Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/9

e-JEMMi edisi No. 09 Vol. 12/2009 (3-3-2009)

Arti Pemuridan

 

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Hakikat Kekristenan: Kemuridan
SUMBER MISI: Cahaya Pengharapan Ministries
DOA BAGI MISI DUNIA: Nigeria, Pulau-pulau Samudera Hindia
DOA BAGI INDONESIA: Masalah Korupsi
STOP PRESS: Baru! Publikasi E-DOA: Sekolah Doa Elektronik

______________________________________________________________________

   IF YOU`RE OUT OF TUNE WITH JESUS, YOU`RE OUT OF TUNE WITH HEAVEN
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Untuk dapat bertumbuh dan berbuah di dalam pengenalan yang benar
  akan Kristus, mau tidak mau, suka atau tidak, setiap orang percaya
  harus dimuridkan. Mengapa? Karena melalui proses pemuridan, mereka
  diajar tentang kebenaran firman Tuhan dan melakukannya, sehingga
  mereka memiliki pemahaman yang benar tentang pengajaran Kristus.
  Namun, amat disayangkan banyak orang Kristen yang tidak mengerti
  akan konsep ini. Mereka berpikir jika mereka sudah bergereja, itu
  sudah cukup. Oleh sebab itu, banyak orang Kristen yang tidak
  bertumbuh dan hidup mereka tidak memberi pengaruh kepada lingkungan
  sekitarnya.

  Mengingat pentingnya pemuridan bagi orang percaya, maka e-JEMMi
  edisi Maret secara khusus mengangkat tema Pemuridan. Adapun
  topik-topik yang akan kami sajikan yaitu: Arti Pemuridan, Syarat
  Menjadi Murid, dan Bagaimana Membina Murid. Harapan kami, apa yang
  kami sajikan dapat mengubah wawasan Anda tentang arti dan pentingnya
  pemuridan bagi setiap orang percaya.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/e-jemmi/
  http://misi.sabda.org/

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                    HAKIKAT KEKRISTENAN: KEMURIDAN

  Konsep Kemuridan

  Konsep kemuridan memang umum dalam dunia Alkitab. Dari sekitar 260
  istilah murid dalam Perjanjian Baru, 230 di antaranya terdapat dalam
  Injil. Istilah-istilah itu umumnya berbicara tentang murid-murid
  Yesus, walaupun ada juga yang berbicara tentang murid-murid Musa,
  Farisi, Yohanes Pembaptis, dan Paulus. Kita mungkin akan lebih
  mengerti tentang konsep kemuridan ini bila kita mengingat
  kisah-kisah hubungan guru-murid antara Musa dan Yosua, Eli dan
  Samuel, Elia dan Elisa, para nabi, seperti Yesaya dan Yeremia,
  dengan para murid mereka, dll..

  Dalam peradaban purba, konsep kemuridan memang sesuatu yang lazim.
  Bukan hanya para rabi Yahudi mengembangkan sekolah-sekolah dan
  kelompok murid yang mereka didik dan gembleng, dalam peradaban
  Yunani pun, para filsuf menggunakan konsep yang sama dalam cara
  mereka mendidik.

  Prinsip dasar kemuridan berbeda dari prinsip dasar pendidikan dunia
  modern. Yang disebut murid bukan mereka yang memilih sebuah sekolah,
  mendaftarkan diri, dan belajar berbagai informasi ilmu untuk
  membekali pengetahuannya dalam tempo relatif terbatas. Seorang murid
  ketika itu dipilih untuk magang bersama gurunya, sehingga melalui
  hidup bersama, terjadilah proses belajar bersama, terdidik,
  tertempa, dan terbentuk dalam pengetahuan, karakter, keterampilan,
  dan seluruh kepribadian secara utuh. Jelasnya, kata kunci kemuridan
  adalah peniruan dan ketaatan.

  Kristen adalah Murid Kristus

  Sebutan "Kristen" sebenarnya tidak umum digunakan Alkitab. Hanya
  tiga kali sebutan itu muncul, dalam Kisah Para Rasul 11:26, 26:28,
  dan 1 Petrus 4:16. Sebutan lebih umum ialah murid (Kisah Para Rasul
  6:1,7, 9:36, 11:26, 19:1-4). Menurut Kisah Para Rasul 11:26, para
  murid itulah yang kemudian disebut Kristen. Selain itu, digunakan
  juga sebutan "sekte orang Nasrani" (Kisah Para Rasul 24:5),
  "orang-orang percaya" (Kisah Para Rasul 5:14), "orang-orang kudus"
  (Kisah Para Rasul 9:13; Roma 1:9), "saudara-saudara" (Kisah Para
  Rasul 10:23), "orang-orang pilihan Allah" (Kolose 3:12), "jemaat
  Allah" (Kisah Para Rasul 20:28), dan "hamba Allah" atau "hamba
  Kristus Yesus" (1 Petrus 2:16).

  Penggunaan sebutan ini dapat dimengerti sebab faktanya memang Yesus
  memakai tradisi kemuridan tadi, namun secara lebih bermutu dan unik,
  memanggil para murid-Nya untuk hidup, belajar, dan melayani bersama
  Dia. Selama 3 tahun yang singkat, namun sangat mendalam itu, para
  murid diubah-Nya dari orang tak berarti (para nelayan), bahkan
  sebagian dianggap sampah dan benalu masyarakat (pemungut cukai),
  menjadi para rasul yang mengguncangkan dunia dan menghasilkan para
  murid baru yang memiliki pola dan gaya hidup alternatif yang
  mencengangkan orang sezamannya dan menerbitkan harapan dalam dunia
  yang gelap dan mencemaskan.

  Jika pengamatan ini benar, tepatkah menyimpulkan bahwa hakikat
  kekristenan itu adalah kemuridan? Tepatkah mengatakan bahwa intisari
  kehidupan Kristen itu adalah meniru dan meneladani Yesus?

  Sementara teolog menolak kesimpulan ini berdasarkan alasan dogmatis.
  Mengatakan intisari kekristenan adalah imitasi Yesus Kristus
  mengundang berbagai bahaya. Pertama, fondasi kekristenan digeser
  dari pemahaman iman kepada penerapan etika. Atau lebih tegasnya,
  fondasi kekristenan bukan lagi atas kebenaran, tapi atas kelakuan.
  Bahaya kedua, sebagai akibat dari bahaya pertama tadi, doktrin
  keselamatan dihayati dari sudut pendekatan usaha manusia. Kesalahan
  ini telah dilakukan oleh para penganut Pelagianisme atau
  semi-Pelagianisme yang membuat manusia memiliki andil dalam
  keselamatan. Ketiga, bahaya lebih parah ialah pribadi Kristus
  sendiri tidak lagi dipahami dalam pendekatan ontologis, tetapi dalam
  pendekatan relasional fungsional. Artinya, bukan lagi hakikat diri
  dan karya-Nya sebagai Allah sejati dan Manusia sejati yang
  dipentingkan, tapi keteladanan manusiawinya.

  Tiga bahaya yang diungkapkan oleh pihak yang berkeberatan terhadap
  kemuridan sebagai cara memandang hakikat kekristenan ini memang
  merupakan alasan-alasan yang sah dan benar. Namun, dengan meluruskan
  dan menjernihkan isu teologisnya, bahaya itu tak perlu terjadi dan
  kemuridan tetap dapat diartikan sebagai hakikat kekristenan.

  Keselamatan: Iman atau Usaha?

  Pernyataan ini sederhana saja jawabannya, sebab seluruh isi Alkitab
  seperti yang kemudian diakui oleh para Reformator menegaskan bahwa
  keselamatan semata adalah anugerah. Sola Scriptura, Sola Fide, Sola
  Gratia, mengintisarikan prinsip Alkitab itu. Berdasarkan kesaksian
  Alkitab semata, hanya karena iman dan oleh anugerah-Nya, kita
  beroleh keselamatan.

  Tetapi apa yang dikemukakan Luther itu kemudian dikupas
  konsekuensinya lebih rinci oleh Calvin dan para pengikutnya.
  Keselamatan itu bukan hanya pembenaran, tetapi merupakan suatu
  kesatuan dari berbagai aspek kaya pengalaman keselamatan di
  antaranya pembaruan, pertobatan, pengampunan, pengudusan, dan
  puncaknya kelak, pemuliaan. Ordo salutis (urutan atau tata
  keselamatan) ini merupakan satu kesatuan yang walaupun masing-masing
  unsurnya dapat terjadi secara serentak atau berbeda secara
  kronologis, namun secara keseluruhan harus ada dan teralami dalam
  diri orang beriman.

  Prinsip inilah yang menyebabkan adanya perbedaan penekanan pada
  teologi Paulus dan teologi Yakobus tentang keselamatan. Paulus
  seolah hanya menekankan iman, sedangkan Yakobus menekankan
  perbuatan. Tetapi keduanya sebenarnya mengupas satu kebenaran yang
  sama dari sisi kebutuhan pendengar yang berbeda sehingga seolah
  menghasilkan perspektif yang berbeda.

  Keselamatan memang semata adalah anugerah yang memungkinkan orang
  yang dianugerahi kemampuan untuk mengimani, menerima, berbuah, dan
  menghasilkan buah sifat-sifat Allah. Iman pada akhirnya diukur ada
  tidaknya, benar salahnya, hidup matinya, dari ada tidaknya dan
  bagaimana mutu perbuatan konkret kita.

  Pribadi Kristus

  Pertanyaan terpenting yang pernah dilontarkan kepada manusia ialah
  pertanyaan Yesus kepada para murid, "Kata orang, siapakah Anak
  Manusia itu?" untuk kemudian menukik tajam lebih pribadi, "...
  katamu, siapakah Aku ini?" (Matius 16:13-15). Ada beberapa hal
  penting tersirat dalam pertanyaan itu. Pertama, pertanyaan yang
  berintikan pemahaman dan pengenalan akan identitas Yesus itu
  ditujukan-Nya bukan kepada orang banyak, tetapi kepada para
  pengikut-Nya. Berarti kesempatan dan kemungkinan untuk mengenal
  Yesus lebih dalam ditujukan kepada murid, bukan kepada simpatisan.
  Tetapi begitu konteks pembicaraan beralih kepada pengenalan para
  murid sendiri, bukan lagi label-label teologis yang ditekankan,
  melainkan "Aku" ini, yaitu diri Yesus sebagaimana adanya Dia yang Ia
  ingin lebih diakrabi oleh para murid-Nya. Ketiga, pertanyaan ini
  sangat penting sebab jawaban Yesus seterusnya menjelaskan bahwa
  pengakuan dan pengenalan iman itu menjadi jiwa kehidupan gereja.
  Keempat, pertanyaan yang amat sarat dengan makna teologis ini
  disampaikan dalam konteks yang intensitas emosional manusiawinya
  sangat dalam. Dengan kata lain, untuk para murid tidak cukup
  mengetahui konsep-konsep Kristologis, lebih vital lagi adalah
  mengenal Dia secara pribadi melalui pengamatan, pergaulan, maupun
  persentuhan yang sehari-hari mereka alami dalam tahap hubungan
  antara manusia dengan Manusia.

  Dilihat dari pendekatan bagian firman ini, nyatalah bahwa berbagai
  perumusan iman yang pernah dibuat gereja memiliki kekurangan dan
  kelemahan tertentu, walaupun tidak salah. Perumusan Kristologis yang
  dibuat dalam sidang-sidang konsili di Nicea, Konstantinopel, dan
  Chalcedon telah berusaha untuk setia merumuskan penyataan firman
  Allah tentang pribadi Kristus dan menghasilkan suatu perumusan yang
  menjawab kebutuhan pergumulan teologis filosofis saat itu. Namun,
  bila dibandingkan dengan bagaimana Yesus ditampilkan Alkitab,
  terasalah bahwa perumusan itu telah mengerdilkan dan memeras
  keberadaan Pribadi Kristus yang teramat megah, kaya, dan di luar
  kemampuan definisi untuk menampungnya. Pribadi Kristus dalam rumusan
  itu diperas ke dalam kategori-kategori esensi, substansi, dan sifat,
  tanpa keharusan untuk mengenal-Nya langsung, menjadi murid-Nya!

  Bahaya ini tampak pada Petrus yang di satu pihak mampu memberikan
  jawaban yang tepat dan diakui Tuhan berasal dari Roh Kudus sendiri,
  namun beberapa saat kemudian ternyata bahwa jawaban yang tepat itu
  diisinya dengan konsep yang lain. Kuasa Kerajaan Allah bagi Yesus
  berarti melepas keluar kuasa untuk memberi diri dan melayani, bukan
  untuk mengontrol dan berusaha merebut kuasa seperti yang dimengerti
  Petrus. Tuhan menegur Petrus yang berhasil belajar konsep, namun
  belum masuk dan mengenal hidup dan kisah Yesus.

  Para rasul dalam surat-surat kirimannya memberikan kepada kita cukup
  gambaran tentang keindahan dan keluarbiasaan Pribadi Yesus Kristus.
  Ia lemah lembut dan ramah (2 Korintus 10:1). Kristen dianjurkan
  untuk bersikap seperti Dia -- ramah, mengampuni, dan mengasihi
  (Efesus 4:32, 5:1-2). Perjalanan hidup-Nya dicirikan oleh ketaatan
  sampai mati (Filipi 2:5, 8), suatu ketaatan yang penuh (Ibrani
  5:7-8).

  Dalam pengisahan keempat Injil, kita bertemu dengan gambaran yang
  luar biasa menarik dan menakjubkan. Tak pernah dan tak akan mungkin
  ada pribadi lain seistimewa Dia. Seketika kita berusaha
  mengungkapkan ciri-ciri karakter-Nya, kita akan berhadapan dengan
  kesulitan. Bukan saja itu disebabkan oleh adanya sifat-sifat yang
  tak lazim ada pada manusia, tetapi juga karena adanya kepenuhan
  sifat-sifat yang pada manusia biasa merupakan ciri yang
  bertentangan, namun pada Yesus ada secara penuh dan serasi. Di satu
  pihak, Dia begitu hangat dan bermurah hati, di pihak lain, Dia bisa
  panas berkobar-kobar melawan orang tertentu. Dia adalah satu-satunya
  Manusia yang penuh damai, syukur, dan suka, namun Dia juga adalah
  Manusia yang penuh duka. Dia berkhotbah dan melayani dengan
  penyataan wibawa dan kuasa penuh, namun hangat, menghargai orang
  lain, dan rendah hati. Dia senang berada di tengah orang banyak,
  namun Dia senang pula menyendiri dalam persekutuan dengan Bapa-Nya.
  Dia seorang yang sangat praktis dan teologi-Nya berciri praktis,
  namun Dia seorang pendoa tanpa tanding dan pengajar yang memiliki
  kedalaman tak terselami. Dia sangat keras berpegang pada prinsip,
  tegas menegur dan menghakimi, namun lembut dalam persahabatan dan
  tenang dalam perilaku-Nya.

  Kuasa-Nya yang mulia dan ajaib inilah, menurut Petrus, yang membuat
  Dia seperti magnet memanggil, menarik orang datang, beriman,
  kemudian menjadi murid-Nya. (Istilah asli yang digunakan di dalam 2
  Petrus 1:3 adalah doxa dan arete, yang berarti kemuliaan dan
  keistimewaan kepribadian Yesus Kristus). Dialah Anak Allah, Mesias,
  Tuhan, Juru Selamat, Sahabat sejati, dan Guru kita. Dengan belajar
  dari Dia, bersama Dia, belajar dalam Dia, belajar Dia saja, menjadi
  murid-Nya, kita mengenal Dia, dan mengalami dampak mendalam dalam
  diri kita sendiri. Sebab belajar dan menjadi murid-Nya berarti
  berubah menjadi seperti Dia.

  Makna Kemuridan

  Seseorang menjadi murid Yesus ketika Yesus memanggilnya untuk
  mengikut Dia, meninggalkan segala sesuatu, menyangkal diri, dan
  memikul salib-Nya. Bukan murid yang memilih Sang Guru, tetapi Dia
  yang memilih seseorang untuk menjadi murid-Nya.

  Panggilan kemuridan ini saja sudah cukup untuk menyadarkan kita
  bahwa kemuridan adalah suatu anugerah yang mahal. Ketika Yesus
  memanggil Zakheus turun dari pohon, memanggil Lewi untuk
  mengikut-Nya, bukankah itu berarti anugerah bagi mereka? Sebab
  panggilan kepada orang berdosa tersebut dan kesediaan makan bersama
  mereka, adalah anugerah dalam peristiwa nyata, dalam kisah yang
  hidup. Diutarakan atau tidak, panggilan itu sudah mengandalkan
  pengampunan, pencerahan, dan bimbingan agar mengenal Dia lebih
  dalam, pelatihan untuk hidup dan melayani Dia, pengkhususan dan
  penugasan dan akhirnya perubahan hidup yang memengaruhi dan mengubah
  dunia luas dalam misi-Nya.

  Dengan demikian, kemuridan dalam pengertian yang benar bukan sekadar
  usaha manusia meniru Kristus, tetapi bukti beroperasinya anugerah
  panggilan-Nya yang membuahkan ketaatan dan penaklukan diri kepada
  Ketuhanan-Nya. Di dalam kemuridanlah, gambar dan rupa Allah dalam
  diri kita yang seharusnya membuat kita menjadi replika Allah, namun
  telah rusak oleh dosa itu, diperbarui oleh Sang Gambar dan Rupa
  Allah sempurna yang memuridkan kita kembali. Di dalam kemuridan,
  pemberontakan yang membuat kita tak mampu lagi meniru teladan
  kemuliaan Allah, disangkal dan disalibkan agar kemuliaan Allah dalam
  Yesus Kristus itu terbit dan mekar dalam kehidupan kita para
  murid-Nya. Kita harus kudus karena Allah kudus adanya. Kita harus
  mengampuni sama seperti Allah di dalam Kristus telah mengampuni
  kita. Kita diajar untuk mendahulukan kepentingan orang lain, sama
  seperti Yesus, Guru dan Tuhan, telah merendahkan diri, mencuci kaki
  para murid-Nya justru pada detik-detik terakhir menjelang akhir
  hidup-Nya. Schleiermacher memberikan komentar yang tepat ketika ia
  mengatakan bahwa buah Roh tidak lain adalah sifat-sifat mulia
  Kristus. Dan agar buah Roh itu tampak dalam hidup kita, kita harus
  memandang kepada Kristus sebab buah Roh tak lain adalah sifat-sifat
  kebajikan Kristus sendiri.

  Jelasnya, kemuridan bukanlah peniruan subjektif dangkal yang bisa
  menciptakan kemunafikan, tetapi konsekuensi logis dari mengalami
  panggilan anugerah Allah dan campur tangan Kristus dalam kehidupan
  kita. Hanya orang Kristen yang sungguh menjadi murid Kristuslah yang
  mengenal siapa Yesus sesungguhnya. Hanya murid Yesuslah yang layak
  dan patut disebut Kristen. Dan hanya para murid Yesus pulalah yang
  mampu mencitrakan kekristenan yang hidup, menarik, dan menantang di
  hadapan dunia ini sebab kekristenan sedemikian adalah komunitas para
  kristus-kristus kecil, utusan-utusan-Nya yang mengubah dunia ini.

  Orang Kristen dipanggil untuk mengiring Kristus. Tetapi masalahnya
  sering kali ialah, kita bukan mengiring, tetapi berusaha menggiring
  Dia mengikuti dan memenuhi keinginan kita. Itu sebabnya kehidupan
  Kristen kita tidak lagi unik, dan hidup kekristenan dalam dunia ini
  tidak lagi menjadi tenaga pembaru yang dahsyat.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Hidup dalam Ritme Allah
  Judul arikel: Hakikat Kekristenan: Kemuridan
  Penulis: Paul Hidayat
  Penerbit: Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta 2005
  Halaman: 24 -- 32

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

CAHAYA PENGHARAPAN MINISTRIES
==> http://www.cahayapengharapan.org/
  Cahaya Pengharapan Ministries merupakan sebuah situs sumber bahan
  Kristen -- baik itu dalam bentuk renungan, khotbah, kesaksian,
  publikasi, maupun bahan-bahan pelatihan -- yang dibangun untuk
  memenuhi visi dan misi yang didasarkan pada Efesus 4:13, yakni untuk
  membangun tubuh Kristus, sampai kita semua mencapai kesatuan iman
  dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan
  tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
  Menariknya, sesuai dengan tema e-JEMMi edisi ini (Arti Pemuridan),
  situs ini menyediakan lima jenis pelatihan pemuridan, yakni
  (1) Discipleship Program (Program Pemuridan), (2) Root Down, Shoot
  Up (Berakar dan Bertumbuh), (3) Commitment Training (Pelatihan
  Komitmen), (4) Evangelist Training (Pelatihan Penginjil Sepenuh
  Waktu), dan (5) Leadership Training (Pelatihan Kepemimpinan Sepenuh
  Waktu). Silakan berkunjung ke situsnya untuk menyimak detail
  pelatihan-pelatihan tersebut dan bagaimana Anda dapat bergabung.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

N I G E R I A
  Sekitar lima ratus orang beragama non-Kristen ditahan karena diduga
  keras terlibat dalam penyerangan terhadap orang Kristen yang
  mengakibatkan setidaknya enam pendeta tewas di antara lima ratus
  korban. Sebanyak enam belas gereja juga dirusak pada kerusuhan yang
  terjadi di ibukota, Jos, pada tanggal 28 -- 29 November tersebut.
  Lebih dari 25 ribu orang juga dilaporkan telantar akibat kerusuhan
  tersebut, dan organisasi-organiasi kemanusiaan berjuang memberikan
  pertolongan dan mengubur mereka yang tewas. Christian Solidarity
  Worldwide (CSW) mengatakan bahwa kemarahan akan adanya kecurangan
  dalam perhitungan suara dalam pemilu lokal, telah dijadikan alasan
  untuk para penyerang tersebut merusak gereja Kristen dan membunuh
  banyak orang percaya secara brutal. (t/Novi)
  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, edisi Januari 2009 Volume 27, nomor 1
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Nigeria: Six Pastors Among 500 Killed
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 1
  Pokok doa:
  * Doakan orang percaya yang menjadi korban kerusuhan agar Tuhan
    memberikan ketabahan dan kekuatan kepada mereka, dan memampukan
    mereka untuk tetap lembut hati dan menjadi saksi-saksi Kristus di
    lingkungan tempat tinggal mereka.
  * Berdoa juga untuk setiap gereja yang menjadi korban amukan massa,
    agar setiap jemaat dapat mengintrospeksi diri dan tetap setia
    melayani serta beribadah lagi.
  * Berdoa untuk Nigeria, agar Tuhan menyatakan dan melawat bangsa
    ini. Kiranya kejadian ini dipakai Tuhan untuk memulihkan bangsa
    ini dan terbuka untuk karya Tuhan yang luar biasa.

P U L A U - P U L A U  S A M U D E R A  H I N D I A
  Orang-Orang Kristen yang berada di kepulauan Pemba (bagian dari
  Tanzania) dan Comoros tertekan, karena mereka dipukuli, ditawan, dan
  diusir karena iman mereka. Demikian menurut para pemimpin gereja
  yang secara rutin bepergian ke pulau-pulau kecil di pesisir timur
  Afrika, Samudera Hindia, ini. Mereka melaporkan bahwa pelanggaran
  atas kebebasan beragama mengancam keberadaan kekristenan di Pemba
  dan Comoros, di mana di sana hanya terdapat kurang dari tiga ratus
  orang Kristen dari 1;1 juta jumlah populasi yang ada. Pelanggaran
  kebebasan beragama itu sering kali terjadi karena adanya pertobatan
  menjadi Kristen, dan tahun ini, pelanggaran kebebasan beragama itu
  meningkat semenjak tokoh masyarakat di sana bertobat menjadi pemeluk
  agama Kristen pada bulan Agustus tahun lalu. Selain itu, mereka yang
  diduga menjadi Kristen akan menghadapi larangan bepergian dan
  penyitaan dokumen-dokumen perjalanan. (t/Novi)
  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, edisi January 2009 Volume 27, nomor 1
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Indian Ocean Island: Christians Oppressed
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 3
  Pokok doa:
  * Berdoa untuk umat Kristen di pesisir timur Afrika yang menghadapi
    tekanan dari kelompok mayoritas karena iman mereka, agar mereka
    tetap kuat dan berpengharapan di dalam Kristus.
  * Doakan juga untuk para petobat baru yang ada di sana, agar Tuhan
    melindungi, mengingat kondisi yang tidak menguntungkan bagi
    pertumbuhan iman dan kelangsungan hidup mereka di sana.
  * Berdoa untuk tokoh masyarakat yang telah bertobat, agar Tuhan
    senantiasa memampukan dia untuk tetap bersaksi bagi Kristus.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                          MASALAH KORUPSI

  Koruptor adalah sosok yang disimbolkan sebagai tikus got -- suka
  menggerogoti, jorok, dan berbau busuk. Sosok ini juga dicitrakan
  sebagai orang yang serakah dan tamak. Indonesia sendiri
  dipersepsikan sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Dan
  menjelang Pemilihan Umum 2009, isu antikorupsi dan pemberantasan
  korupsi yang kembali terus diusung menjadi semacam "barang dagangan"
  partai politik. Namun, adu slogan antikorupsi tidak cukup. Harus ada
  sistem dan mekanisme spesifik internal parpol, misalnya untuk
  menjamin apakah yang mereka janjikan akan mereka lakukan secara
  konkret.

  Sumber: Kompas 23 Februari 2009, Halaman 4

  POKOK DOA:

  1. Berdoalah agar situasi keamanan menjelang pemilu kondusif.
     Minta agar bangsa ini tidak saling menjatuhkan dan menghancurkan.
     Biarlah kasih Tuhan terpancar dan mengikat bangsa ini untuk tetap
     memegang tali persaudaraan dan kebangsaan.

  2. Doakan juga agar Tuhan memberikan hikmat kepada rakyat Indonesia
     untuk dapat memilih wakil rakyat yang benar-benar memiliki
     integritas yang baik dan hidup yang takut akan Tuhan.

  3. Berdoa juga agar Tuhan memberi keberanian kepada pemerintah untuk
     memberantas kasus korupsi dengan tegas dan adil untuk kepentingan
     bangsa ini secara menyeluruh, bukan untuk kepentingan segelintir
     partai saja.

  4. Doakan agar visi dan misi yang diusung oleh partai politik
     peserta pemilu, bukan sekadar slogan, namun dapat diterapkan
     secara bertanggung jawab demi kepentingan bangsa dan rakyat
     Indonesia.

______________________________________________________________________
STOP PRESS

              BARU! PUBLIKASI e-DOA: SEKOLAH DOA ELEKTRONIK

  Puji Tuhan! Satu lagi sebuah milis publikasi baru diterbitkan oleh
  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), publikasi e-DOA. Publikasi ini lahir
  dari kerinduan YLSA untuk memberikan bahan-bahan yang dapat
  memperdalam pengertian Anda akan hakikat doa orang percaya yang
  sebenarnya. Diharapkan kualitas kehidupan doa Pembaca dapat semakin
  bertumbuh dan berkenan kepada Bapa. Milis yang akan terbit setiap
  bulan ini menawarkan berbagai bahan yang akan memberikan inspirasi,
  pengetahuan, maupun siraman rohani, secara khusus dalam hal berdoa.
  Adapun bahan-bahan yang akan disajikan adalah renungan, artikel, dan
  kesaksian.

  e-DOA merupakan sebuah milis yang sifatnya terbuka bagi denominasi
  gereja mana pun dan Anda dapat mendapatkannya dengan mudah serta
  gratis. Tidak hanya itu, dengan menjadi pelanggan e-DOA, maka secara
  otomatis Anda juga menjadi pelanggan Open Doors (berisi pokok-pokok
  doa harian) yang terbit setiap bulan dan 30 Hari Doa Mengasihi
  Bangsa-Bangsa, yang terbit setiap bulan Ramadhan. Jangan tunda-tunda
  lagi! Segera daftarkan diri Anda agar tidak ketinggalan edisi
  perdana e-DOA pada bulan Maret 2008.

  Kirimkan e-mail Anda sekarang juga ke:
  ==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org

  Anda juga dapat mendaftarkan diri atau mendaftarkan rekan-rekan Anda
  agar dapat berlangganan e-DOA dengan mengisi data di bawah ini.
  Isilah nama dan alamat e-mail Anda/rekan Anda di dalamnya.

  Nama:
  Alamat e-mail:

  Kirimkan kepada Redaksi e-DOA di:
  ==> doa(at)sabda.org

  Segeralah bergabung bersama pendoa-pendoa syafaat yang lainnya dalam
  publikasi e-DOA.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan meng-copy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari
e-JEMMi (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang
diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org