutin. Ada 62 orang yang
  telah menyerahkan hidup mereka untuk Kristus, yang menjadikan
  totalnya hampir mencapai 600 akhir bulan ini.

  Selain itu, saat CCW melanjutkan program membagikan
  makanan, seperti memberikan makan siang kepada anak-anak sekolah
  dan nutrisi yang sangat diperlukan pengungsi, mereka tidak hanya
  memenuhi kelaparan fisik orang-orang Haiti saja tetapi juga memenuhi
  kelaparan rohani mereka. Tindakan kasih ini merupakan kesaksian
  seperti yang diinginkan Kristus, yaitu untuk mengenal setiap dan
  semua orang serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka secara utuh.

  Sumber: Mission News, Agustus 2010
  [Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14607]

  Pokok doa:
  * Bersyukur untuk pertobatan yang terjadi di antara orang-orang
    Haiti. Doakan agar mereka bertumbuh dalam pengenalan yang benar
    akan Tuhan.
  * Berdoa juga bagi program pemulihan pascagempa beberapa waktu yang
    lalu, agar pemerintah Haiti segera melakukan perbaikan terhadap
    sarana dan prasarana di Haiti.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                      KEAMANAN MENJELANG LEBARAN

  Perampokan sejak Mei hingga pertengahan Agustus 2010 kian marak dan
  kian mengganas. Bahkan pada hari Senin (23/8) saja, di beberapa
  wilayah di Indonesia telah terjadi lima perampokan besar dengan
  menggunakan senjata api dan senjata tajam, dengan kerugian mencapai
  ratusan juta rupiah.

  Sumber: Kompas, Selasa 24 Agustus 2010, halaman 1

  POKOK DOA:

  1. Bersyukur untuk upaya polisi menangkap para pelaku perampokan
     yang terjadi akhir-akhir ini. Doakan agar Tuhan memampukan mereka
     untuk melakukan tugasnya.

  2. Doakan agar masyarakat Indonesia bersikap waspada, karena
     menjelang Lebaran ini aksi perampokan, penjambretan dan tindakan
     kriminal lainnya semakin meningkat.

  3. Berdoa agar Tuhan melindungi para polisi dan petugas keamanan
     yang bertugas menjelang dan selama Lebaran, terutama di
     pusat-pusat keramaian. Kiranya kuasa Tuhan turun atas mereka.

  4. Doakan untuk orang-orang Kristen yang hidup di lingkungan
     keamanan yang tidak kondusif, biarlah mereka terus waspada dan
     mempercayakan hidup mereka pada Tuhan dan menjadi teladan di
     lingkungannya.

  5. Doakan agar Roh Kudus menjaga hati kita untuk tidak
     menghambur-hamburkan uang yang Tuhan percayakan kepada kita,
     sebaliknya menggunakannya untuk membantu para kaum miskin dan
     mereka yang membutuhkan.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
Twitter MISI: http://twitter.com/sabdamisi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright (c) 2010 e-JEMMi/e-MISI / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org