Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/7

e-JEMMi edisi No. 07 Vol. 12/2009 (18-2-2009)

Dukungan Penyesuaian dalam Misi

 

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Penyesuaian dalam Misi
SUMBER MISI: International Christian Mission (Hawaii/Philippines)
DOA BAGI MISI DUNIA: Eritrea, Mesir
DOA BAGI INDONESIA: Harga yang Dibayar Demi Kristus

______________________________________________________________________

             HE PLEASES GOD BEST WHO TRUSTS HIM MOST
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Salah satu kendala terbesar bagi seorang utusan Injil adalah 
  kesulitan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap 
  lingkungan baru di mana mereka melayani. Mengapa demikian? Karena 
  setiap daerah kadang memiliki tradisi dan budaya yang sangat berbeda 
  dengan tradisi dan budaya utusan Injil, bahkan kadang juga 
  bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Untuk itu, para utusan 
  Injil harus bisa bersikap bijak terhadap masalah ini dan itu. Dan 
  hal tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh sebab itu, para 
  utusan Injil sangat membutuhkan dukungan, baik dukungan moral maupun 
  informasi, baik dari gereja lokal maupun dari orang percaya yang 
  berdoa untuknya. Hal ini sangat membantu mengingat pelayanan mereka 
  penuh dengan risiko. Untuk itu, mari kita belajar lebih banyak 
  tentang bagaimana para utusan Injil menyesuaikan diri dengan 
  lingkungan mereka yang baru dan bagaimana kita dapat mendukungnya.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/misi/
  http://misi.sabda.org/

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                       PENYESUAIAN DALAM MISI

  Masalah penyesuaian sebenarnya sudah ada sejak awal sejarah misi. 
  Misionaris perintis yang ada di ladang misi harus bergelut dengan 
  masalah ini sejak awal. Dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan 
  lingkungan baru semampu mungkin -- mendirikan rumah yang serupa, 
  makan makanan yang sama, mempelajari bahasa mereka, dan menghormati 
  adat-istiadat dan kebiasaan mereka. Dia akan berperilaku seperti 
  halnya salah seorang dari mereka. Akan tetapi, semua penyesuaian itu 
  hanya sementara sifatnya, tidak permanen. Sebagai contoh, seorang 
  penginjil mengamati beberapa orang biasanya membicarakan 
  masalah-masalah keagamaan hanya di malam hari dengan menggunakan 
  bahasa yang tidak dapat dipahami oleh semua orang dengan baik. Dalam 
  kasus tersebut, mungkin misionaris itu akan ikut dalam diskusi 
  tersebut dengan bahasa yang sama, meski ia menyadari keesokan 
  harinya ia akan menginjili dengan bahasa umum masyarakat setempat.

  Penyesuaian diri pada pendekatan pertama biasanya tidak membahayakan 
  penginjil. Ia bisa dengan leluasa beradaptasi. Namun, situasinya 
  akan berbeda saat sekelompok orang Kristen mulai berkumpul. Masalah 
  penyesuaian diri adalah sesuatu yang sangat penting bagi mereka. 
  Jika mereka kebablasan dalam menyesuaikan diri, mereka akan terseret 
  arus penyembahan berhala. Namun, jika mereka kurang menyesuaikan 
  diri, mereka tidak akan mampu menjembatani celah antara mereka dan 
  sesama.

  Karena itu, untuk melakukan penyesuaian diri dengan tepat, kita
  harus mengenal beberapa jenis penyesuaian.

  Johann Thauren membedakan enam tipe penyesuaian yang berbeda.

  1. Eksternal
     Penyesuaian ini berkaitan dengan hal-hal seperti pakaian dan
     kesopanan. Penyesuaian ini biasanya dilakukan oleh misionaris
     asing.

  2. Linguistik
     Penyesuaian ini harus dilakukan oleh misionaris yang harus
     menyesuaikan dirinya dengan bahasa di mana ia menginjili.

  3. Estetis
     Ini menyangkut masalah pembangunan gereja serta dekorasi dan
     liturginya.

  4. Sosial dan Hukum
     Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sosial, pernikahan, poligami, 
     mahar, dan institusi hukum.

  5. Intelektual
     Sejauh mungkin, gereja harus memanfaatkan literatur-literatur
     filosofi dan himne-himne rohani, setidaknya sampai pada tingkat
     nilai-nilai yang diusung dari bahan-bahan tersebut.

  6. Rohani dan Etika
     Dengan menghargai beberapa hal, seperti sikap doa, perayaan, dan
     hari libur keagamaan, kita bisa memanfaatkan apa yang ada.

  Ketika ditanya adat-istiadat apa yang bisa diadaptasi dan yang
  tidak, Thauren menjawab dengan jelas bahwa beberapa adat
  bertentangan dengan iman Kristen, seperti penyembahan berhala,
  sihir, dan sejenisnya. Tentu saja kita tidak bisa mengadaptasinya.
  Tapi untuk hal lain, seperti kesederhanaan dalam berpakaian dan
  kesopanan, tidak menjadi masalah bagi kita untuk mengadaptasinya.
  Yang paling sulit adalah mengadaptasi kebiasaan yang tidak
  berbahaya, namun di bawah pengaruh pemberhalaan, misalnya keberadaan
  kasta di India. Dan kebiasaan yang sebenarnya netral, namun
  bertentangan dengan aturan gereja, seperti memakai topi selama
  ibadah.

  Untuk membantu kita menentukan mana yang bisa kita adaptasi atau 
  tidak, mungkin kita harus memerhatikan beberapa hal. Kita dapat 
  berusaha menentukan sejauh mana adat dan kebiasaan menopang 
  nilai-nilai pemberhalaan. Apakah suatu kebiasaan nampak jelas berada 
  dalam lingkup pemberhalaan? Beberapa kebiasaan masih sangat dekat 
  dengan esensi pemberhalaan dan karena itu harus ditolak. Namun, ada 
  juga kebiasaan lain yang telah jauh dari esensi pemberhalaan, dan 
  meski secara emosional kebiasaan itu masih memiliki nilai-nilai 
  agama, namun kebiasaan itu telah menjadi sejenis institusi sosial. 
  Kebiasaan ini tidak perlu ditolak mentah-mentah. Dalam praktiknya, 
  tidak mudah untuk memutuskan, namun kedekatan suatu kebiasaan dengan 
  pemberhalaan menciptakan suatu acuan yang memungkinkan kita untuk 
  melayani dengan kompetensi dan hikmat.

  Untuk itu, coba perhatikan tiga pertimbangan berikut.

  1. Banyak tradisi para penyembah berhala biasanya memiliki fungsi
     ganda: fungsi agama dan sosial. Sebagai aturan, keduanya tidak 
     beda jauh, karena kehidupan beragama tidak dirasa sebagai 
     hubungan pribadi antara individu dengan Allahnya. Kehidupan 
     beragama lebih banyak dipandang sebagai sikap kolektif suku 
     bangsa atau orang-orang berkenaan dengan kuasa ilahi, yang 
     dengannya ada semacam hubungan dekat, karena setiap orang adalah 
     bagian dari kumpulan orang-orang suci. Di sisi lain, kehidupan 
     sosial tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang di luar pemikiran 
     agama. Suatu suku atau bangsa menyadari bidang sakral dalam 
     kehidupan sosialnya. Kebiasaan yang mendominasi kehidupan sosial 
     tidak bisa dipisahkan dari dasar kepercayaan mereka.

     Kebiasaan tertentu sangat didominasi oleh agama sehingga mustahil 
     untuk memandang sosial sebagai elemen yang terpisah. Dan 
     kebiasaan lain sangat memasyarakat (sosial) sehingga agama yang 
     mengikat kebiasaan itu menjadi sangat lemah. Selanjutnya 
     sangatlah tepat bagi gereja perintisan, yang tidak ingin 
     meninggalkan persekutuan yang erat dengan masyarakatnya, untuk 
     sebisa mungkin berpartisipasi dalam tradisi tersebut. Agar orang 
     Kristen tidak memutuskan ikatan dengan sesama non-Kristen, mereka 
     tidak perlu buru-buru menolak untuk ikut dalam pertemuan panen 
     raya dan kegiatan sejenisnya yang melibatkan seluruh masyarakat. 
     Di saat seperti ini, orang Kristen mengalami dilema karena jika 
     dia tinggal dalam masyarakat, pada level tertentu, dia harus 
     selalu berhubungan dengan penyembah-penyembah berhala, karena 
     jika dia ingin menghindarinya, dia harus "meninggalkan dunia ini" 
     (1 Korintus 5:10).

     Dalam Perjanjian Baru terbukti bahwa masalah ini juga sudah
     terjadi pada era gereja mula-mula (2 Korintus 6:14). Paulus
     memperingatkan "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak
     seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan
     apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
     bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Jelas pada era
     gereja mula-mula Perjanjian Baru, berbagai macam orang menduduki
     status sosial yang menonjol. Bendahara Korintus, Erastus,
     nampaknya adalah orang Kristen (Roma 16:23), begitu juga dengan
     beberapa orang yang bekerja di istana Kaisar (Filipi 4:22).
     Orang-orang tersebut setiap hari diperhadapkan dengan satu
     pertanyaan, apakah mereka bisa mempertahankan keyakinan mereka
     karena setidaknya tempat di mana mereka bekerja mengharuskan
     mereka menyaksikan banyak praktik penyembahan berhala. Atau tetap
     bertahan sebagai orang Kristen, tetap melayani dan berhati-hati
     supaya tidak merusak ikatan sosial?

     Menarik garis pembatasnya sangat sulit. Pada umumnya, bisa
     dikatakan bahwa sangat penting bagi gereja baru untuk tidak
     memutuskan secara radikal ikatan dan hubungan dengan masyarakat
     non-Kristen. Jika hubungan tersebut terputus, maka akan terjadi
     penurunan kekuatan misi secara serentak. Aliran Injil tidak bisa
     mengalir.

  2. Gereja yang baru berdiri biasanya memiliki penilaian yang lebih
     baik mengenai masalah ini. Ada banyak contoh dalam sejarah misi
     di mana para misionaris berpikir bahwa para pemuda Kristen bisa
     terus terlibat dalam berbagai tradisi, sementara mereka sendiri
     menunjukkan sikap penolakan. Ada juga contoh yang sebaliknya.
     Pada umumnya, misionaris Barat tidak memahami efek dari tradisi
     tersebut bagi pemuda Kristen. Namun, bagi pemuda Kristen yang
     menjadi bagian kebudayaan, situasinya sangat berbeda. Seorang
     misionaris mungkin dapat menikmati musik penyembahan berhala,
     namun hal itu sangat berbahaya bagi pemuda Kristen. Beberapa
     pemuda Kristen lokal Indonesia mengakui bahwa musik kuno dapat
     membawa mereka kembali ke dunia pemberhalaan, dan karena itu
     mereka harus memnghindarinya. Efek yang sama juga dapat muncul
     dari tradisi lain yang nampaknya biasa-biasa saja. Untuk hal ini,
     adalah hal yang bijak untuk membiarkan orang-orang Kristen lokal
     membuat keputusan sendiri mengenai masalah ini.

     Dalam konteks sekarang, kita juga harus mempertimbangkan fakta 
     bahwa orang-orang yang baru bertobat sangat khawatir mengadopsi 
     adat kebiasaan misi dan memutuskan hubungan dengan tradisi nenek 
     moyangnya. Jika mereka terlalu diasingkan dari tradisi nenek 
     moyangnya untuk menyesuaikan diri dengan tradisi yang dibawa 
     misionaris (tradisi Barat misalnya), efeknya akan menjadi tidak 
     baik bagi upaya penginjilan. Berdasar kehidupan barunya dalam 
     Yesus Kristus, sebuah gereja baru harus berusaha mendapatkan 
     bentuknya sendiri, bentuk yang sesuai dengan gaya lingkungan di 
     mana ia berada.

  3. Istilah "penyesuaian" tidak tepat menggambarkan apa yang
     sebenarnya terjadi. Istilah ini menunjuk pada penyesuaian diri 
     kepada tradisi dan kebiasaan yang asing terhadap Injil. 
     "Penyesuaian" mengonotasikan suatu hasil penyangkalan, 
     pemotongan. Oleh sebab itu kami lebih suka menggunakan istilah 
     "possessio" yang berarti memiliki. Kehidupan Kristen tidak 
     menyesuaikan atau pun mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan para 
     penyembah berhala, tapi memilikinya dan kemudian memperbaruinya. 
     "Barangsiapa di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru". Dalam 
     kerangka kehidupan non-Kristen, adat dan kebiasaan memiliki 
     kecenderungan mendorong orang menyembah berhala dan menjauh dari 
     Allah. Kehidupan Kristen mengambil mereka dan membawa mereka 
     kembali pada arah yang berbeda. Meskipun secara eksternal mereka 
     masih serupa dengan masa lalunya, dalam kenyataannya sesungguhnya 
     mereka sudah menjadi baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru 
     sudah datang. Kristus menguasai kehidupan orang, Dia memperbarui 
     dan membangun kembali orang-orang yang penuh cela; Dia memenuhi 
     setiap hal, kata, dan kebiasaan dengan pengertian baru dan 
     memberinya arah yang baru. Hal seperti itu bukan "adaptasi" atau 
     juga "penyesuaian"; hal itu berbicara tentang kepemilikan sah 
     akan sesuatu oleh Dia yang kepada-Nya diberikan kuasa atas surga 
     dan bumi. (t/Setya)

  Diringkas dan diterjemahkan dari:
  Judul buku: An Introduction to the Science of Missions
  Judul bab: The Threefold Aim
  Judul asli artikel: Accomodation
  Penulis: J. H. Bavinck
  Penerbit: Presbyterian and Reformed Publishing Co, New Jersey 1960
  Halaman: 169 -- 179

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

INTERNATIONAL CHRISTIAN MISSION (HAWAII/PHILIPPINES)
==> http://icmhawaii.org/
  International Christian Mission merupakan organisasi internasional 
  Kristen yang telah terpanggil, diselamatkan, dan rindu mewartakan 
  kasih dari Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Karena itu, 
  sebagai salah satu anggota International Christian Mission, ICM 
  Hawaii/Philippines pun juga melakukan hal yang sama -- mencoba untuk 
  melakukan apa yang Tuhan perintahkan, yakni untuk mengabarkan berita 
  Injil kepada banyak orang secara umum, dan secara khusus di Oahu dan 
  Maui (Kepulauan Hawaii) serta daerah Ilocos, Filipina, dengan 
  mengadakan persekutuan dan ibadah di berbagai tempat di kedua negara 
  tersebut. Dengan membuka alamat URL di atas, Anda akan dapat 
  mengenal organisasi ini lebih dekat, karena profil organisasi serta 
  liputan-liputan kegiatan yang dilakukannya cukup lengkap. Jika 
  semua itu belum jelas, disediakan juga fasilitas di mana Anda dapat 
  bertanya dan mengirimkan pokok doa. Selamat berkunjung.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

E R I T R E A
  Seorang penginjil bernama T, yang dipenjara sejak tahun 2006 karena 
  aktivitas penginjilannya, mendapat perlakuan yang amat kasar karena
  pelayanannya terhadap para narapidana.

  Beberapa sumber menyatakan bahwa T sedang berada di ambang batas
  keputusasaan ketika dia merana di penjara Mai Sirwa Maximum Security
  Confinement.

  "Sepertinya neraka telah memenjaraku," ucap T kepada Compass. 
  "Tolong sampaikan kepada saudara-saudara lainnya untuk terus 
  mendoakanku. Aku tidak yakin bisa melihat mereka lagi."

  Otoritas penjara menganggap T berbahaya karena keberaniannya
  dalam menyaksikan imannya. Seorang penginjil dari sebuah gereja
  telah memberitakan Kristus kepada para narapidana lain, dan banyak
  di antara mereka yang bertobat.

  "Hal itu membuat sipir penjara tidak menyukainya," ujar sebuah
  sumber.

  Keluarga T khawatir akan kondisi kesehatannya setelah usaha-usaha
  mereka untuk mendapatkan izin untuk mengunjunginya tidak berhasil.
  (t/Setya)
  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, edisi November 2008 Volume 26, nomor 11.
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Eritrea: Evangelist Fears He`ll Die in
                      Confinement
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena 
  Halaman: 3
  Pokok doa:
  * Berdoalah bagi T yang saat ini berada dalam penjara, agar Tuhan 
    memberi kekuatan kepadanya dalam melewati hari-harinya di penjara, 
    dan agar ia tetap berpengharapan kepada Tuhan.
  * Doakan keluarganya agar tetap mendukung T dalam doa dan tidak
    dikuasai oleh ketakutan yang berusaha ditabur iblis dalam hati
    mereka, yang bertujuan untuk memecah belah kesatuan hati dalam
    keluarga ini.
  * Berdoa juga untuk para narapidana di Eritrea yang telah memutuskan
    untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka, agar
    mereka mendapatkan dukungan dari orang-orang percaya. Juga gereja
    Tuhan di Eritrea, agar iman mereka semakin bertumbuh dan dewasa 
    di dalam Yesus.

M E S I R
  Seorang wanita Kristen Koptik asal Mesir dijatuhi hukuman 3 tahun 
  penjara karena gagal menegakkan identitas agama non-Kristen-nya --
  identitas yang dimilikinya selama empat dekade tanpa disadarinya.

  Dua bersaudara S dan B, keduanya berusia hampir 50-an, warga kota 
  kecil East Delta, MitGhamr, ditangkap dan diadili karena mengklaim 
  agama Kristen sebagai identitas agama resmi mereka. Tanpa 
  sepengetahuan mereka, identitas agama mereka diganti secara resmi 46 
  tahun yang lalu karena ayah mereka tiba-tiba menjadi non-Kristen. 
  Keduanya buta aksara.

  S diadili karena menyatakan diri sebagai Kristen pada akta 
  pernikahannya dan dihukum 3 tahun penjara pada tanggal 21 November 
  2007. Setelah 2 bulan berlalu, dia dibebaskan. Tanggal 23 September 
  yang lalu, seorang hakim juga menghukum B dengan hukuman 3 tahun 
  penjara karena "memalsukan" akta pernikahannya dengan menyatakan 
  bahwa agamanya adalah agama Kristen.

  Ayah mereka, N, masuk non-Kristen tahun 1962 saat terjadi 
  perselisihan rumah tangga agar bisa menceraikan istrinya dan 
  memperoleh hak asuh anak-anak perempuannya. (t/Setya)
  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, edisi November 2008 Volume 26, nomor 11.
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Egypt: Father`s Briefs Conversion Traps
                      Daughters in Islam
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 4
  Pokok doa:
  * Doakan untuk S dan B karena keberanian mereka menyatakan 
    iman mereka di muka umum yang menyebabkan mereka harus dipenjara, 
    agar Tuhan memberi kekuatan kepada mereka serta memberikan hikmat 
    kepada mereka dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh 
    pihak berwajib kepada mereka.
  * Mengucap syukur atas dibebaskannya S dari penjara. Doakan agar 
    pengakuan hukum atas kekristenannya, memberanikannya untuk 
    bersaksi bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.
  * Berdoa juga untuk pihak pengadilan yang sedang menangani kasus
    ini, agar Tuhan memberi simpati kepada mereka dalam menyelesaikan
    kasus ini.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                    HARGA YANG DIBAYAR DEMI KRISTUS

  Lokasi pelayanan M, seorang hamba Tuhan di Sulawesi Utara, berada di 
  tengah-tengah daerah perjudian dan para pengedar minuman keras, 
  sehingga aktivitas ibadah yang dilakukan jemaat tidak disukai oleh 
  orang-orang di lingkungan itu. Pada suatu waktu, M dipanggil untuk 
  menghadiri pertemuan warga, tapi tiba-tiba di tempat itu ada seorang 
  warga yang memukul dan menusuk perutnya. M jatuh dan kemudian 
  diinjak-injak oleh mereka. M berusaha keluar dan lari. Untungnya ada 
  orang yang melihat kondisi M yang sedang terluka parah dan 
  membawanya ke rumah sakit. M mengalami luka yang cukup serius 
  sehingga harus menjalani operasi dan mendapatkan beberapa jahitan di 
  perutnya. Mungkin karena takut peristiwa itu dilaporkan kepada pihak 
  berwajib, maka para pelaku meminta maaf pada M, dan ia pun memaafkan 
  mereka. Kasih pengampunan yang ditunjukkannya membuat para pelaku 
  itu berbalik menghormati M. Inilah harga yang harus dibayar demi 
  melayani Tuhan.

  Sumber: Buletin Kasih dalam Perbuatan, Edisi November -- Desember
          2008, Halaman 9.

  POKOK DOA:

  1. Berdoa bagi M dan mereka yang saat ini sedang melayani di
     daerah-daerah yang keras dan menghadapi banyak tantangan, agar
     kuasa Tuhan dinyatakan atas mereka.

  2. Doakan agar Tuhan semakin mengurapi M dalam pelayanannya sehingga
     banyak orang yang akan dimenangkan bagi Allah. Berdoa juga untuk
     keluarganya agar senantiasa berada dalam lindungan Tuhan.

  3. Doakan untuk orang percaya yang berada di lingkungan pelayanan M,
     agar Tuhan menjagai mereka, sehingga mereka tidak ikut terbawa
     arus, melainkan dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang ada
     di lingkungan mereka.

  4. Berdoa bagi orang percaya di Sulawesi Utara, khususnya bagi
     mereka yang sering mengalami tekanan dan aniaya, agar Tuhan
     memberikan hati yang mengampuni dan mengasihi mereka yang telah
     melakukan tindakan anarkis tersebut.

  5. Berdoa untuk kesatuan gereja Tuhan dan umat percaya di Sulawasi
     Utara, agar Tuhan memberi hikmat dan hati yang bijaksana kepada
     mereka, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang
     dengan sengaja dilakukan untuk memecah belah keberadaan gereja
     Tuhan dan umat percaya di sana.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniari, Yulia Oeniyati dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
Blog SABDA: http://blog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org