Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/39

e-JEMMi edisi No. 39 Vol. 11/2008 (24-9-2008)

Memulai Pelayanan bagi Orang Miskin

 


______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Memulai Pelayanan bagi Orang Miskin
SUMBER MISI: World Mission Centre
DOA BAGI MISI DUNIA: Ethiopia, Turki
STOP PRESS: Kisah Nyata di Cina

______________________________________________________________________

          FOR THE CHRISTIAN DARK CLOUDS OF TROUBLE ARE BUT 
                      THE SHADOW OF GOD`S WINGS 
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,
  
  Ada orang-orang yang terbeban dengan pelayanan bagi orang miskin, 
  tapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Terkadang 
  ketidakmampuan untuk memulai ini menjadi hambatan bagi penyebaran 
  dan pewujudan visi Tuhan untuk orang-orang miskin yang sering 
  dianggap "sampah masyarakat" oleh dunia. Betulkah memulai pelayanan 
  bagi orang miskin membutuhkan strategi yang tepat?
  
  Mengingat besarnya kerinduan Tuhan untuk mengasihi orang-orang 
  miskin dan sedikitnya orang yang mau dipanggil ke ladang yang sulit 
  ini, maka strategi yang tepat sangat diperlukan. Edisi e-JEMMi 
  minggu ini secara spesifik menyajikan artikel yang akan sangat 
  menolong anak-anak Tuhan yang siap dipakai untuk menjadi alat-Nya 
  yang luar biasa. Sajian edisi ini juga merupakan pelengkap dari 
  rangkaian tema e-JEMMi bulan September ini, yaitu Melayani Orang 
  Miskin di Perkotaan. Kiranya sajian ini dapat menjadi langkah 
  konkret untuk Anda dan gereja Anda menangkap visi yang telah Tuhan 
  persiapkan.
  
  Selamat menyimak dan selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati.
    
  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                 MEMULAI PELAYANAN BAGI ORANG MISKIN

  Gereja membutuhkan visioner yang memilih untuk tidak bermain aman, 
  namun bersedia mengambil risiko dan beriman kepada Tuhan dalam 
  merintis pelayanan yang inovatif di kota, khususnya bagi orang-orang 
  miskin yang membutuhkan bantuan.
  
  Kehendak Tuhan bagi kebanyakan kita yang tinggal di kota adalah 
  menunjuk kepada pelayanan bagi kaum miskin. Jika Tuhan telah 
  memanggil Anda untuk memulai sesuatu yang baru di kota, seperti 
  Tuhan telah memanggil saya, maka Anda akan melalui proses pemahaman 
  akan kehendak-Nya, berjalan dalam iman, dan membangun mimpi Anda.
  
  Berikut langkah-langkah dalam memahami dan memulai pelayanan yang
  penuh tantangan ini:
  
  1. Izinkan Roh Menaruh Visi dalam Diri Anda
  
  Tuhan memberi kita penglihatan akan rencana dan tujuan-Nya dalam 
  hidup kita dan mengizinkan kita untuk bermimpi dan memiliki visi 
  yang jelas dan konkret. Semakin spesifik doa, tujuan, dan sasaran 
  kita untuk visi tersebut, semakin besar kemungkinannya untuk visi 
  tersebut dapat terwujud.
  
  Visi adalah gambaran yang membara di hati tentang apa yang Tuhan 
  ingin lakukan melalui Anda di tempat tertentu bersama kelompok orang 
  yang spesifik. Visi adalah pewahyuan tentang rencana Tuhan yang 
  dapat terjadi. Dengan memercayai dan menindaklanjuti visi tersebut, 
  mimpi dapat terwujud. Dua visioner kuno, Abraham dan Sarah, telah 
  mengalaminya. Saya melihat tiga benang dalam struktur kehidupan 
  mereka yang membentuk pola masa kini dalam memahami kehendak Tuhan: 
  panggilan untuk taat, iman terhadap visi, dan hasil yang sudah 
  diantisipasi.
  
  Panggilan untuk Meninggalkan Tempat Tinggal
  
  Abraham dan Sarah tinggal dengan nyaman di Haran saat Tuhan 
  memanggil mereka: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu 
  dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" 
  (Kej. 12:1). Tidak mudah bagi mereka untuk menaati panggilan itu --
  banyak risiko dan pengorbanan untuk pergi ke tempat entah-berentah; 
  di gurun.
  
  Sebuah "panggilan" akan selalu mengiang, bisikan dalam diri Anda 
  yang mengatakan, "Tinggalkan rumahmu dan pergilah ke tempat yang 
  Kutunjukkan kepadamu." Mungkin rumah yang kita tinggalkan bersifat 
  geografis atau spiritual. Tempat yang ditunjukkan kepada kita 
  mungkin adalah kota, pelayanan baru di lingkungan, atau cara hidup 
  baru di mana kita berada. Yang terpenting adalah meresponi dan 
  mengikuti visi yang lahir dari Tuhan dalam diri kita, tanpa 
  menghiraukan risiko dan besarnya pengorbanan.
  
  Saat Abraham dan Sarah pergi, keponakan mereka, Lot, ikut bersama 
  mereka. Kemudian, gembala Abraham dan Lot berselisih tentang 
  pembagian tanah. Abraham, yang percaya akan visinya, memutuskan 
  untuk berpisah: "Jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau 
  ke kanan, maka aku ke kiri." (Kej. 13:9)
  
  Lot melihat ke Timur dan "melihat seluruh Lembah Yordan banyak 
  airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir" (Kej. 13:10). 
  Seketika itu, Lot berpisah dari Abraham dan tinggal di Yordan. 
  Abraham memilih tinggal di Kanaan yang berbukit-bukit, yang nampak 
  tidak sedap dipandang mata. Di situlah Tuhan menegaskan visinya: 
  "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu 
  ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang 
  kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk 
  selama-lamanya." (Kej. 13:14-15)
  
  Ada pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut untuk 
  visioner kota pada masa kini: mata iman tidak berfokus pada 
  penampilan, namun pada pandangan yang luas dan penglihatan akan 
  rencana Tuhan yang dapat terjadi. "Apa yang dapat kamu lihat secara 
  luas, Aku dapat memberikannya kepadamu," kata Tuhan kepada orang 
  beriman. "Apa yang tidak dapat kamu impikan, Aku tidak dapat 
  memberikannya kepadamu."
  
  "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah" adalah kunci kepada 
  keberhasilan di luar batas kemampuan manusia. Jika kita dapat 
  memimpikan visi Tuhan dan spesifik dengan hasilnya, apa yang kita 
  perlukan akan disediakan oleh Tuhan "yang menjadikan dengan 
  firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada" (Rm. 4:17).
  
  Tuhan membangkitkan pemimpin yang memiliki mimpi dan visi yang 
  spesifik, yang percaya kepada-Nya akan hasilnya. Surat Ibrani 
  mengingatkan kita bahwa iman atau visi "adalah dasar dari segala 
  sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak 
  kita lihat" (Ibr. 11:1).
  
  Saya percaya bahwa dalam diri setiap orang, tersembunyi visi Tuhan 
  yang menunggu pemenuhan melalui iman dan ketaatan.
  
  2. Bangun Visi Secara Perlahan
  
  Setelah memahami kehendak Tuhan, kesabaran diperlukan dalam 
  mewujudkan visi bagi pelayanan untuk orang miskin di kota. Seperti 
  halnya janin membutuhkan sembilan bulan untuk dapat lahir sebagai 
  bayi, butuh bertahun-tahun untuk mimpi atau visi dalam hati itu 
  menjadi kenyataan.
  
  Apa yang terjadi pada Anda sama pentingnya dengan apa yang Tuhan 
  lakukan melalui Anda. Bersabarlah menunggu Tuhan, biarkan Tuhan 
  mengerjakan karya keselamatan dalam diri Anda, dan kemudian bangun 
  visi Anda secara perlahan, namun pasti.
  
  Saat saya dan beberapa orang melayani di New York, kami memulai 
  pelayanan dengan visi yang cukup murni. Kami membutuhkan waktu untuk 
  mapan sebelum kami melakukan banyak pelayanan. Namun, kami melangkah 
  semakin cepat dan kami menjadi terdesak. Hasilnya adalah krisis 
  dalam pelayanan: banjir permintaan dan kebutuhan, sedikitnya uang, 
  pelayanan semakin sempit, dan staf kedodoran. Selama bertahun-tahun, 
  kami berjuang untuk bertahan sampai kami memerlambat laju pelayanan 
  kami, kemudian mengambil waktu untuk merenung, memikirkan fokus 
  pelayanan, dan peletakan dasar spiritual.
  
  Intensitas pelayanan kota dapat menghancurkan bahkan visioner 
  paling percaya diri sekalipun. Cara untuk hidup berkemenangan 
  adalah membiarkan visi Anda tersingkap secara perlahan, hari demi 
  hari, tahap demi tahap, mengikuti irama Roh.
  
  3. Ajak Rekan Sepelayanan
  
  Seorang visioner tidak dapat memenuhi visi Tuhan seorang diri. Visi 
  itu harus dibagi. Butuh waktu untuk menemukan orang yang tepat. Ajak 
  orang yang Anda kenal dan percaya, yang berkompeten, berkomitmen, 
  dan yang Anda percayai serta yang memberi rasa nyaman. Jangan 
  terburu-buru mengajak orang hanya karena mereka bersemangat. Tunggu 
  waktunya Tuhan memberikan orang yang tepat.
  
  Butuh waktu lebih dari setahun bagi saya untuk menemukan lima orang 
  yang bersedia dan mampu melayani bersama di San Fransisco. Yesus 
  sendiri membutuhkan waktu tiga tahun untuk memuridkan dua belas 
  orang pria dan sekelompok wanita. Barulah setelah itu Yesus 
  mengatakan kepada Petrus, "gembalakanlah domba-domba-Ku" dan di atas 
  batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (Yoh. 21:17; Mat. 
  16:18).
  
  4. Pilih Ladang Pelayanan
  
  Setelah mengajak rekan sepelayanan, langkah selanjutnya adalah 
  secara perlahan dan penuh doa mengidentifikasi lingkungan yang akan 
  dilayani. Tanyakan pertanyaan ini: Siapa yang Tuhan ingin kita 
  kasihi? Lingkungan dan daerah geografis bagaimana yang nampaknya 
  paling membutuhkan kehadiran Tuhan? Lingkungan mana yang nampak siap 
  akan hadirnya pelayanan untuk mereka?
  
  Setiap kota memiliki daerah kumuh yang terabaikan. Kita bisa saja 
  memiliki visi untuk menjangkau daerah kumuh seluruh kota, namun 
  pelayanan kota akan efektif apabila kita fokus pada lingkungan 
  tertentu.
  
  Selalu ada lingkungan dalam sebuah kota yang paling cocok untuk 
  dilayani. Pilih daerah yang memiliki sejarah, riwayat, dan ciri khas 
  -- yang menarik dan menantang Anda. Yang terpenting, pilih daerah 
  kumuh yang ditinggali orang-orang miskin dan gelandangan.
  
  5. Tetapkan Pos Pelayanan
  
  Menetapkan pos pelayanan di lingkungan terpilih adalah langkah 
  penting selanjutnya dalam memulai pelayanan kota. Idealnya, sewalah 
  atau belilah bangunan yang memiliki corak budaya dan mudah diakses 
  masyarakat. Orang yang berusaha Anda jangkau membutuhkan sebuah 
  simbol komitmen dan kehadiran Anda. Masyarakat memerlukan sebuah 
  tempat yang hidup, dan pelayanan membutuhkan tempat untuk 
  berkembang. Sebuah pusat pelayanan akan mampu memenuhi kebutuhan 
  tersebut.
  
  Jika Anda mengalami kesulitan -- entah itu masalah keuangan atau 
  yang lainnya -- seperti halnya saya saat berusaha mengembangkan 
  pelayanan di New York dan San Fransisco, percayalah bahwa Tuhan 
  dapat melakukan mukjizat. Mukjizat adalah karya Tuhan yang tepat 
  pada waktunya. Dari pengalaman saya merintis pelayanan di New York 
  dan San Fransisco, tidak ada visi dari Tuhan yang mustahil.
  
  6. Bangun Komunitas
  
  Sebelum Anda melaksanakan misi pelayanan Anda dalam sebuah 
  lingkungan, kelompok pelayanan Anda harus menjadi sebuah komunitas. 
  
  Apakah komunitas itu? J. B. Libanio, yang menulis tentang komunitas 
  kristiani di Amerika Tengah dan Selatan, mendefinikan komunitas 
  sebagai berikut: "Sebuah kesatuan beberapa orang yang dinamis, yang 
  melalui interaksi sosial yang spontan, terintegrasi oleh ikatan 
  persahabatan, emosional, kesamaan sejarah, dan budaya."
  
  Sebuah komunitas terbentuk saat sebuah kelompok kecil berintegrasi, 
  berjalan besama, dan ingin melakukan sesuatu yang lebih besar 
  daripada yang dapat mereka capai secara individual. 
  
  Sebagai suatu kelompok pelayanan, kita semua harus merasa terpanggil 
  untuk hidup di antara orang-orang yang ingin kita jangkau. Hal ini 
  membutuhkan komitmen jangka panjang. Komunitas berarti komitmen 
  kepada satu dengan yang lain dan kepada rencana rekonsiliasi Tuhan. 
  Komunitas diperlukan sebelum penyembahan dan misi dapat terjadi 
  dengan benar. Sebuah kelompok pelayanan yang berharap untuk 
  menjangkau sebuah kota dan lingkungan dengan kasih Tuhan, harus 
  terlebih dahulu mengasihi dan menghargai anggotanya.
  
  Perbedaan dalam kepribadian, teologi, latar belakang, standar kerja 
  dan kebersihan, talenta, dan panggilan dapat menghancurkan sebuah 
  komunitas. Namun hal itu dapat diatasi dengan komitmen bersama 
  terhadap proses dan berfokus pada visi Tuhan.
  
  7. Biarkan Misi Mengalir
  
  Sebuah kelompok Kristen kecil yang diorganisasi bagi misi dan 
  setidaknya bertemu untuk menyembah, berdoa, dan saling menguatkan 
  seminggu sekali, memiliki potensi untuk memahami visi Tuhan serta 
  apa dan bagaimana Tuhan terlibat di dalamnya. "Handbook for Mission 
  Groups" karya Gordon Cosby menjelaskan setiap langkah bagaimana 
  sebuah komunitas terbentuk dan menemukan pelayanannya.
  
  Awalnya, sebuah kelompok berkumpul bersama visioner yang sudah 
  mendapat visi Tuhan untuk melayani dan menyuarakannya dalam beragam 
  cara -- dalam percakapan pribadi, dalam kepemimpinan, atau dalam 
  nubuatan. 
  
  Jika tidak ada yang meresponi, orang yang terpanggil itu menunggu 
  beberapa saat untuk orang lain menceritakan panggilannya. Saat dua 
  atau tiga orang meresponi, mereka memulai hidup mereka bersama, 
  "saling mengasah talenta, dan berdoa bagi kejelasan dalam mendengar 
  kehendak Tuhan bagi misi mereka".
  
  Panggilan itu mungkin dimulai saat seseorang mendengar bisikan 
  (gambar, perasaan) Tuhan yang terus mengiang, yang mengatakan 
  "berilah makan orang yang kelaparan", "sediakan tempat tinggal bagi 
  gelandangan", atau "hiburlah penderita AIDS". Saat orang lain 
  meresponi panggilan itu, implikasi dan perkembangannya akan 
  terlihat. Prinsip penting dalam kelompok misi memerlukan komitmen 
  bersama dan tanggung jawab bersama yang diterima oleh setiap 
  anggota. "Hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengenali talenta 
  setiap anggota," kata Cosby. "Bahkan jika satu atau dua anggota 
  tidak mengenali talenta mereka," peringatnya, "masalah gengsi dan 
  iri hati akan mencuat ke permukaan."
  
  Orang yang memiliki multitalenta akan menghadapi godaan untuk 
  memenuhi kepuasan ego dengan melakukan segala sesuatu seorang diri 
  daripada bersama-sama. Tanpa komitmen untuk hidup dan melakukan misi 
  bersama, sebuah kelompok misi tidak akan berhasil.
  
  Dengan komitmen bersama, sebuah kelompok misi akan bertahan selama 
  semusim atau sepanjang hidup. Karya pelayanan yang sudah dilakukan 
  itu akan menjadi karya Tuhan dan selamanya menjadi bagian dalam 
  usaha Tuhan berdamai dengan dunia ini.
  
  Kadang, sebuah kelompok misi mencapai misinya dan kemudian bubar. 
  Apa yang sebaiknya terjadi saat sebuah kelompok misi mati secara 
  alami? Menurut Cosby, "Saat diketahui tidak ada lagi dua atau lebih 
  anggota yang terpanggil, kelompok itu mungkin dapat meninjau ulang 
  sejarahnya, bersyukur atas apa yang sudah dilakukan, dan merayakan 
  matinya kelompok itu. Sering kali, diperlukan adanya kesadaran akan 
  dosa yang harus diampuni, luka hati yang harus disembuhkan, dan 
  keberanian untuk mengambil langkah selanjutnya."
  
  Jika kelompok misi memertahankan tahap perkembangannya dan arahan 
  dari Tuhan, maka pelayanan akan terbentuk. Entusiasme akan dibumbui 
  dengan hikmat, inovasi akan diwarnai dengan tradisi, dan banyaknya 
  orang yang antusias akan diarahkan oleh Tuhan untuk mendukung dan 
  membantu usaha komunitas. Kelompok misi mungkin dapat tetap menjadi 
  bagian dari gereja atau berdiri sendiri sebagai komunitas 
  penyembahan dan pusat misi sementara. (t/Dian)
  
  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Judul buku: A Call for Compassion; City Streets City People
  Judul asli artikel: Lift Up Your Eyes; How to Start an Urban 
                      Ministry
  Penulis: Michael J. Christensen
  Penerbit: Abingdon Press, Nashville 1988
  Halaman: 53 -- 70 
 
______________________________________________________________________
SUMBER MISI

WORLD MISSION CENTRE
==>    http://www.worldmissioncentre.com
  Berpegang pada keyakinan bahwa orang-orang Afrika Selatan juga 
  memiliki tanggung jawab besar untuk menyebarkan Injil ke seluruh 
  dunia, maka dibentuklah organisasi ini pada 1989 dengan kantor pusat 
  di Pretoria, Afrika Selatan. Tujuannya tidak lain adalah untuk 
  membangkitkan pemahaman yang lebih dalam tentang misi dan untuk 
  menggerakkan orang-orang Kristen pada tingkat lokal untuk berperan 
  dalam misi. World Mission Centre memainkan peran sebagai fasilitator 
  jaringan dengan menyediakan sumber-sumber dan pelatihan untuk 
  memenuhi visi yang telah tertanam -- menyediakan pelatihan dan 
  dukungan bagi Tubuh Kristus dan mengirim misionaris-misionaris dari 
  gereja-gereja lokal. Untuk mewujudkan visi itu, organisasi ini juga 
  mendirikan sebuah jaringan gereja lokal yang unik, yang berfokus 
  untuk melayani komunitas-komunitas yang kekurangan dan tak 
  terjangkau di berbagai daerah, termasuk 22 daerah di wilayah Afrika 
  Selatan. Simak lebih jauh mengenai pelayanan luar biasa yang ada di 
  Afrika Selatan ini dengan mengunjungi situsnya.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

E T H I O P I A
  Baru-baru ini, Adana Children Center yang disponsori oleh Blessing 
  the Children International telah dibuka dan akan menerima 600 yatim 
  piatu selama 5 tahun. Setiap bulan, ada sepuluh yatim piatu yang 
  mendapat bantuan. Ethiopia merupakan salah satu negara yang mendapat 
  serangan wabah AIDS terparah. Adanya empat juta yatim piatu di 
  Ethiopia (20% di antaranya adalah korban AIDS) menjadi masalah 
  utama, dan pemerintah menggambarkannya sebagai "pemecahbelahan 
  struktur sosial" bangsa Afrika Timur. Anak-anak di Adana Children 
  Center pada awalnya akan dipelihara di panti asuhan sebelum 
  menemukan keluarga angkat. Di rumah barunya ini, anak-anak disayangi 
  dan dipelihara. Mereka pun menerima pembekalan dan bantuan, seperti 
  pakaian, makanan bernutrisi, pelatihan keterampilan, dan kesempatan 
  untuk bersekolah di sekolah yang ditunjuk oleh pihak sponsor. 
  (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari:
  Judul buletin: Body Life, Edisi Maret 2008, Volume 26, No. 3
  Judul asli artikel: World Christian Report -- Ethiopia: Center for 
                      Orphaned Children
  Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 4
  Pokok doa:
  * Mengucap syukur atas dibukanya Adana Children Center yang dibentuk 
    oleh orang-orang yang terbeban memberikan bantuan kepada anak 
    yatim piatu di Ethiopia. Doakan agar Tuhan senantiasa mencukupkan 
    setiap keperluan yang dibutuhkan dalam pelayanan mereka.       
  * Doakan agar Tuhan mengetuk hati mereka-mereka yang memiliki 
    kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu korban AIDS dan bersedia 
    memberikan dukungan untuk mereka. Berdoa juga agar anak-anak ini
    menemukan keluarga angkat yang dapat memberikan kasih sayang dan 
    pengenalan yang benar akan Tuhan.

T U R K I  
  Laporan dari ladang misi: Gempa bumi baru saja terjadi di Istanbul, 
  Turki. Rumah kami bergoncang sangat keras akibat gempa berskala 4,8 
  SR. Tapi keesokan harinya, negara pun digoncangkan oleh berita yang 
  mengatakan bahwa partai politik yang berkuasa (AKP) akan dibubarkan 
  oleh kepala jaksa penuntut umum karena usaha-usaha radikal yang 
  dilakukan partai tersebut.

  Teruslah berdoa bagi Turki karena penganiayaan terhadap kami dan 
  orang-orang Kristen di Turki semakin besar. Kami harus berhati-hati 
  dalam mewartakan Injil karena kami tidak lagi mendapat izin untuk 
  melakukan penjangkauan terhadap masyarakat umum. Kini fokus kami 
  adalah melayani orang miskin di beberapa desa. Puji Tuhan! Dalam 
  Minggu ini, kami berhasil membagikan dua ribu Kitab Perjanjian Baru.

  Pada hari yang berbeda, kami memberitakan Injil kepada suatu 
  kelompok pemulung yang terdiri dari 10 sampai 15 orang. Salah satu 
  dari mereka meminta kami untuk mendoakan lengannya yang terkena 
  pecahan gelas. Dia merasa rasa sakitnya kembali muncul saat orang 
  lain melihatnya. Dia berdoa dan menerima Tuhan Yesus!

  Di gudang penyimpanan Kitab Perjanjian Baru, ada seseorang yang 
  melempar batu ke jendela dan merusakkannya. Sementara seorang 
  lainnya dengan sengaja dan membabi buta menggunakan besi untuk 
  membuat goresan yang dalam pada mobil kami.

  Akhir-akhir ini, hal semacam itu semakin sering terjadi. Di kota 
  lain, beberapa teman kami dan setiap orang yang ada di dalam gereja 
  mendapat ancaman bahwa mereka akan dibunuh. Gubernur Istanbul 
  menyarankan agar jemaat pindah dari gereja yang sudah mereka gunakan 
  selama bertahun-tahun. Beberapa gereja yang bekerja sama dengan kami 
  juga mengalami penganiayaan yang semakin banyak.

  Sebuah artikel surat kabar baru-baru ini menggambarkan bahwa budaya 
  Turki kini berubah menjadi semakin bercorak radikal dalam hal 
  pakaian, kehidupan sehari-hari, dan bahasanya. Berdoalah bagi 
  pelayan Tuhan yang melayani di sana. (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari: 
  Judul buletin: Body Life, Edisi April 2008, Volume 26, No. 4 
  Judul asli artikel: World Christian Report -- Turkey: Increased 
                      Persecution
  Penerbit: 120 Fellowship Adult Class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 1 dan 3
  Pokok doa:
  * Doakan orang percaya di Istanbul, Turki, yang sering mendapatkan 
    ancaman dan tekanan dari pihak-pihak tertentu, agar mereka tetap 
    kuat dan setia dalam mengikut Tuhan. Berdoa juga untuk kegiatan 
    penginjilan yang terus dilakukan oleh orang percaya di Turki, agar 
    Tuhan menjaga dan melindungi pelayanan yang sedang dilakukan.    
  * Berdoa agar Tuhan melawat dan mencurahkan pertobatan atas negara 
    Turki. Doakan juga agar setiap orang percaya dan gereja-gereja di 
    Turki tetap berdoa, memohon belas kasihan Tuhan atas bangsa 
    mereka, agar Tuhan memulihkan dan mengampuni bangsa mereka.
  
______________________________________________________________________
STOP PRESS

                       KISAH NYATA DI CINA
                         
  Berbagai kontroversi berita tentang kebebasan beragama di Cina dan 
  situasi yang terjadi di negara ini muncul merebak di mana-mana. Apa 
  yang sesungguhnya terjadi di Cina? Masihkah umat Kristen dianiaya 
  dan banyak gereja-gereja rumah ditutup secara paksa? Bagaimana 
  keadaan umat Kristen di Cina sebelum dan sesudah pesta Olimpiade 
  2008? Bagaimana kita dapat berdoa bagi saudara-saudara kita di Cina?
  
  Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan berbagai pertanyaan 
  lain, Open Doors Indonesia bekerja sama dengan Open Doors 
  International mengundang Minister at Large Open Doors. Selama 25 
  tahun, beliau memfokuskan pelayanannya di negara kelahirannya. Ia 
  melayani gereja-gereja rumah di tempat-tempat terpencil di Cina dan 
  membangun hubungan dengan jaringan gereja rumah serta menjalin 
  pertemanan dengan pemimpin gereja rumah di Cina. 
  
  Bulan depan, beliau akan berkunjung ke Indonesia dan mensharingkan 
  "The Real Story in China". Untuk keterangan dan informasi lebih 
  lanjut, hubungi kantor Open Doors Indonesia di alamat e-mail: 
  indonesia(at)od.org.
  
  Sumber: Buletin Open Doors, Edisi September -- Oktober, Volume 19, 
          No. 5, Hal. 14

  POKOK DOA:
  
  1. Doakan rencana kunjungan Minister at Large Open Doors ke 
     Indonesia, agar Tuhan memakainya menjadi berkat bagi pelayanan di 
     Indonesia.

  2. Berdoa juga untuk jemaat-jemaat di Cina yang beliau layani, agar 
     mereka tetap setia melayani Tuhan dan mendukung sepenuhnya 
     pelayanan beliau dalam doa.
     
  3. Doakan juga untuk penyelenggara yang mengatur kunjungan tersebut,
     agar Tuhan memampukan mereka melakukan tugasnya sebaik-baiknya.
     
  4. Berdoa juga untuk setiap orang yang akan bertemu, agar mereka 
     dapat belajar dari keteladanannya dalam melayani dan memberikan 
     hidupnya bagi pekerjaan Tuhan.
     
  5. Berdoa agar beliau dapat membagikan beban dan semangat 
     pelayanannya kepada mereka yang terbeban akan pelayanan misi di
     Indonesia.
     
  6. Doakan agar beliau dalam kondisi kesehatan yang baik dan selalu
     berada dalam perlindungan Tuhan ke mana pun beliau pergi. Biarlah 
     kuasa Tuhan dinyatakan dalam setiap acara.
     
______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak 
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan 
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org