Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2010/16

e-JEMMi edisi No. 16 Vol. 13/2010 (20-4-2010)

Alkitab: Kata-Kata Tuhan dalam Bahasa Manusia

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Kata-Kata Tuhan dalam Bahasa Manusia
SUMBER MISI: World Bible Translation Center
KESAKSIAN MISI: Memperoleh Medali Kristus
DOA BAGI MISI DUNIA: Tiongkok, Irak
DOA BAGI INDONESIA: Kerusuhan Priok

______________________________________________________________________

         THE FIRST POINT OF WISDOM IS TO KNOW WHAT IS TRUE,
               THE SECOND IS TO DISCERN WHAT IS FALSE
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Bagaimanakah respons Anda ketika Anda mengetahui bahwa pada saat ini
  terdapat sekitar 6.529 bahasa di dunia, tetapi dari jumlah tersebut
  hanya 276 bahasa yang memunyai Alkitab dalam bahasa mereka secara
  lengkap? Publikasi e-JEMMi minggu ini menyajikan artikel yang
  diharapkan dapat menggugah kesadaran kita akan kebutuhan suku-suku
  bangsa untuk memiliki Alkitab dalam bahasa mereka. Mari kita dukung
  dalam doa supaya pekerjaan penerjemahan ini menggerakkan orang-orang
  Kristen untuk mau terjun dan terlibat memenuhi kebutuhan ini.

  Melalui informasi misi dunia dan Indonesia, kami juga ingin
  menggugah Anda untuk terbeban berdoa bagi kebutuhan mereka. Kami
  yakin kesatuan hati kita sebagai anak-anak Tuhan akan menyukakan
  hati Tuhan.

  Selamat berdoa dan selamat melayani.

  Redaksi Tamu e-JEMMi,
  Wilfrid Johansen
  http://misi.sabda.org
  http://fb.sabda.org/misi

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                 KATA-KATA TUHAN DALAM BAHASA MANUSIA

  "Jika Tuhanmu memang pintar, mengapa Dia tidak bisa berbicara dalam
  bahasa kita?" kata seorang Indian Cakchiquel kepada William Cameron
  Townsend. Komentar itu membuat Townsend merasa terbeban untuk
  menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Indian Cakchiquel, satu suku
  yang cukup besar di Amerika Tengah. Namun, banyak orang menertawakan
  dia ketika ia menyampaikan gagasan itu. "Jangan bodoh! Harga
  orang-orang itu tidak sebanding dengan pengorbanan yang kamu harus
  berikan. Bahasa mereka yang aneh tidak mudah dipelajari untuk
  penerjemahan Alkitab. Apalagi, mereka tidak bisa membaca. Ajaklah
  mereka belajar bahasa Spanyol!" Tetapi, William Cameron Townsend
  tidak bisa melupakan orang Cakchiquel. Sekarang, ia dikenal sebagai
  seorang pelopor dalam upaya penerjemahan Alkitab di dunia misi.
  Organisasi Wycliffe Bible Translators dan Summer Institute of
  Linguistic yang didirikannya sudah mengutus orang-orang ke seluruh
  pelosok dunia untuk menemukan suku-suku "yang terlupakan" dan
  membawa firman Tuhan untuk mereka. Pada saat ini, Wycliffe Bible
  Translators merupakan organisasi misi terbesar di dunia yang
  memunyai lebih dari enam ribu utusan.

  Lebih lanjut William Cameron Townsend berkata, "Kita tahu bahwa
  mereka [suku-suku] semua harus mendengar berita mengenai kasih Tuhan
  karena mereka sudah tercakup dalam Amanat Agung dan visi nubuatan
  mengenai kumpulan besar orang-orang yang ditebus, sebagaimana
  ditulis dalam Wahyu 7:9, "Kemudian dari pada itu aku melihat:
  sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat
  terhitung banyaknya, dari segala bangsa, dan suku dan kaum dan
  bahasa, berdiri di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan
  memegang daun-daun palem di tangan mereka." Visi ini bisa terpenuhi
  hanya jika orang-orang itu mendengar firman Tuhan dalam bahasa
  mereka sendiri. Jika tidak demikian, bagaimana mereka akan dapat
  diselamatkan?"

  "Jika Tuhanmu memang pintar, mengapa Dia tidak bisa berbicara dalam
  bahasa kita?"

  Firman Tuhan penting bukan hanya untuk penginjilan tetapi juga untuk
  pertumbuhan orang-orang yang sudah diselamatkan, seperti kata
  Paulus: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
  untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
  kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Timotius
  3:16). Gereja tanpa Alkitab akan mudah sekali menyimpang atau
  menjadi korban ajaran sesat. Tanpa Alkitab, kesehatan rohani suatu
  gereja sangat terancam. Di samping itu, hanya Alkitab yang berkuasa
  mengubah hidup manusia dan memenuhi kebutuhan rohani orang-orang
  yang percaya dan menanggapinya. "Sebab firman Allah hidup dan kuat
  dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat
  dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia
  sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibrani
  4:12).

  Tidak dapat disangkal, Alkitab sangat dibutuhkan oleh semua bangsa.
  Namun demikian, masih banyak suku/bangsa di dunia yang belum
  memunyai Alkitab dalam bahasa mereka sendiri. Alkitab yang tersedia
  hanya dalam bahasa perdagangan atau bahasa resmi yang mereka
  pergunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang luar, bukan dalam
  bahasa ibu mereka -- bahasa yang mampu menyentuh hati mereka.
  Bahkan, banyak juga suku yang tidak memunyai Alkitab [yang dapat
  mereka baca] sama sekali. Apalagi, mereka hanya berbicara dalam
  bahasa lisan karena mereka belum mengenal huruf atau tulisan. Pada
  saat ini, terdapat sekitar 6.529 bahasa di dunia. Dari jumlah
  tersebut, hanya 276 bahasa yang memunyai Alkitab lengkap. Sisanya
  sama sekali tidak memunyai Alkitab, atau hanya memiliki Perjanjian
  Baru atau salah satu kitab Perjanjian Baru. Bagaimana dengan
  Indonesia? Menurut statistik, terdapat sekitar 669 bahasa daerah di
  Indonesia [10% dari seluruh bahasa di dunia, Red.], sebagian besar
  berada di pedalaman, misalnya di Papua. Karena keadaan geografi yang
  sulit ditembus transportasi, suku-suku di Papua itu saling
  terisolasi satu dengan yang lain. Keadaan ini menyebabkan
  pertumbuhan bahasa-bahasa suku itu berbeda untuk masing-masing
  suku.

  Meskipun tampaknya penerjemahan Alkitab sekadar memindahkan
  kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, namun proses tersebut
  sama sekali tidak mudah. Bahasa suatu suku tidak terpisah dari
  kebudayaan, adat istiadat, dan cara pandang dunia masyarakat itu.
  Bahasa juga berkaitan dengan keadaan alam tempat tinggal suku itu.
  Bagaimana orang Irian dapat mengerti bahwa Yesus adalah Anak Domba
  Allah jika mereka tidak pernah melihat domba? Atau bagaimana mereka
  dapat memahami pentingnya Yesus sebagai "roti hidup" jika mereka
  tidak pernah melihat gandum apalagi roti! Yesus dalam bahasa satu
  suku di pedalaman Papua bukanlah "roti" hidup, melainkan "sagu"
  hidup, yakni makanan pokok mereka. Dan Ia tidak mengetuk pintu
  "hati" manusia, melainkan pintu "tenggorokan" manusia, sebab menurut
  orang Papua, semua perasaan manusia berada di dalam "tenggorokan."

  Tantangannya bukan sekadar menyangkut peristilahan, melainkan lebih
  mendasar menyangkut perbedaan cara pandang dunia. Utusan Injil Don
  Richardson sangat tercengang ketika suku Sawi di Papua menganggap
  Yudas sebagai tokoh pahlawan karena ia berhasil mengkhianati Yesus!
  Di dalam budaya suku itu, seseorang yang berhasil berkhianat tanpa
  diketahui temannya, ia dianggap seorang yang hebat. Don Richardson
  dan istrinya berdoa memohon hikmat Tuhan selama berbulan-bulan.
  Cerita sang penerjemah ini berakhir bahagia ketika Tuhan
  memperlihatkan konsep "anak perdamaian", yaitu anak dari satu suku
  diserahkan kepada suku lain sebagai tanda perdamaian. Yesus adalah
  Sang Anak Perdamaian, dan perbuatan mengkhianati Anak Perdamaian
  merupakan tindakan yang sangat tercela. Namun, meskipun manusia
  telah melakukan perbuatan tercela itu, Allah tetap mengasihi
  manusia. Sejak saat itu, Injil tersebar di antara suku Sawi dan
  hingga saat ini gereja senantiasa tegak di tengah mereka.

  Tantangannya akan semakin bertambah sulit jika suku-suku itu tidak
  bersedia belajar membaca. Orang Tunebos menganggap kertas dan
  tulisan sesuatu yang tabu karena tidak berasal dari allah mereka dan
  dianggap menjadi penyebab sakit-penyakit. Para penerjemah dituntut
  untuk mampu bersikap sabar sepenuhnya. Menurut statistik, waktu yang
  dibutuhkan untuk menerjemahkan Perjanjian Baru kira-kira 8 sampai 34
  tahun, bergantung pada keadaan daerah setempat.

  "Sampai kapan mereka harus menunggu untuk dapat menikmati firman
  Tuhan dalam bahasa mereka?"

  Selain itu, ada pula tantangan untuk berkurban dalam kehidupan
  sehari-hari, misalnya, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang
  sangat sederhana -- tanpa lampu, air bersih, terancam penyakit
  malaria, dll.. Penyesuaian diri dengan kondisi setempat
  kadang-kadang terasa lucu. Di suatu pedalaman, kira-kira 1.500 km
  dari perbatasan Amerika Serikat, kulit tubuh seorang Amerika
  digosok-gosok oleh penduduk setempat karena mereka ingin mengetahui
  apakah "kulit yang putih" itu jika terkelupas akan memperlihatkan
  dia benar-benar "manusia". Tidak jarang, pendaratan para penerjemah
  dengan helikopter dianggap "roh" yang kembali dari dunia orang mati,
  sehingga [kulit] mereka tidak "berwarna" (berkulit putih). Namun,
  semua tantangan dan kesulitan yang menghadang tidak sebanding
  sukacita yang didapat ketika melihat pertobatan banyak orang dan
  gereja mulai bertumbuh.

  Sekarang, apa yang kita bisa lakukan? Yang utama tentu saja, doakan
  mereka dan pekerjaan penerjemahan Alkitab. Jika William Cameron
  Townsend memulai pekerjaannya dalam usia yang relatif muda, 23
  tahun, bukan mustahil bahwa Tuhan juga memanggil kita untuk
  pelayanan unik ini. Tuhan menyediakan keselamatan dan berkat untuk
  seluruh umat manusia. Meskipun Ia memilih Abraham, Ishak, dan Yakub,
  tampak jelas Tuhan mengatakan bahwa seluruh bangsa di dunia akan
  diberkati melalui mereka (Kejadian 12:3). Banyak suku/bangsa
  "tersembunyi" masih belum diberkati dengan firman Tuhan.

  Sumber asli:
  "The Word that Kindles," oleh George M. Cowan
  "Come by Here," Wycliffe Bible Translators
  "Peace Child," Gospel Film
  "Target Earth," ed. Frank Kaleb Jansen
  "Tribes, Tongues, and Translation," oleh William Cameron Townsend
  "Translation Statistics," Pulse, 13 Agustus 1993

  Diambil dari:
  Judul artikel: Kata-Kata Tuhan dalam Bahasa Manusia
  Judul majalah: HARVESTER, Edisi Januari/Februari, Tahun 1994
  Penulis: Esther I. Tjandrakusuma
  Penerbit: Indonesian Harvest Outreach
  Halaman: 18 -- 19
______________________________________________________________________
SUMBER MISI

WORLD BIBLE TRANSLATION CENTER
==> http://www.wbtc.com

  Jika Anda mengikuti perkembangan dunia penerjemahan Alkitab, atau
  Anda memiliki berbagai versi Alkitab bahasa lain, besar kemungkinan
  Anda pernah mendengar kata "WBTC". WBTC atau World Bible Translation
  Centre (Pusat Penerjemahan Alkitab Dunia) adalah yayasan yang
  bergerak di bidang penerjemahan Alkitab. Visi WBTC adalah
  menerjemahkan Alkitab ke berbagai bahasa dunia dengan bahasa yang
  lebih sederhana, jelas, dan mudah dimengerti.

  Situs ini menyediakan kurang lebih tiga puluh versi Alkitab baik
  lengkap maupun hanya Perjanjian Baru saja dalam berbagai macam
  bahasa (termasuk Perjanjian Baru Bahasa Indonesia versi Easy-to-Read
  2006) yang dapat diunduh dalam format PDF. Situs ini cukup mudah
  ditelusuri sehingga Anda tidak akan mengalami kesulitan jika ingin
  mendapatkan Alkitab dalam berbagai bahasa. Hanya satu kekurangan
  situs ini yakni artikel-artikel berita seputar kegiatan WBTC hanya
  segelintir saja semenjak 2007. (Uly)
______________________________________________________________________
KESAKSIAN MISI

                      MEMPEROLEH MEDALI KRISTUS

  "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau!
  Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,
  maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan
  Allah serta manusia." (Amsal 3:3-4)

  Pendeta H berdiri perlahan-lahan dan mulai membuka baju dan jaket
  hitamnya. Itu adalah jaket yang sama yang ia pakai delapan hari yang
  lalu ketika orang-orang bersenjata menyerangnya. Istrinya dengan
  perlahan-lahan memeganginya untuk tetap berdiri tegak ketika jarinya
  menunjuk ke atas perban putih yang menutupi tiga lubang peluru di
  tubuhnya. "Ini adalah medaliku," katanya.

  Penyerangan tersebut terjadi pada suatu hari Minggu pagi. Pendeta H
  sedang mengendarai mobilnya di kota kelahirannya di Timur Tengah.
  Saat itulah ia mendengar kata, "BERHENTI!" Teriakan tersebut
  disertai dengan todongan sebuah senjata. H menyadari tiga orang pria
  bersenjata sedang berdiri di hadapannya. Sebelumnya, di gedung yang
  tidak jauh dari tempat kejadian, para pria ini bertanya kepada
  orang-orang apakah mereka tahu di mana "orang Kristen" berada. H
  sadar berhenti berarti mati. Dari ketiga hamba Tuhan yang
  menggembalakan gereja yang sekarang ia pimpin, satu dari mereka
  dibunuh, satunya lagi mengungsi. Hanya H yang masih tetap tinggal.

  Allah akan melindungiku, pikirnya saat itu. H tidak berhenti; ia
  menginjak gas lebih dalam lagi dan tetap melaju. Suara letusan
  senjata terdengar, total enam kali. Salah satu peluru menembus
  punggungnya dan keluar dari dadanya. Lalu peluru yang lain mengenai
  dadanya lagi. Lalu satu lagi mengenai tangannya. Ada lagi peluru
  yang lain yang menyerempet kepalanya. Pendeta H terus melarikan
  mobilnya. Ia memandang ke bawah dan melihat darah. Ia berhenti untuk
  mencari pertolongan. Ia berjarak kurang lebih dua kali lapangan
  sepak bola jauhnya dari para penyerangnya. Para penyerangnya
  melarikan diri.

  Pihak yang berwajib membawa H ke rumah sakit. "Dokter yang merawatku
  bertanya padaku, `Apa yang terjadi padamu? Kalau melihat peluru yang
  telah melukaimu (luka pada organ tubuh dan pembuluh darah besar),
  ini adalah mukjizat." Di seluruh Timur Tengah ada suatu operasi
  kekerasan yang intensif untuk mengejar-ngejar orang Kristen seperti
  H. Di Afghanistan, para hamba Tuhan Kristen diculik dan dibunuh. Di
  Irak, ribuan orang Kristen telah meninggalkan kota-kota seperti
  Mosul karena tindakan terorisme, dan di Mesir tahun lalu, 20.000
  orang `agama lain` menyerang 1.000 orang Kristen oleh karena
  orang-orang percaya ini ingin membuka gereja rumah.

  "Seorang wanita di kota kami dibunuh karena membagikan Alkitab,"
  kata H. "Mereka mau semua orang Kristen menjadi pemeluk `agama
  lain`. Mereka membakar atau meledakkan rumah-rumah orang Kristen." H
  berkata pada hari Minggu ia diserang, ia diancam oleh sekelompok
  ekstremis `agama lain`. "Orang itu menghubungiku dan berkata `pedang
  akan menebas dan membunuhmu`," kata H. "Mereka memperingatkanku
  bahwa jika aku tidak kembali ke `agama lain` mereka akan
  membunuhku." Di saat banyak orang Kristen telah meninggalkan Timur
  Tengah, ada orang-orang seperti H yang tinggal atau pergi
  berkeliling untuk memberitakan kabar keselamatan. Mereka sedang
  berada di garis depan peperangan `agama lain` melawan Kekristenan,
  dan karena keberanian mereka di dalam Kristus, mereka tidak menerima
  keagungan maupun kemegahan, tetapi medali luka tembakan, penjara dan
  penganiayaan. Meskipun demikian mereka adalah pemenang.

  Diambil dari:
  Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan), Edisi Juli -- Agustus 2009
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
  Halaman: 3 -- 4

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

T I O N G K O K
  Menurut Asosiasi untuk Bantuan Tiongkok (China Aid Assocation -
  CAA), pemerintah Republik Rakyat Tiongkok diam-diam menjatuhkan
  vonis 15 tahun penjara kepada AY. Tuduhannya adalah "membocorkan
  rahasia negara ke organisasi luar negeri" dan tampak jelas bahwa
  tuduhan tersebut direkayasa.

  Tuntutan ini dikenakan kepada gembala gereja rumah yang berumur 36
  tahun itu. Gerejanya telah berdiri lebih dari 2 tahun di Kashgar,
  Xinjiang, Tiongkok. Menurut LD, pembela AY, ia dikenakan tuduhan ini
  karena diwawancarai media dari luar Tiongkok.

  "Hukuman penjara 15 tahun sangat berat. Melampaui perkiraan saya,"
  ujar LD dalam pernyataan pers CAA kemarin. "Ini adalah hukuman
  maksimal bagi pembocor rahasia negara," kata LD. Artinya, tindakan
  AY dianggap menyebabkan "kerugian besar bagi negara dan tidak dapat
  diperbaiki".

  Menurut Presiden CAA, sepanjang 1 dekade ini, hukuman AY adalah
  hukuman terberat bagi seorang gembala gereja. (t/Uly)

  Diterjemahkan dari:
  Judul asli artikel: China: Pastor Gets Maximum Sentence of 15 Years
  Nama buletin: Body Life, Edisi Januari 2010, Volume 28, No. 1
  Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 4

  * Berdoalah agar Tuhan memberikan kekuatan kepada AY. Doakan juga
    anggota keluarganya, agar mereka diberi kekuatan dan penghiburan
    oleh Tuhan.
  * Doakan agar Tuhan menjamah hati pemerintah Tiongkok
    agar bersedia meninjau ulang keputusan untuk menangkap dan
    memenjarakan orang Kristen.

I R A K
  Suara Kaum Martir (Voice of the Martyrs - VoM) melaporkan bahwa dua
  gereja diledakkan di Mosul, Irak, pada tanggal 23 Desember 2009.
  Pada pukul 11:00 pagi, sebuah bom meledak di dekat gereja Ortodoks
  Siria St. Thomas; pada hari yang sama, sebuah bom meledak dari
  gerobak buah-buahan di dekat gereja Khaldea St. George. Bom kedua
  ini menewaskan 3 orang.

  Banyak orang Kristen telah meninggalkan Mosul. Inilah tujuan utama
  serangkaian serangan kepada orang-orang percaya dalam beberapa bulan
  terakhir ini. Pada awal bulan ini, seorang bayi perempuan meninggal
  dan banyak yang terluka, ketika seorang pengebom melemparkan granat
  tangan ke sebuah sekolah Kristen. Meskipun menghadapi
  serangan-serangan itu, beberapa orang Kristen tetap memilih bertahan
  dan mengabarkan Injil. (t/Uly)

  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, Edisi Januari 2010, Volume 28, No. 1
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Iraq: Two Churches Bombed at Christmas Time
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 4

  Pokok doa:
  * Doakan umat percaya di Irak yang memilih untuk tetap bertahan di
    negara mereka dan memberitakan Injil di sana, meskipun harus
    menghadapi banyak tantangan dan bahaya, agar Tuhan terus
    menyertai.
  * Doakan juga agar kesaksian hidup orang percaya di Irak dapat
    membuat orang-orang yang belum percaya melihat dan mengalami kasih
    Tuhan.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                           KERUSUHAN PRIOK

  Kompleks gudang Vepak Terminal Jakarta, yang terletak di sudut jalan
  Dobo, Koja, Jakarta International Terminal Container (JICT)
  dikelilingi api yang berasal dari kendaraan yang dibakar. Peristiwa
  pembakaran puluhan kendaraan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
  dan polisi di wilayah tersebut merupakan puncak dari bentrokan
  antara aparat dengan warga Koja, Jakarta Utara yang terjadi pada
  Rabu, 14 April 2010 pukul 16.00 WIB. Peristiwa ini dipicu oleh
  rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur sebagian lokasi
  makam Mbah Priok yang dikeramatkan dengan tujuan untuk memperluas
  terminal peti kemas dan mempercantik makam sehingga tetap dapat
  dikunjungi untuk ziarah warga. Namun karena belum ada penyelesaian
  tentang hak kepemilikan tanah di lokasi makam Mbah Priok antara
  pihak ahli waris makam dengan PT. Pelindo II, maka bentrokan antara
  warga Koja dan aparat yang berwenang pun tidak dapat dihindarkan.
  Kerusuhan Priok ini menyebabkan adanya korban meninggal dan puluhan
  korban luka lainnya yang masih dirawat di IGD RSUD Koja.

  Sumber: Kompas, Kamis 15 April 2010, Halaman 1 dan 15

  Pokok doa:

  1. Pentingnya rasa kebersamaan dan saling menghormati diperlukan
     untuk menjaga stabilitas bangsa ini. Doakan agar Tuhan
     memampukan warga Indonesia untuk mengutamakan kesatuan dan rasa
     saling menghormati dan memiliki terhadap bangsa ini.

  2. Doakan agar Tuhan memampukan pemerintah menjalankan
     tugas-tugasnya dengan sepenuh hati dan dapat mengayomi masyarakat
     sebagaimana semestinya.

  3. Berdoa untuk keluarga korban yang meninggal dalam kerusuhan Priok
     yang ditinggalkan semoga diberi kekuatan dan ketabahan.

  4. Doakan para korban luka yang masih dirawat di RSUD Koja agar
     mereka segera disembuhkan dan dipulihkan oleh Tuhan.

  5. Berdoa juga agar Tuhan memberi hikmat kepada pemerintah agar
     menyelesaikan persoalan ini dengan tuntas, sehingga di kemudian
     hari peristiwa itu tidak terulang kembali.

  6. Berdoa agar melalui peristiwa dan persoalan yang menimpa bangsa
     ini kita semakin disadarkan untuk tekun berdoa bagi pemulihan
     Indonesia.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Redaksi tamu: Wilfrid Johansen
Kontributor: Truly Almendo Pasaribu
Kontak redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org