Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/24

e-JEMMi edisi No. 24 Vol. 11/2008 (10-6-2008)

Watchman Nee

 

Juni 2008, Vol.11 No.24
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Watchman Nee
SUMBER MISI: North India Christian Mission (NICM)
DOA BAGI MISI DUNIA: Internasional, Papua Nugini
DOA BAGI INDONESIA: Kerja sama Patners Internasional dengan Penginjil
                    Indonesia

______________________________________________________________________

   GOD IS MORE INTERESTED IN YOUR AVAILABILITY THAN IN YOUR ABILITY
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  "Untuk suatu pelayanan yang berhasil, seorang hamba Tuhan harus rela 
  membayar harganya. Meskipun setiap hari ia harus mengalami derita 
  sengsara, tetapi ia merasakan Tuhan sangat dekat dengannya." 
  Ungkapan di atas sangat tepat untuk menggambarkan sosok Watchman Nee 
  -- seorang tokoh pengabar Injil asal Cina. Meskipun banyak tantangan 
  dan penderitaan datang menghampirinya selama menjalankan Amanat 
  Agung Yesus Kristus, ia sungguh merasakan tangan Tuhan yang tidak 
  pernah jauh darinya. Ia telah menyelesaikan tugas panggilannya 
  dengan baik. Kesaksian hidupnya merupakan bukti bahwa aniaya 
  seharusnya tidak membuat anak-anak Tuhan mengingkari imannya karena 
  tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan.

  Selamat melayani.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                             WATCHMAN NEE
              "Pahlawan Iman yang Tegar di Tegah Badai"

  Pada awal abad ke-16, banyak misionaris yang berasal dari Amerika 
  dan Eropa diutus ke negeri Cina. Pada Tahun 1987, terjadi bentrokan 
  antara Perkumpulan Pedang Besar dengan umat Kristen sehingga jatuh 
  dua korban jiwa berkebangsaan Jerman, dan berakibat didudukinya kota 
  pelabuhan Kiao Chou oleh Jerman. Kemudian pemimpin dari Perkumpulan 
  Pedang Besar mengganti nama perkumpulannya menjadi Tinju Keadilan 
  dan Keserasian, dengan slogannya yang berbunyi "Lindungi Qing, 
  bantai orang asing".

  Peristiwa inilah yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan 
  anti orang asing yang terkenal dengan nama Pemberontakan Boxer di 
  Cina. Pada masa ini, banyak orang Kristen yang mati syahid. Namun 
  demikian, Allah menggerakkan para pekerja-Nya yang juga berasal dari 
  negara Cina itu sendiri. Banyak pemberita Injil lokal yang bangkit 
  memerluas berita Injil, salah satu di antaranya adalah Watchman Nee.

  Watchman Nee lahir pada tanggal 4 November 1903 di Foochow, tenggara 
  Cina. Ibunya yang bernama Piece Lin sudah memiliki dua anak 
  perempuan saat mengandung Watchman Nee. Saat itu dalam tradisi Cina, 
  anak laki-laki lebih disukai dibandingkan anak perempuan. Oleh 
  karena itu, timbul kekuatiran dalam hati Piece Lin, kalau-kalau anak 
  ketiganya ini adalah anak perempuan lagi. Ditambah lagi, banyak 
  orang yang mengatakan kepadanya bahwa ia akan mengalami hal yang 
  sama dengan saudara perempuan suaminya, yang melahirkan enam anak 
  perempuan. Oleh karena itu, Piece Lin berdoa kepada Tuhan, kalau ia 
  memunyai anak laki-laki, maka ia akan memersembahkannya kepada 
  Tuhan. Doanya pun dikabulkan oleh Tuhan dan ia melahirkan seorang 
  anak laki-laki yang diberi nama Henry Nee.

  Akhirnya keluarga Nee Weng Shiu, ayah Henry Nee, dikaruniai oleh 
  Tuhan empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. 
  Sebelum mengalami kelahiran baru, Henry Nee adalah seorang anak yang 
  berkelakuan buruk, namun demikian ia adalah seorang anak yang 
  cerdas. Ia selalu menduduki peringkat pertama mulai dari sekolah 
  dasar sampai saat ia bersekolah di Anglican Trinity College di 
  Foochow.

  Ia mulai menaruh perhatian serius terhadap kekristenan pada saat ia
  melihat perubahan hidup ibunya yang sungguh-sungguh mengalami
  kelahiran baru. Ia mulai menghadiri kebaktian yang dipimpin oleh
  Dora Yu, seorang wanita yang melepaskan kariernya sebagai seorang
  dokter dan menjadi seorang penginjil. Ia mulai mengalami pergumulan
  batin karena ada konflik dalam pikirannya antara mengikut Tuhan atau
  membina kariernya.

  Akhirnya pada tanggal 29 April 1920, ia memperoleh kemenangan 
  rohani, bertobat, dan mau mengikut Tuhan seumur hidupnya. Dan sesuai 
  dengan tradisi bangsa Cina untuk memilih nama baru sesudah mengalami 
  perubahan dalam hidupnya, ia mengganti namanya dari Henry Nee 
  menjadi Nee To-Sheng (giring-giring penjaga) atau dalam bahasa 
  Inggrisnya Watchman Nee. Ia memilih nama ini karena menganggap 
  dirinya sebagai seorang penjaga yang memberi tanda dan panggilan di 
  tengah kegelapan malam.

  Diperlengkapi dan Dilatih Oleh Tuhan

  Watchman Nee tidak pernah belajar di sekolah teologi. Wawasan iman 
  dan teologinya ia peroleh dengan membaca bacaan-bacaan rohani yang 
  ia dapat dari Margaret Barber, seorang misionaris Anglican. 
  Buku-buku rohani yang ia baca, antara lain Pilgrim`s Progress karya 
  John Bunyan, Biografi Hudson Taylor dan Madame Guyon, The Spirit of 
  Christ karya Andrew Murray, Autobiografi George Muller, Church 
  History karya John Foxe, dan sebagainya. Ia benar-benar seseorang 
  yang tekun menggali firman Tuhan.

  Pada masa-masa awal pelayanannya, ia membagi uang yang ia dapat 
  menjadi 1/3 untuk kebutuhan pribadinya, 1/3 untuk membantu 
  sesamanya, dan sisanya untuk membeli buku-buku rohani. Ia memeroleh 
  lebih dari tiga ribu buku Kristen yang bermutu, termasuk karya-karya 
  tulis orang-orang Kristen pada abad pertama.

  Persekutuannya dengan Barber mengilhaminya untuk tetap setia dengan 
  radikal terhadap salib dan mengobarkan semangatnya terhadap firman 
  Tuhan. Setelah itu, persahabatannya dengan Miss Barber dan biografi 
  Hudson Taylor yang ia baca, memengaruhi hubungannya dengan uang. Ia 
  mengetahui komitmen Taylor yang hanya menceritakan kebutuhan 
  finansialnya kepada Tuhan saja. Ia juga melihat Barber hidup dengan 
  prinsip tersebut. Ia amat terkesan dengan cara-cara yang Tuhan 
  lakukan untuk mencukupkan kebutuhan finansial Barber. Hal ini 
  membuatnya semakin bertekad untuk menyerahkan segala kebutuhan 
  hidupnya kepada Tuhan.

  Setelah bertobat, ia mulai terbeban untuk memberitakan Injil kepada 
  teman-teman di sekolahnya. Ia menulis nama tujuh puluh temannya dan 
  secara teratur mendoakan mereka satu persatu setiap hari. Dalam 
  beberapa bulan, hanya satu dari antara mereka yang tidak mengalami 
  kelahiran baru! Mereka mulai mengadakan persekutuan doa di kapel 
  Trinity dan persekutuan ini terus berkembang hingga meluber sampai 
  ke jalanan di Foochow. Mereka juga kerap membagikan brosur yang 
  berisi berita mengenai jalan keselamatan kepada orang-orang yang 
  mereka temui di jalan. Setelah Pemberontakan Boxer, timbul gerakan 
  anti Kristen (kebencian bersifat politik yang berkembang di Cina 
  terhadap segala hal yang berbau Barat). Banyak pemimpin gereja yang 
  mendapat tekanan dari pemerintah Cina agar berkompromi dalam 
  beberapa hal.

  Dengan demikian, Watchman Nee yang dicap sebagai pengkhotbah 
  "radikal" mulai disingkirkan oleh rekan-rekan pelayanannya. Karena 
  kecewa, ia pindah ke Ma-hsien, sebuah desa nelayan yang tidak jauh 
  dari misi Barber. Di sini, ia terus mempelajari firman Tuhan secara 
  lebih mendalam. Watchman Nee melihat banyak kaum muda yang yang haus 
  dan lapar akan firman Tuhan karena kondisi gereja telah berubah 
  menjadi menjadi sekularisme agama yang suam dan melumpuhkan gerakan 
  Roh Kudus. Ditambah lagi dengan perasaan anti barat, anti Kristen, 
  dan semangat nasionalisme menguasai banyak rakyat Cina.

  Pemahamannya yang mendalam terhadap firman Tuhan membuatnya semakin 
  teguh meresponi panggilan Tuhan. Ia bertekad untuk terus 
  memberitakan Injil dan mendirikan gereja-gereja lokal yang memiliki 
  pemahaman yang benar terhadap Injil.

  Tahun pertama dari sebelas tahun masa pelayanannya dimulai dengan 
  deraan penyakit TBC yang parah (tahun 1922). Dokter bahkan telah 
  memvonis bahwa ia hanya akan bertahan hidup selama enam bulan saja. 
  Melihat kondisinya yang parah, teman-temannya membawanya ke tempat 
  misi Barber agar memeroleh perawatan. Meskipun sedang sakit parah, 
  ia tidak mau menyerah. Perlahan-lahan, ia berhasil menyelesaikan 
  bukunya yang berjudul manusia rohani. Sakitnya kian bertambah parah, 
  namun firman Tuhan di dalam 2 Korintus 1:2; "Dengan iman kamu 
  berdiri teguh" dan Markus 9:23; "Tidak ada yang mustahil bagi 
  Allah", muncul dengan jelas dalam pikirannya. Ia lalu bangkit dari 
  tempat tidurnya dan berjalan menuju rumah sahabatnya. Setiap 
  langkah, ia berseru, "Berjalan dengan iman; berjalan dengan iman!" 
  Saat itulah Tuhan menyembuhkannya secara ajaib.

  Setelah kesehatannya pulih kembali, ia memutuskan untuk memindahkan 
  pusat pelayanannya ke kota Shanghai. Di kota ini, ia mulai merintis 
  pendirian gereja lokal di Hardoon Road. Gereja ini mulai bertumbuh, 
  dan dalam waktu singkat menjadi pembicaraan orang dari seluruh 
  pelosok provinsi, bahkan sampai ke Inggris. Charles Barlow, salah 
  seorang anggota London Group of Brethen, berkunjung ke Shanghai. 
  Laporannya tentang kehidupan rohani dan perkembangan gereja di 
  Hardoon Road membuat Group of Brethren, London, mengirim satu tim 
  menuju gereja tersebut. Mereka mengundang Watchman Nee untuk datang 
  ke Inggris. Nee menyanggupinya, dan pada usia tiga puluh tahun ia 
  meninggalkan Cina dan menuju Inggris.

  Tanggal 19 Oktober 1934, Watchman Nee menikah dengan gadis
  idamannya, Charity Chang. Namun bibi Charity di Shanghai, melalui
  surat kabar nasional, menyerang karakter Watchman Nee. Ia dituduh
  melakukan transaksi yang curang dengan para investor asing. Hal ini
  memberikan kesempatan kepada "musuh-musuh" Watchman Nee untuk
  membagi-bagikan artikel yang menyerang pribadi Watchman Nee. Ia
  sempat mengalami depresi, namun dukungan teman-teman setianya dan
  pertolongan Roh Kudus membuat ia bangkit kembali.   
  Bersama rekan-rekannya, ia lalu mencurahkan waktu untuk merintis 
  jemaat lokal. Pada tahun 1937, ia diundang untuk memberitakan Injil 
  di Manila.

  Pada saat yang bersamaan, Jepang mulai menduduki Cina. Bersama 
  istrinya, Watchman Nee bergegas menuju Hong Kong, yang merupakan 
  lokasi tempat tinggal orang tua Watchman Nee. Di Hong Kong, ia 
  berjumpa dengan rekan-rekan misionaris yang memintanya datang lagi 
  ke Inggris. Selama empat bulan di Inggris, ia memberikan pelayanan 
  pengajaran dan penulisan buku-buku rohani. Ia kembali mengalami 
  dukacita saat menerima surat dari istrinya, yang memberitahukan 
  bahwa kandungannya mengalami keguguran. Ia ingin segera kembali ke 
  Cina, namun perang Sino-Jepang memaksanya tinggal lebih lama.

  Tahun 1941, Jepang kembali melancarkan serangan hebat terhadap kota 
  Shanghai. Gereja di Shanghai mengalami kondisi yang buruk saat 
  Jepang akan menyerang Hong Kong, Watchman Nee menerima kabar 
  kematian ayahnya dan kembali ke Hong Kong untuk mengatur upacara 
  pemakaman ayahnya. Saat kembali ke Shanghai, ia mengalami krisis 
  keuangan yang sangat parah, namun Tuhan senantiasa menolongnya. 
  Watchman Nee menerima bantuan dari sumber-sumber yang tidak terduga. 
  Sebagian bantuan berasal dari orang-orang Kristen di Inggris.

  Saudara Watchman Nee, George, memintanya untuk menjadi mitra dalam 
  mendirikan pabrik farmasi. Awal tahun 1942, pabrik tersebut pun 
  didirikan. Banyak rekan kerja Watchman Nee yang bekerja paruh waktu 
  di pabrik tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pelayanan 
  mereka. Keputusan Watchman Nee untuk bertindak seperti Rasul Paulus 
  yang melayani dan bekerja sendiri, membuat rekan-rekannya yang 
  berpikiran sempit melarangnya untuk berkhotbah di gereja. Ia 
  kemudian memindahkan pabriknya ke Chungking. Di sana, ia membuka 
  pelatihan bagi hamba-hamba Tuhan yang berasal dari kaum awam. 
  Bisnisnya amat berhasil, tetapi Watchman Nee tetap meluangkan waktu 
  menjadi penginjil keliling. Atas usaha Witness Lee, para penatua di 
  Shanghai sadar akan kelakuan mereka yang tidak terpuji terhadap 
  Watchman Nee. Mereka kemudian mengundang Watchman Nee untuk memimpin 
  sebuah konferensi Alkitab di Hardoon Road. Lebih dari 1.500 orang 
  hadir untuk mendengarkan gembala mereka menyampaikan firman Tuhan.

  Tanggal 31 Januari 1949, Tentara Pembebasan Rakyat pimpinan Mao Tse
  Tung memasuki Beijing. Ini adalah langkah awal berkuasanya kaum
  Komunis di Cina. Setelah Komunis berkuasa, Chou En-Lai yang menjabat
  sebagai perdana menteri, mengumpulkan para pemimpin gereja dan
  menerbitkan "Christian Manifesto for the Protestant Churches" yang
  berisi prinsip-prinsip gerakan kekristenan baru. Sejak saat itu,
  gereja mulai terikat akan peraturan-peraturan Komunisme.

  21 April 1951, ribuan cendekiawan Shanghai mulai ditangkap. Pada 
  tanggal 10 April 1952, giliran Watchman Nee yang ditangkap. Ia 
  dituduh melanggar dan menentang "Tiga Gerakan Reformasi Diri Gereja 
  Kristen". Ia mulai mengalami aniaya yang berat, sementara itu 
  istrinya mengalami tekanan batin dan nyaris mengalami kebutaan 
  akibat penyakit darah tinggi yang dideritanya. Ia menjalani 
  perawatan dan berada di bawah pengawasan polisi. Watchman Nee sudah 
  menjalani hukuman selama lima belas tahun, namun masih ditambah lima 
  tahun lagi. Charity Chang, istrinya telah dibebaskan dengan kondisi 
  kesehatan yang buruk dan menanti kepulangan suaminya di Shanghai. 
  Namun hanya enam bulan menjelang tanggal pembebasan suaminya, ia 
  terjatuh dan mengalami luka-luka parah yang mengakibatkan ia 
  meninggal dunia. Ini membuat duka yang mendalam bagi Watchman Nee. 
  Selama berada di penjara, ia ditugaskan menerjemahkan buku-buku ilmu 
  pengetahuan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Cina.

  Tanggal 12 April 1972, Watchman Nee menyelesaikan masa hukumannya,
  tetapi ia masih belum dibebaskan. Akhirnya, pada tanggal 1 Juni
  1972, Watchman Nee meninggal dunia dalam penderitaan dan kesendirian
  karena mengalami sakit jantung yang kronis ditambah dengan siksaan
  yang ia alami. Kemudian, jazadnya pun dikremasi. Saudara perempuan
  istrinya yang tertua menerima kabar kematiannya dan meminta abu
  jenazah Watchman Nee dikuburkan bersama dengan istrinya di Kwanchao,
  kota Haining di provinsi Chekiang.

  Watchman Nee telah tiada. Ia kini berada di surga dengan Allah Bapa
  dan mengalami sukacita kekal. Selama pelayanannya, diperkirakan ada
  kurang lebih empat ratus gereja lokal yang dirintis dan didirikan
  olehnya. Lebih dari tiga puluh gereja lokal berdiri melalui
  pelayanannya di Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, dan
  Indonesia. Hari ini Tuhan berkarya melalui gereja-gereja tersebut
  dan berkembang menjadi lebih dari 2300 gereja di seluruh dunia.

  Daftar Pustaka:
  1. Kesaksian Watchman Nee. Bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Kwang
     Hsi Weigh, Yayasan Perpustakaan InjiI, Surabaya 1974.
  2. Watchman Nee Hamba Tuhan Yang Menderita, Adonai Publishing, 2000.
  3. www.Watchmannee.org/life-ministry.html

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul majalah: Cahaya Buana, Edisi 93, Tahun 2003
  Judul asli artikel: Watchman Nee
  Penulis: Tidak Dicantumkan
  Penerbit: Komisi Literatur GKT III, Malang 2003
  Halaman: 11 -- 13

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

NORTH INDIA CHRISTIAN MISSION (NICM)
==>    http://www.nicmission.org/
  NICM adalah organisasi nonprofit yang berpusat di Negara Bagian 
  Indiana, Amerika Serikat. Organisasi ini telah melayani dan 
  membagikan cinta kasih Allah kepada ribuan orang di India Utara 
  dengan menyediakan sekolah, kursus-kursus, pelatihan, klinik medis, 
  klinik keliling, pusat kesehatan masyarakat, serta pembangunan 
  gereja. Target jangkauan mereka adalah para tunawisma, korban 
  bencana alam, dan kaum miskin. NICM bekerja sama dengan sejumlah 
  organisasi dalam melayani orang-orang di India Utara, di antaranya 
  adalah dengan GNPI USA. Bersama, mereka memproduksi bahan-bahan 
  audiovisual untuk daerah-daerah terpencil di India Utara. 
  Fasilitas-fasilitas yang didirikan untuk tujuan penginjilan pun 
  bisa dikatakan berhasil. Sebut saja Cambridge Christian School. 
  Sekolah dasar yang didirikan pada 2004 ini telah memiliki dua ratus 
  pelajar. Namun, banyak yang masih mereka butuhkan untuk kesuksesan 
  penginjilan di sana, di antaranya adalah literatur-literatur Kristen 
  dalam bahasa Punjabi -- bahasa setempat yang digunakan di sana. Cari 
  tahu apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu dan mendoakan 
  pelayanan NICM dengan mengunjungi situsnya.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

I N T E R N A S I O N A L
  Tom Dudenhofer dari ASM (Audio Scripture Ministries) mengatakan
  bahwa mereka sangat membutuhkan orang-orang yang kompeten dalam
  bidang media teknologi, yang memiliki visi dan misi. "Kami
  benar-benar memerlukan tenaga-tenaga teknis yang mengasihi Tuhan dan
  suka menolong sesama, yang bersedia bepergian dan tertarik untuk
  menyalurkan apa yang mereka ketahui tentang komputer dan audio
  digital. Ada banyak orang percaya di seluruh dunia yang membutuhkan
  peralatan ini untuk menyediakan firman Tuhan dalam bentuk audio bagi
  orang-orang yang tidak dapat membaca."

  Begini situasinya: "Ada tim-tim nasional di Peru, di seluruh wilayah 
  negara tersebut, yang berusaha menggunakan alat-alat media untuk 
  menyediakan Alkitab dalam bentuk audio dan bahkan video. Mereka 
  hanya membutuhkan seseorang untuk membantu mereka atau memberi 
  mereka sedikit pengarahan." Dengan kata lain, seorang sukarelawan 
  akan membantu memandu tim yang ada di sana tentang bagaimana 
  menggunakan peralatan yang ada, bagaimana memproses suara yang 
  mereka rekam, dan bagaimana memecahkan masalah yang muncul pada 
  beberapa peralatan yang ada.

  Dudenhofer mengemukakan bahwa para relawan harus mampu menjelaskan
  mengenai pengaturan alat yang ada dalam waktu yang singkat. Masalah
  bahasa tidak perlu dikuatirkan. Jasa para penerjemah bisa
  didapatkan dengan mudah untuk pelayanan seperti ini.

  ASM telah mendapat permintaan akan relawan teknis yang terus
  berdatangan dari Peru, Pilipina, dan Mozambik. "Mereka sudah
  memiliki strategi, mereka sudah tahu apa yang akan mereka lakukan.
  Kami akan selalu ada untuk membantu mereka mewujudkan kerinduan yang
  Tuhan sudah tanamkan di hati mereka."

  Ditanya mengenai apa yang akan terjadi dengan pelayanannya jika tak
  ada relawan yang datang pada saat yang dibutuhkan, Dudenhofer hanya
  berkata, "Pelayanan akan secara perlahan mandek. Kami melakukan yang
  terbaik yang dapat kami lakukan, kami bukanlah organisasi yang
  besar. Tapi kami percaya pada Tuhan. Kami tahu bahwa Tuhan akan
  menolong pada saat yang tepat dan kami tahu bahwa ada orang-orang
  yang telah Tuhan persiapkan untuk membantu mencukupi kebutuhan
  kami." (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari: Mission News Network, April 2008
  Alamat URL: http://www.mnnonline.org/article/11044
  Pokok doa:
  * Doakan Tom Dudenhofer beserta tim ASM yang saat ini sedang
    bergumul mencari staf baru di bidang teknologi media. Kiranya
    Tuhan mengirimkan hamba-Nya yang siap bekerja melayani di
    ladang-Nya ini.
  * Berdoa untuk tim ASM yang sedang berupaya menjangkau lebih banyak
    orang bagi Allah melalui media teknologi, baik melalui audio
    maupun video. Kiranya Tuhan memberkati pelayanan mereka.

P A P U A  N U G I N I
  Keluarga Smith, pasangan misionaris dari The New Tribes Mission,
  melayani suku Diningat di Papua Nugini. Pada suatu malam, dalam
  sebuah pertemuan dengan orang-orang dari suku tersebut, hujan mulai
  turun. Orang-orang dari suku Diningat berkata bahwa orang-orang dari
  suku lainlah yang telah membuat hujan turun untuk mengacaukan
  pertemuan mereka. Karena merasa kecewa dengan pernyataan tersebut,
  pasangan Smith bertanya kepada suku Diningat mengenai siapa yang
  mereka pikir telah membuat hujan turun. Suku itu menjawab bahwa
  Tuhanlah yang telah membuat hujan.

  Sedikit membingungkan, bagaimana mereka dapat menjawab dua 
  pertanyaan yang mirip tapi menjawabnya dengan jawaban yang berbeda. 
  Pasangan Smith bertanya kembali kepada mereka apakah seseorang telah 
  membuat hujan turun.

  Lagi-lagi, suku itu menjawab, "Ya, seseorang dari desa tetanggalah
  yang telah melakukannya."

  Smith kemudian bertanya kepada mereka mengenai siapakah pemilik dan
  penguasa segala hal, dan mereka menjawab, "Tuhan." Akan tetapi,
  ketika Smith bertanya apakah mereka berpikir bahwa manusia dapat
  mengendalikan cuaca, mereka menjawab, "Tidak! Itu tidak benar!"

  Kemudian, pasangan Smith mengetahui bahwa suku Diningat sengaja 
  memberikan jawaban yang berbeda. "Mereka melakukannya untuk membuat 
  kita menyala-nyala dan mengajar dengan lebih berapi-api! Ha! Saya 
  rasa itulah cara mereka mempermainkan anjuran setan," tulis Smith.

  NTM meminta agar Anda berdoa supaya keinginan suku Diningat untuk
  mengenal Tuhan lebih jauh itu terus berkelanjutan. Berdoalah agar
  mereka tetap mau "bersendau-gurau" dan mendengarkan Injil dengan
  sungguh-sungguh. (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari: Mission News Network, April 2008
  Alamat URL: http://www.mnnonline.org/article/11003
  Pokok doa:
  * Doakan Pasangan Smith yang sedang melayani di Papua Nugini, agar
    Tuhan memberi hikmat dan pencerahan kepada mereka sehingga
    mereka dapat melayani penduduk sekitar dengan hati yang penuh
    dengan belas kasih.
  * Berdoa agar Tuhan mengirim lebih banyak lagi utusan Injil ke
    Papua Nugini, mengingat masih banyak suku-suku yang belum
    terjangkau oleh Injil di sana.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

      KERJA SAMA PARTNERS INTERNASIONAL DENGAN PENGINJIL INDONESIA

  W, demikian kami memanggilnya, tahu bahwa pulau-pulau terpencil di 
  Indonesia memiliki sedikit sekali akses untuk pengabaran Injil. Dia 
  terbeban untuk membantu orang-orang yang berjuang dalam kemiskinan 
  dan memberi bantuan ke beberapa desa.

  Pada awal pelayanannya, ia diterima dengan sikap permusuhan dan W
  sering mendapat ancaman dari para pemimpin agama setempat. Akan
  tetapi, penduduk desa menginginkan bantuannya dan beberapa orang
  ingin mendengar apa yang dia katakan. Inilah waktunya untuk
  mempersiapkan tanah, bukan waktu untuk menanam atau menuai.

  Keadaan berubah setelah terjadi Tsunami di wilayah itu. Karena 
  pengiriman bantuan untuk pulau terpencil sedikit terlambat, maka 
  mereka menjerit kepada W. Jeritan kebutuhan mereka membuat W tak 
  berdaya. Namun, kesaksian atas kesetiaan dan cintanya membuka banyak 
  kesempatan baginya untuk mewartakakan Injil. Puji Tuhan, ada yang 
  memberi tanggapan atas panggilan keselamatan.

  Lalu muncullah tantangan. W berkata, "Aku berdoa, `Siapa yang akan
  memimpin mereka, Tuhan?` Tuhan menjawab: `Kamu harus melatih dan
  mengutus.` Kemudian saya mengadakan seminar dan saya memohon kepada
  Tuhan, `Mampukan aku untuk berkotbah dan buatlah supaya ribuan
  orang boleh mendengar Injil.` Karena banyak orang yang lapar akan
  Tuhan, tapi belum ada kesempatan bagi mereka. Tuhan menjawab doaku
  melalui radio."

  Partners International memperkuat pelayanan W dengan membantunya
  melatih dan mengutus perintis gereja masuk ke kelompok masyarakat
  yang belum terjangkau. Para utusan itu memeroleh kepercayaan dengan
  hidup ber"inkarnasi" dalam komunitas tak terjangkau ini dengan
  memulai proyek holistik untuk membantu mencukupi kebutuhan primer
  yang mendesak, seperti air bersih, obat-obatan, dan gedung
  sekolah. Dan pada akhirnya, membuka gereja yang sesuai dengan budaya
  setempat.

  Sekalipun sekarang mereka memiliki identitas Kristen dan menjadi
  orang yang benar-benar percaya, namun memuridkan mereka di
  tengah-tengah daerah yang beragama mayoritas, memerlukan perjuangan
  yang berat. "Mereka semua membenci tetangganya. Mereka berkata,
  `Mereka jahat! Mereka sering menyiksa kami!` Saya menjawab, `Jangan
  membenci mereka, kamu harus mengasihi mereka.` `Bagaimana kami bisa
  mengasihi mereka?` Lalu dengan Alkitab, kami memberi tahu mereka apa
  yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya, yaitu `Jadilah terang di
  tengah kegelapan.`"

  Selama orang Kristen memiliki iman yang semakin berakar kuat,
  penganiayaan tidak akan menjadi penghalang untuk berkembang. Saat
  ini, ada pelayanan perintisan gereja dengan dua tujuan, yaitu untuk
  menguatkan orang-orang Kristen yang berjuang memertahankan iman di
  dalam penganiayaan yang semakin banyak; kedua, untuk menumbuhkan
  gereja di antara kaum mayoritas.

  Selain melatih, bersama para pemimpin Kristen dan sekolah Alkitab, W 
  dan timnya membuat program-program, antara lain program radio, 
  menindaklanjuti telepon pendengar, dan terus-menerus mengunjungi 
  desa-desa terpencil untuk menguatkan orang-orang percaya dan 
  mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya. (t/Setyo)

  Diterjemahkan dan disunting dari: Mission News Network, Mei 2008
  Alamat URL: http://www.mnnonline.org/article/11186
  
  Pokok Doa:

  1. Bersyukur untuk W yang taat akan panggilan Tuhan dan bersedia
     membayar harga untuk melayani di daerah terpencil yang belum
     mendengar Kristus. Kiranya Tuhan terus memberikan kekuatan
     kepadanya di tengah-tengah penolakan dan ancaman yang datang.

  2. Berdoa untuk orang-orang yang telah dimenangkan melalui
     pelayanan W. Biarlah Roh Tuhan memeteraikan Kristus dalam hati
     mereka sehingga mereka dapat dilayani bukan hanya secara jasmani,
     tapi terutama kebutuhan mereka akan kasih Kristus yang sejati.

  3. Berdoa untuk W dan timnya, khususnya untuk perintisan gereja dan
     program pemuridan bagi para petobat baru. Biarlah mereka dapat
     semakin bertumbuh dewasa dalam Kristus.

  4. Bersyukur karena Patners Internasional telah berupaya memberikan
     bantuan dan dukungan terhadap pelayanan ladang misi di Indonesia.
     Doakan agar Tuhan memakai mereka semakin luar biasa.

  5. Doakan setiap orang percaya yang sedang dimuridkan W, agar mereka
     memiliki pemahaman dan pengajaran Kristus yang kuat sehingga
     mereka dapat menjadi saksi bagi masyarakat sekitar yang belum
     percaya dan yang perlu dimuridkan.

  6. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau, di
     mana sebagian besar yang tinggal di wilayah terpencil belum
     mendengar Kabar baik. Mari berdoa agar Tuhan mengirim lebih
     banyak pekerja bagi wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh
     Injil.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org