Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/21

e-JEMMi edisi No. 21 Vol. 12/2009 (28-5-2009)

Indonesia

 
________________________________e-JEMMi_______________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
PROFIL BANGSA: Indonesia
SUMBER MISI: Indonesian Christian Mission
TOKOH MISI: John Wesley: Bara yang Meletup
DOA BAGI MISI DUNIA: Amerika Serikat, Cina
DOA BAGI INDONESIA : Kenaikan Isa Almasih, Roh Kudus, dan Misi

______________________________________________________________________

   THE CLOSER YOU LOVE TO THE WORLD, THE MORE POWER IT HAS OVER YOU
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, sehingga
  membuat Indonesia memiliki beragam suku, bahasa, dan budaya. Selain
  itu, kita juga menjumpai ada lima agama besar dan aliran-aliran
  kepercayaan di Indonesia. Pada satu sisi, kondisi ini sungguh
  memperkaya khazanah bangsa Indonesia. Tapi di sisi lain, kondisi ini
  dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah, dari masalah yang
  kecil sampai yang besar, seperti pertikaian antarsuku atau
  penganiayaan antarpemeluk agama. Sebagai orang percaya, apa yang
  bisa kita lakukan melihat kondisi yang demikian? Saling menyalahkan,
  menghakimi, mengutuk, dan membalas dendam bukanlah solusinya. Gereja
  Tuhan dan orang percaya harus bersatu hati dalam doa dan mulai
  memberkati Indonesia. Mintalah belas kasihan Tuhan agar di tengah
  keragaman keadaan ini, bangsa Indonesia mengenal hati yang saling
  mengasihi dan kerinduan untuk saling bertumbuh. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti
  http://misi.sabda.org/
  http://www.sabda.org/publikasi/misi/

______________________________________________________________________
PROFIL BANGSA

                              INDONESIA
                     Dirangkum oleh: Novi Yuniarti

  Profil Indonesia

  Luas: 1.919.440 km persegi
  Populasi: 237.512.355 (perkiraan Juli 2008)
  Ibu Kota: Jakarta
  Tipe Pemerintahan: Republik
  Populasi di Bawah Garis Kemiskinan: 17,8% (2006)

  Suku Bangsa: Jawa 40,6%, Sunda 15%, Madura 3,3%, Minangkabau 2,7%,
  Betawi 2,4%, Bugis 2,4%, Banten 2%, Banjar 1,7%, lainnya 29,9 %
  (2000)

  Bahasa: Bahasa Indonesia (resmi, bentuk modifikasi bahasa Melayu),
  banyak bahasa suku (tapi yang paling banyak dipakai adalah bahasa
  Jawa dan dialeknya). Lainnya: bahasa Inggris dan sedikit bahasa
  Belanda.

  Agama: Islam 86,1%, Protestan 5,7%, Katolik Roma 3%, Hindu 1,8%,
  lainnya 3,4% (2000)

  Indonesia memiliki 13.600 pulau dan hanya separuh dari pulau-pulau
  itu yang berpenduduk. Pulau-pulau utama yaitu Sumatera, Jawa,
  Kalimantan, Sulawesi, Papua, Kepulauan Maluku, NTB, dan NTT.
  Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa suku, tetapi bahasa
  nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Negara ini pernah
  dijajah oleh Portugis, kemudian Belanda, dan Jepang selama Perang
  Dunia II. Pada 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada tahun
  1965, komunis mencoba mengambil alih Indonesia dengan paksa. Namun
  upaya ini gagal, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Muslim
  dan mereka sangat membenci keberadaan komunis. Oleh sebab itu, pada
  masa-masa tersebut terjadi kekacauan di Indonesia. Setelah
  pemerintah berhasil menaklukkan komunis, maka pemerintah membuat
  sebuah kebijakan bahwa setiap rakyat Indonesia harus memilih agama
  tertentu yang keberadaannya diakui negara (Islam, Kristen, Katolik,
  Buddha, atau Hindu).

  Ribuan orang memilih menjadi pemeluk agama Kristen, dan peristiwa
  ini mengakibatkan terjadinya kebangunan rohani yang besar. Antara
  tahun 1965 s/d 1971, Tuhan melawat Indonesia dan banyak mukjizat
  terjadi karena Injil Tuhan Yesus diberitakan. Sekitar dua juta
  orang dibaptis. Walaupun tidak semua orang mengerti tentang
  kekristenan secara dalam, tetapi para penginjil berusaha
  membimbing mereka untuk mengenal-Nya lebih dalam. Para penginjil
  saat itu masih bebas memberitakan Injil di negara ini.

  Meskipun ada lima agama resmi di Indonesia, tidak sedikit dijumpai
  penduduk Indonesia yang masih menganut animisme. Di pulau Jawa
  misalnya, masih ada penduduk yang menyembah Nyai Roro Kidul (Ratu
  Laut Selatan), dan bila ada orang yang mati tenggelam di laut
  selatan pulau Jawa, orang-orang ini percaya bahwa Nyai Roro Kidul
  memerlukan mereka. Banyak juga yang menyembah roh-roh, menggunakan
  ilmu hitam yang keras (santet), bahkan ada orang yang melemparkan
  uang dan hewan-hewan yang hidup ke dalam kawah gunung merapi yang
  masih aktif sebagai korban.

  Jakarta merupakan ibu kota dari Indonesia yang terletak di pulau
  Jawa -- pulau yang paling padat penduduknya. Jawa merupakan pulau
  yang sangat indah dengan gunung-gunung berapinya, tanah yang subur,
  dan ladang yang ditumbuhi padi. Di pulau Jawa sendiri terdapat tiga
  kelompok suku utama, yaitu suku Sunda, suku Madura yang hampir
  semuanya beragama Islam, dan suku Jawa yang di antaranya banyak yang
  memeluk agama Kristen. Pada tahun 2004, Indonesia untuk pertama
  kalinya mengadakan pemilihan presiden secara langgsung, dan hingga
  hari ini Indonesia masih dalam proses peralihan menuju demokrasi.
  Negara ini menghadapi tantangan besar pada tahun-tahun belakangan;
  dari bencana tsunami tahun 2004 hingga pergolakan suku dan agama.
  Provinsi Aceh misalnya, telah menerapkan hukum agama. Akibatnya,
  banyak orang Kristen yang merasa dipinggirkan dari masyarakat,
  mengalami aniaya, dan banyak gereja rumah ditutup. Selain itu,
  beberapa tahun belakangan ini, kelompok-kelompok tertentu telah
  melakukan perang suci untuk melawan komunitas Kristen, khususnya di
  Ambon dan Poso. Akibatnya, terjadi pertikaian antara dua kelompok
  komunitas di daerah tersebut yang mengakibatkan ratusan rumah ibadah
  dihancurkan dan menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak.

  Pada tahun 2002, Malino Peace Accord ditandatangani di Maluku.
  Penandatanganan ini menandai dimulainya proses rekonsiliasi --
  kedamaian yang rapuh tercipta kembali. Selain masalah politik yang
  tidak stabil, masih ada satu persoalan lagi yang kebutuhannya
  sangat mendesak. Ada pulau-pulau dan suku-suku yang belum pernah
  diinjili. Siapakah yang akan pergi untuk mengajar tentang Tuhan
  Yesus kepada mereka dan membawa mereka untuk mengenal dan mengasihi
  Dia?

  POKOK DOA:

  1. Doakan agar kedamaian terus tercipta di daeerah-daerah yang
     sebelumnya dilanda kekerasan.

  2. Doakan agar orang-orang Kristen Indonesia tetap rindu membagikan
     kasih dan imannya pada orang-orang yang Tuhan percayakan kepada
     mereka.

  3. Doakan agar kebebasan agama tetap dilindungi di Indonesia
     sehingga kaum minoritas dapat terus berbakti dan beribadah dengan
     aman.

  4. Doakan para utusan Injil yang melayani di daerah-daerah terpencil
     di Indonesia, agar Tuhan memberikan kemampuan untuk beradaptasi
     dan membagikan iman mereka dengan damai.

  Sumber bacaan:
  The Voice of the Martyrs. "Indonesia". Dalam
    http://www.persecution.net/indonesia.htm

  Johnstone, Jill. 1996. "Doamu Mengubah Dunia". Batu: Departemen
    Pembinaan Anak dan Pemuda.

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

INDONESIAN CHRISTIAN MISSION
==> http://indonesianchristianmission.org/index.html
  Pelayanan Indonesian Christian Mission diawali oleh sepasang suami
  istri yang mengasihi Tuhan dan mengasihi Indonesia. Mereka memulai
  pelayanan tahun 1974 dan melakukannya dengan setia sampai saat ini.
  Selain pelayanan penanaman gereja-gereja ke berbagai tempat di
  Jawa, Indonesian Christian Mission juga membangun sekolah Alkitab
  untuk tujuan pelaksanaan Amanat Agung. Kunjungi situsnya agar Anda
  dapat turut membantu pelayanan mereka dalam doa atau mendaftar
  menjadi misionaris dengan mengisi formulir yang tersedia.

______________________________________________________________________
TOKOH MISI

                   JOHN WESLEY: BARA YANG MELETUP

  Menjelang akhir bulan Januari 1736, sebuah kapal barang bernama
  Simmonds, yang berlayar menuju Savannah, Georgia, AS, diserang
  oleh angin topan. Angin meraung dengan dahsyatnya. Kapal itu
  terombang-ambing tanpa kendali dan ombak laut menghantam geladak.
  Seorang pendeta gereja Anglikan yang ada di atas kapal gemetar
  ketakutan. John Wesley telah memberitakan Injil keselamatan kepada
  orang lain, tetapi ia sendiri takut mati. Sementara ombak terus
  menghantam geladak kapal, memorak-porandakan layar kapal
  berkeping-keping, Wesley terheran-heran melihat beberapa orang dari
  Moravian Brethren yang dengan tenang menyanyikan mazmur kepada
  Tuhan. Setelah badai berlalu, Wesley bertanya kepada salah satu di
  antara mereka, apakah ia merasa takut? "Tidak," jawab orang itu.
  Wesley menulis, "Ini merupakan hari luar biasa yang pernah saya
  alami."

  Raksasa Kecil

  Wesley (1703 -- 1791) berasal dari keluarga yang sangat mengutamakan
  kesopanan dan keteraturan. Ayahnya, Pdt. Samuel Wesley, adalah
  seorang rohaniwan yang terpelajar dan saleh, yang melayani di
  Epworth, Lincolnshire. Ibunya, Susanna, adalah putri seorang pendeta
  non-Conformist. John merupakan anak kelima belas dari sembilan belas
  bersaudara. Ketika Wesley berusia 6 tahun, rumah pendeta di Epworth
  terbakar. Seorang tetangganya, dengan berdiri di atas pundak
  kawannya, menolong anak itu dari sebuah jendela di tingkat dua.
  Kelak, Wesley yang menyebut dirinya "Bara yang Meletup", tidak
  pernah meragukan bahwa Allah telah memelihara hidupnya. Pada usia 17
  tahun, Wesley melanjutkan studinya ke Universitas Oxford. Ia membaca
  banyak hal dan terutama terkesan oleh bapak-bapak gereja yang
  mula-mula dan buku-buku ibadah klasik. Dari "Holy Living" karangan
  Jeremy Taylor, "Imitation of Christ" karangan Thomas a Kempis, dan
  "Serious Call to Holy Life" karangan William Law, Wesley belajar
  bahwa kehidupan Kristen merupakan pengudusan dari keseluruhan
  manusia dalam kasihnya kepada Allah dan sesamanya.

  Orang-orang ini, katanya, "Meyakinkan saya tentang ketidakmungkinan
  yang mutlak untuk menjadi setengah Kristen. Saya berketetapan,
  melalui kasih karunia-Nya, menyerahkan hidup saya kepada Allah."
  Jadi ia mempelajari seluruh kelemahannya dan mencari cara-cara untuk
  mengatasinya. Pada tahun 1726, Wesley dipilih untuk memperoleh
  beasiswa dari Lincoln College di Oxford. Hal ini bukan hanya
  memberinya kedudukan akademis di universitas, namun juga
  meyakinkannya bahwa ia akan menerima penghasiian secara teratur. Dua
  tahun kemudian, ia ditahbiskan menjadi pendeta Anglikan dan kembali
  ke Epworth selama beberapa waktu untuk melayani sebagai asisten
  ayahnya. Ketika mulai melakukan tugasnya kembali di Oxford, ia
  mendapati bahwa saudaranya, Charles, yang gelisah melihat
  perkembangan deisme di kampus, telah mengumpulkan sekelompok
  mahasiswa yang bertekad untuk menjalani kehidupan Kristen dengan
  benar dan serius. John terbukti menjadi pemimpin yang mereka
  butuhkan. Di bawah bimbingannya, mereka membuat sebuah rencana studi
  dan peraturan hidup yang menekankan pada doa, pembacaan Alkitab, dan
  menghadiri Perjamuan Kudus secara teratur.

  Kelompok kecil itu dalam waktu singkat menarik perhatian dan ejekan
  dari para mahasiswa yang malas. Mereka menyebut diri Kelab Kudus dan
  Ngengat Atkitab, Metodis, dan Kelab Pembaruan. Para anggotanya
  merupakan orang-orang yang sangat rajin dan tak mau tinggal diam.
  Mereka terus-menerus mencari berbagai cara agar kehidupan mereka
  sesuai dengan pola hidup orang Kristen yang mula-mula. Mereka
  membantu orang miskin dan mengunjungi para narapidana. Tetapi Wesley
  dengan cepat mengakui bahwa ia kurang memiliki damai sejahtera
  seorang Kristen sejati. Seorang sahabatnya dari Georgia, Dr. John
  Burton, menyarankan agar John dan Charles melayani Tuhan di koloni
  baru yang dipimpin oleh Jendral James Oglethorpe. Charles dapat
  menjadi sekretaris jendral dan John menjadi pendeta tentara di
  koloni tersebut. Kedua bersaudara itu berangkat dengan kapal
  Simmonds pada bulan Oktober dengan idealisme yang menggebu-gebu dan
  semangat penginjilan, tanpa menyadari akan angin topan yang akan
  menyerang mereka.

  Di Georgia, Wesley mendapati bahwa kebuasan orang-orang Amerika yang
  terhormat ialah "pelahap, pencuri, penipu, dan pembunuh". Dan para
  penghuni di koloni itu membenci cara hidupnya yang sangat rohani,
  penolakannya untuk memimpin upacara kematian seorang non-Conformist
  dan larangannya bagi wanita untuk memakai gaun mahal dan perhiasan.
  Rasa frustrasinya semakin berlipat ganda karena kisah cinta yang
  dijalinnya dengan Sophy Hopkey, seorang gadis berusia 18 tahun,
  keponakan hakim kepala Savannah. Sophy akhirnya memutuskan hubungan
  dengan melarikan diri dengan saingan Wesley. Kekasih yang cintanya
  ditolak itu melarang mantan kekasihnya untuk mengikuti perjamuan
  kudus dan suaminya yang marah menggugat Wesley karena dianggap telah
  merusak karakter Sophy. Pengadilan itu beriarut-larut dan mengalami
  gangguan selama 6 bulan. Wesley meninggalkan koloni tersebut dengan
  rasa jijik. Dalam perjalanan pulang, ia memperoleh kesempatan untuk
  merenungkan seluruh pengalamannya. Ia menulis, "Saya pergi ke
  Amerika Serikat untuk menobatkan orang-orang Indian, tetapi siapakah
  yang akan menobatkan saya?"

  Hati yang Suci Semakin Hangat

  Wesley mendarat di Inggris pada tanggal 1 Februari 1738 dalam
  keadaan terpukul dan tidak yakin akan imannya sendiri dan masa
  depannya. Selama 12 tahun, ia mencoba untuk menjalani kehidupan yang
  sempurna. Kegagalan di Georgia hanya menunjukkan kebobrokan
  rohaninya. Di London, ia bertemu dengan Peter Bohler, seorang
  pendeta Moravian yang terkesan akan kebutuhan Wesley akan suatu
  kelahiran baru, suatu iman baru kepada Kristus yang memungkinkannya
  untuk mengatasi dosa dan benar-benar memperoleh kekudusan dalam
  hidup. Dibenarkan oleh iman, kata Bohler, bukan hanya sekadar
  sebuah doktrin, melainkan suatu pengalaman memperoleh pengampunan
  dari Allah. Tetapi Wesley bertanya, "Bagaimana iman dapat diberikan
  dalam sekejap mata?" Ia mendapatkan jawabannya bagi dirinya pada
  tanggal 24 Mei.

  Ia menulis, "Pada suatu sore dengan rasa segan, saya pergi ke sebuah
  pertemuan di Jalan Aldersgate, di mana seseorang sedang membacakan
  kata pengantar Luther untuk Kitab Roma. Sementara ia sedang
  menjelaskannya, suatu perubahan dari Allah terjadi dalam hati saya
  melalui iman kepada Kristus. Saya merasa hati saya hangat. Saya
  merasa bahwa saya benar-benar percaya kepada Kristus, hanya Kristus
  saja, untuk memperoleh keselamatan dan suatu jaminan diberikan
  kepada saya bahwa Ia telah menghapuskan semua dosa saya dan
  menyelamatkan saya dari hukum dosa dan maut." Demikianlah Wesley
  memperoleh jaminan yang tak dimilikinya, suatu kehidupan yang akan
  membuatnya bertahan selama setengah abad dengan energi yang tak ada
  duanya. Ia telah menerima pesan hidupnya.

  Dari Pesan Kepada Metode

  Pada musim panas berikutnya, Wesley mengunjungi kelompok Moravian di
  Saxon. Ia ingin melihat sendiri kuasa hidup saleh seperti yang
  disaksikannya di atas kapal. Ia bertemu dengan banyak orang yang
  memberikan teladan "jaminan sepenuhnya dari iman Kristen". Tetapi
  dengan cepat ia melihat tanda-tanda pembenaran terhadap diri sendiri
  dalam diri mereka. Tak lama kemudian, Wesley dan kelompok Moravian
  berpisah. Ia berutang banyak kepada mereka terutama akan hal
  pembenaran oleh iman dan sistem kelompok kecil mereka untuk
  pertumbuhan rohani. Tetapi Wesley tidak dapat menganggap dirinya
  sebagai seorang dari mereka. Ia kembali ke London dan melanjutkan
  kembali berkhotbah di gereja-gereja. Tak lama kemudian, Wesley
  menerima undangan tak terduga dari seorang anggota kelab Kudus dari
  Oxford. George Whitefield telah mengikutinya sampai ke Georgia pada
  tahun 1738, tetapi kembali pada musim gugur tahun itu untuk
  ditahbiskan menjadi pendeta. Karena tidak puas dengan kesempatan
  yang diberikannya di mimbar, ia mulai berkhotbah di
  lapangan-lapangan terbuka di dekat Bristol kepada para pekerja
  tambang batu bara yang jarang berani atau memerhatikan untuk
  memasuki sebuah gereja.

  Suara Whitefield terang, keras, dan kepiawaiannya dalam berkhotbah
  begitu menggerakkan hati pendengarnya sehingga ia dapat melihat "air
  mata mereka" berlinangan dari pipi mereka yang hitam sementara
  mereka keluar dari lubang tambang. Ketika sejumlah besar pekerja
  tambang batu bara memohon belas kasihan Allah, Whitefield mendorong
  Wesley untuk mengikuti pimpinannya memasuki ladang penginjilan
  secara terbuka. Wesley tahu bahwa ia tidak dapat dibandingkan dengan
  kepandaian Whitefield dalam berkhotbah. Ia berbicara sebagaimana
  layaknya seorang cendekiawan dan pria terhormat. Tetapi yang menjadi
  keraguannya ialah karena sebelumnya ia tak pernah membayangkan bahwa
  ia harus berkhotbah di alam terbuka. Tulisnya, "Karena sepanjang
  hidup saya begitu bersikeras menghubungkan segala sesuatu dengan
  kesopanan dan aturan, saya hampir berpikir bahwa menyelamatkan jiwa
  seseorang di luar gereja merupakan suatu dosa."

  Di Alam Terbuka

  Dalam posisi lebih kepada seorang martir dan bukan seorang juru
  khotbah yang penuh sukacita, Wesley akhirnya pergi juga ke Bristol.
  Kemudian, "bara yang meletup itu" dibawa menaiki anak tangga
  kebangunan rohani sepanjang sisa hidupnya. Ia berkhotbah kepada
  lebih dari tiga ribu orang di alam terbuka dan pertobatan selalu
  terjadi. Kebangunan rohani golongan Metodis telah dimulai.
  Dampak-dampak yang memengaruhi Wesley juga tak kalah luar biasanya.
  Sebelumnya, ia selalu merasa cemas dan tidak aman, namun setelah di
  Bristol, ia menjadi penyulut api bagi Tuhan. Wesley memberitakan
  Kabar Injil kepada orang miskin di mana pun bilamana mereka mau
  menerimanya. Ia menulis, "Saya memandang seluruh dunia sebagai
  jemaat, beban saya ialah memberitakan Kabar Kesukaan dan Keselamatan
  kepada setiap orang yang mau mendengarkannya." Ia berkhotbah di
  penjara, di pemondokan kecil, dan di atas kapal. Di sebuah
  amphiteater di Cornwall, ia berkhotbah kepada 30.000 orang, dan
  ketika ia tidak diizinkan masuk untuk berkhotbah dalam gereja
  Epsworth, ia berkhotbah kepada ratusan orang di halaman gereja
  sambil berdiri di atas makam ayahnya.

  Datam catatan hariannya tertanggal 28 juni 1774, Wesley mengklaim
  bahwa sedikitnya ia mengadakan perjalanan sejauh 4.500 mil setahun.
  Itu berarti bahwa sepanjang hidupnya, ia telah mengadakan perjalanan
  sejauh 250.000 mil atau sepuluh kali keliling dunia. Sebagian besar
  perjalanannya dilakukan dengan naik kuda, dan dalam waktu singkat,
  ia mempelajari bahwa ia harus sering mengekang kudanya supaya ia
  dapat membaca dan menyiapkan khotbahnya dalam perjalanannya menuju
  ke kota lain. Dalam tahun-tahun pertama penginjilan kelilingnya,
  orang-orang tidak selalu dapat menerima kedatangannya. Mereka
  melempar batu dan benda-benda lain. Kadang-kadang ia dipukuli oleh
  beberapa orang. Tetapi Wesley tidak takut pada siapa pun. Dengan
  daya tariknya yang begitu kuat, ia bisa mengumpulkan begitu banyak
  orang dan keributan dapat diatasi. Wesley terus berkhotbah
  menginjili sampai akhir hayatnya. Ia meninggal di London pada
  tanggal 2 Maret 1791 dalam usia 88 tahun dan meninggalkan 79.000
  pengikutnya di Inggris dan 40.000 di Amerika Utara.

  Setelah kematiannya, golongan Metodis di Inggris mengikuti
  saudara-saudaranya di Amerika Serikat dengan memisahkan diri dari
  gereja Anglikan. Tetapi pengaruh Wesley dan kebangunan rohani yang
  ditimbulkannya memberikan dampak yang lebih jauh melewati
  batas-batas gereja Metodis. Wesley memberi pembaruan dalam kehidupan
  agama di Inggris dan koloni-koloninya dan menaikkan kehidupan orang
  miskin. Selain itu, tindakannya menstimulasi badan-badan pengabaran
  Injil di luar negeri dan perhatian sosial golongan injili sepanjang
  abad ke-19 dan ke-20.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama majalah: Sahabat Gembala, Edisi Agustus/September 1991, Tahun
                XIII
  Penulis: Rin
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup -- Gereja Kemah Injil Indonesia,
            Bandung 1991
  Halaman: 44 -- 48

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

A M E R I K A  S E R I K A T
  Seorang wanita kesepian, dianiaya oleh suaminya dan tidak dapat
  membela diri dari aniaya fisik dan mental yang suaminya lakukan.
  Itulah gambaran kehidupan banyak wanita dari agama sepupu.

  Wanita dari agama sepupu memliki lebih sedikit hak daripada pria
  dalam agama mereka. Dua gadis ditembak di Texas tahun lalu oleh
  ayah mereka karena tidak mengenakan kerudung. Ada juga yang
  dibakar. Wanita dari agama sepupu tidak menyadari bahwa hal seperti
  itu tidak boleh terjadi di Amerika, dan banyak orang Amerika tidak
  menyuarakan penganiayaan ini karena mereka mengira bahwa hal
  seperti itu adalah bagian dari budaya agama mereka.

  "Terkadang wanita dari agama sepupu memiliki masalah sosial dan
  keluarga, namun mereka tidak tahu bahwa di Amerika, ada hukum yang
  melindungi mereka," kata Fouad Masri, Presiden dan CEO Crescent
  Project. "Jadi yang terjadi adalah mereka dianiaya, dan tidak ada
  yang memberitahu si penganiaya bahwa hal itu tidak boleh
  dilakukan."

  Lebih parahnya lagi, wanita dari agama sepupu benar-benar
  terisolasi dan kesepian. Relawan Kristen Amerika dengan Crescent
  Project merespons dengan menjadi teman bagi wanita tersebut dan
  mengajari mereka bahasa Inggris melalui program "English as a
  Second Language". Saat mereka belajar bahasa Inggris, mereka
  setidaknya dapat berbelanja untuk keluarganya dan bergaul dengan
  lebih mudah.

  Masri mengatakan bahwa kelompok relawan mengenalkan wanita dari
  agama sepupu kepada budaya Amerika, mengajak mereka ke museum,
  taman, dan tempat-tempat untuk anak-anak mereka dapat bermain.
  Terkadang, kelompok itu menyambut mereka, mengenal mereka, dan siap
  sedia memberikan konseling dan membantu mereka memahami hak-hak
  mereka.

  Crescent Project mengatakan bahwa sebagai orang-orang percaya, "Apa
  yang kami lakukan bukanlah membuat mereka menjadi pemeluk agama
  lain. Namun, apa yang kami lakukan adalah untuk memerlihatkan
  kasih Kristus kepada mereka".

  "Bahkan dalam hal-hal kecil -- bukan yang besar -- kita dapat
  menunjukkan kasih Kristus dan menyambut mereka serta menjadi tangan
  dan kaki Yesus," kata Masri. "Tuhan dapat menggunakan semua itu
  untuk melayani wanita-wanita ini."

  Hal-hal kecil ini juga termasuk banyak doa. Crescent Project telah
  mendedikasikan seluruh bulan Mei untuk berdoa dan memohon bagi para
  wanita agama sepupu di Amerika, dan mereka akan mengajak sebanyak
  mungkin orang. (t/Dian)
  Diterjemahkan dari: Mission News, April 2009
  Kisah selengkapnya: http://mnnonline.org/article/12561
  Pokok doa:
  * Berdoa untuk orang-orang percaya di Amerika, agar Tuhan memberi
    hati yang mengasihi, terutama ketika melihat orang-orang dari
    bangsa lain yang kesepian dan membutuhkan perhatian.
  * Berdoa bagi relawan yang terlibat di pelayanan Crescent Project,
    agar Tuhan memampukan mereka memiliki arah dan strategi pelayanan
    yang tepat dan sesuai dengan panggilan Tuhan untuk menjangkau
    mereka yang terhilang.

C I N A
  SW (38 tahun), seorang pemilik toko buku Kristen di Beijing,
  ditangkap oleh petugas Public Security Bureau (PSB) tanggal 28
  November 2007. Petugas membebaskannya tanggal 4 Januari 2008 karena
  kekurangan bukti untuk menjeratnya dengan dakwaan memublikasikan
  buku-buku yang dilarang negara. Tanggal 19 Maret 2008, PSB kembali
  menangkap SW dengan tuduhan yang sama, meskipun pengadilan telah
  mengabaikan kasus ini karena kurangnya bukti dan ia tidak dapat
  diadili untuk yang ketiga kalinya dengan kasus sama tanpa bukti yang
  cukup. Namun demikian, pihak PSB tetap menahan SW.

  SW menderita penyakit diabetes. Dan karena kondisi di penjara yang
  kurang bersih, tubuhnya melepuh oleh luka, ia juga kesulitan tidur
  dan berat badannya turun hingga 20 kilogram. Pergumulan yang berat
  juga dirasakan oleh istri SW, ZJ, dan kedua putri mereka, SJ (12
  tahun) dan SE (8 tahun). Keluarga ini terus-menerus diawasi oleh
  pihak berwajib. Kontak langsung dari orang-orang yang dapat
  membantu mereka sangat mustahil untuk dilakukan saat ini. Untuk
  sementara waktu, saat SW di penjara, maka ZJ harus menggantikan
  suaminya sebagai gembala di gereja mereka. Sementara petugas PSB
  secara rutin "mengunjungi" gereja mereka.

  Kedua putri SW juga memiliki pergumulan di sekolah. Teman-teman
  mereka mengejek  SJ dan SE karena memiliki seorang ayah "penjahat".
  Suatu ketika SE pulang dari sekolah dan berkata pada ibunya supaya
  mereka diberi ayah baru. Ketika ibunya bertanya kenapa, ia
  menjawab, "Karena ayahku seorang penjahat". Anak-anak ini sekarang
  mulai bertumbuh dan mengetahui situasi ayah mereka. Mereka
  memerlukan dukungan doa dari orang-orang percaya di seluruh dunia.
  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Open Doors, Edisi Mei - Juni 2009
  Penulis: Tim Open Doors Indnesia
  Penerbit: Yayasan Tim Open Doors Indonesia, Jakarta
  Halaman: 8
  Pokok doa:
  * Berdoa bagi SW yang masih ada di dalam penjara, agar Tuhan menjaga
    dan memberi perlindungan kepadanya. Doakan juga agar Tuhan
    memampukan dan memberi keberanian kepadanya untuk bersaksi dan
    menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang yang ada di penjara.
  * Doakan untuk ZJ yang harus menggantikan suaminya menggembalakan
    jemaat, agar Tuhan memberi kekuatan. Doakan juga agar jemaat
    menopang pelayanan yang ZJ lakukan dan tetap bertekun dalam doa.
  * Doakan juga untuk SJ dan SE, agar Tuhan memberkati sekolah mereka,
    dan menolong mereka untuk mengerti keadaan ayahnya yang sebenarnya
    dan tetap mengasihi keluarganya.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

              KENAIKAN ISA ALMASIH, ROH KUDUS, DAN MISI

  Setelah Yesus menyelesaikan misi-Nya yang paling utama dalam
  kehidupan-Nya sebagai manusia di bumi ini, yaitu menanggung
  dosa-dosa manusia di kayu salib, Ia bangkit dari antara orang mati
  dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya selama empat puluh hari
  dan meneguhkan hati mereka. Kemudian tiba saat-Nya Ia kembali ke
  surga. Kepergian-Nya bukanlah dimaksudkan agar Yesus beristirahat
  atau menjalani masa liburan di surga, tetapi "Ia pergi ke sana untuk
  menyediakan tempat bagi orang-orang yang dikasihi-Nya". Di surga,
  Yesus juga menjadi pengantara dan berdoa syafaat bagi umat
  pilihan-Nya yang masih ada di dunia ini. Di sisi lain, Ia juga
  menyertai orang-orang percaya hingga akhir zaman. Jadi, kembalinya
  Yesus ke surga tidak mengakhiri pelayanan-Nya, malahan Ia bekerja
  lebih keras untuk membawa orang-orang berdosa agar menerima
  karya-Nya di kayu salib.

  Itulah sebabnya sebelum Ia terangkat ke surga, Ia mengutus
  murid-murid-Nya untuk menjadi saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
  Murid- murid harus menjadi saksi Kristus mulai dari Yerusalem,
  Yudea, dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Perintah Yesus ini
  ditujukan kepada semua orang yang telah percaya kepada-Nya, agar
  menjadi misionaris-misionaris mulai dari tempat asalnya, kemudian ke
  tempat yang dekat, lalu ke tempat yang agak jauh, dan mencapai
  jiwa-jiwa yang lebih jauh lagi, hingga ke ujung-ujung bumi. Bagi
  Yesus, semua orang percaya memunyai tugas seorang misionaris. Yesus
  melengkapi orang percaya dengan kuasa-Nya untuk menjadi saksi. Oleh
  sebab itu, kita sebagai misionaris Allah tidak perlu takut, karena
  Roh Kudus diutus-Nya untuk bersama kita dalam memberitakan Injil.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Misi, Diskusi dan Doa
  Penulis: Dr. Makmur Halim
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 2000
  Halaman: 82 -- 84

  POKOK DOA:

  1. Mari kita naikkan pujian bagi Yesus Kristus yang telah
     menyelesaikan misi keselamatan terbesar bagi manusia. Kini Ia
     telah mati, bangkit, dan terangkat ke surga bagi kita agar kita
     dapat menjadi misionaris-misionaris untuk Kerajaan-Nya.

  2. Berdoalah agar Tuhan memberikan kesetiaan pada kita, untuk terus
     mengikut Dia dan mengiring Dia, baik dalam keadaan susah maupun
     senang. Mari kita melayani Dia tanpa pamrih.

  3. Berdoalah agar Tuhan memakai kita dengan kuasa Roh-Nya yang kudus
     untuk menjadi misionaris di lingkungan sekitar kita; di keluarga,
     tempat pekerjaan, gereja kita, dan bahkan ke mana pun kita pergi.
     Kiranya Tuhan memberi kuasa-Nya agar kita dapat bersaksi tentang
     kasih-Nya bagi orang-orang berdosa.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersiil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org