|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/misi/2010/33 |
|
e-JEMMi edisi No. 33 Vol. 13/2010 (18-8-2010)
|
|
______________________________ e-JEMMi _____________________________
(Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI
EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Aspek-Aspek Komunikasi Lintas Budaya (2)
SUMBER MISI: Asian Access
DOA BAGI MISI DUNIA: Pakistan, Ukraina
DOA BAGI INDONESIA: Dirgahayu Indonesia Ke-65
______________________________________________________________________
NO MAN HAS A RIGHT TO DO WHAT HE PLEASES,
EXCEPT WHEN HE PLEASES TO DO RIGHT
______________________________________________________________________
EDITORIAL
Shalom,
Artikel Misi edisi kali ini adalah lanjutan dari artikel misi edisi
lalu yang bertemakan aspek-aspek komunikasi lintas budaya. Kiranya
apa yang dipaparkan dalam artikel tersebut dapat menambah wawasan
para pembaca, khususnya mereka sedang bergumul dalam misi lintas
budaya. Selamat menikmati suguhan edisi kali ini. Tuhan memberkati.
Redaksi tamu e-JEMMi,
Wilfrid Johansen
http://misi.sabda.org
http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI
ASPEK-ASPEK KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA (2)
Keputusan yang Tidak Mudah Diambil
Banyak gereja merencanakan kegiatan sepanjang hari pada Hari
Kemerdekaan atau pada hari-hari libur lainnya. Oleh karena itu,
khususnya pada Hari Kemerdekaan, orang-orang Kristen tidak hadir
dalam kegiatan-kegiatan yang penting di tengah-tengah masyarakat.
Banyak orang Kristen berpendapat bahwa bergabung bersama
saudara-saudara seiman dan melakukan kegiatan-kegiatan di gereja
pada hari libur lebih penting daripada ikut berpartisipasi bersama
para tetangga dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lingkungan
setempat. Mereka tidak mau mengecewakan saudara-saudara seimannya di
gereja. Akibatnya, orang Kristen dianggap tidak tertarik kepada
lingkungan dan tetangganya atau mereka tidak berjiwa nasionalis.
Karena hari-hari libur umumnya merupakan waktu untuk menjalin
hubungan sosial bersama para tetangga, orang-orang Kristen dianggap
tidak tertarik untuk menjalin ikatan ketetanggaan yang akrab. Jadi
hilanglah kesempatan untuk menjadi garam!
Orang-orang Kristen banyak yang tidak menghargai pentingnya
berpartisipasi dalam lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Maka
dari itu mereka dianggap tidak ramah atau bahkan dianggap anti
sosial. Teman-teman kita, sebaliknya, memberikan kesan bahwa mereka
lebih memerhatikan lingkungannya dan orang-orang di sekitarnya.
Kebanyakan kegiatan diawali dengan doa dalam bahasa Arab.
Ketidakhadiran orang Kristen hanya meneguhkan pemikiran yang salah
bahwa Yesus bukan untuk mereka. Ada juga hari-hari yang digunakan
untuk kerja bakti. Kegiatan-kegiatan itu sering jatuh pada hari
Minggu pagi. Apakah mereka sengaja membuatnya bertepatan dengan
waktu kebaktian gereja? Tidak selalu. Hal itu hanya disebabkan
karena hari Minggu adalah satu-satunya hari libur bagi kebanyakan
orang Indonesia. Itu merupakan hari bagi sebagian besar orang
Indonesia melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama.
Tidakkah lebih baik absen satu kali di gereja sekalipun pada
kebaktian Minggu pagi demi menjangkau orang-orang yang tersesat,
sesuatu yang diperintahkan dalam firman Allah? Ini mungkin
kedengarannya radikal, tetapi mengapa jadwal kebaktian Minggu pagi
dan jadwal kegiatan-kegiatan lainnya tidak diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan orang-orang Kristen berpartisipasi dalam
kegiatan lingkungannya demi menjangkau orang-orang itu yang
tersesat? Yesus sering bertindak berlawanan dengan tradisi agama
supaya dapat meluangkan waktu bersama orang-orang yang tersesat
(Matius 9:9-13). Memang tidak mudah untuk mengambil keputusan
seperti itu. Jika kita ingin berhasil dalam memenuhi panggilan
Allah, yaitu menjalin hubungan yang penuh perhatian dengan
orang-orang yang masih tersesat, maka kita harus membatasi waktu
yang kita pakai untuk melakukan hal-hal lainnya. Kita memang
diperintahkan untuk tidak meninggalkan pertemuan dengan orang-orang
percaya lainnya (Ibrani 10:25), tetapi kita juga diperintahkan untuk
memberitakan Injil kepada dunia. Kita harus melakukan kedua-duanya.
Karena itu kita perlu meminta kepada Allah agar Ia memberi tuntunan.
Kasih Berarti Mengatakan "Tidak" Kepada Diri Sendiri
Paulus dengan jelas mengajar kita bahwa kita harus melakukan apa
saja yang diperlukan untuk memenangkan orang yang tersesat
(1 Korintus 9:22). Jika sebaiknya kita tidak makan daging, maka kita
harus rela melakukannya (1 Korintus 8:9-13). Kasihlah yang menjadi
alasannya (1 Korintus 13). Karena Paulus merujuk pada daging,
marilah kita berbicara tentang daging babi/anjing. Makan daging
babi/anjing sangat menjijikkan bagi orang lain. Daging babi/anjing
dianggap makanan haram. Anjing sebagai binatang peliharaan tidak
dapat disetujui oleh sebagian tetangga yang beragama lain, walau
sebagian lainnya tidak keberatan. Tidak ada dari mereka yang mau
dijilat oleh anjing. Orang Kristen yang hendak menjalin hubungan
dengan mereka harus memerhatikan masalah itu. Jika Paulus mengatakan
bahwa lebih baik tidak makan daging sama sekali daripada menimbulkan
pertentangan, tidakkah kita seharusnya mempertimbangkan untuk tidak
makan daging babi dan tidak memelihara anjing? Jika hal itu terlalu
memberatkan Anda, bagaimana kalau Anda tidak makan daging babi bila
sedang berada dekat teman-teman Anda, dan menyembunyikan anjing Anda
di suatu tempat sehingga mereka tidak merasa jijik?
Beberapa tahun yang lalu, sebuah kelompok jemaat melakukan
pendekatan terhadap satu kelompok pemuda dari kelompok etnis lain.
Orang-orang ini cukup terbuka kepada Injil sebagai hasil kesaksian
seorang pendeta awam yang berasal dari kelompok etnis yang sama.
Gereja itu merencanakan suatu kegiatan pada hari libur dan mereka
mengundang kelompok pemuda ini. Kaum wanita di gereja itu telah
mempersiapkan makanan. Segala sesuatu berjalan dengan baik sampai
mereka duduk untuk makan. Pada saat itulah mereka mengetahui bahwa
daging yang dipersiapkan untuk mereka adalah daging babi. Mereka
tidak memakannya. Sejak itu mereka tidak pernah lagi berhubungan
dengan gereja itu. Hilanglah segala kesempatan untuk bersaksi lebih
jauh lagi. Ada satu gereja di daerah kami yang ditutup oleh
pemerintah karena keluhan dari tetangga-tetangganya. Saya tahu, ada
gereja-gereja yang ditutup atau tidak diberi izin walaupun tidak
melakukan apa-apa yang menyinggung tetangga-tetangga mereka. Tetapi
dalam perkara ini gereja tersebut telah memanggang daging babi di
luar gedung gereja mereka. Reaksi para tetangga menunjukkan betapa
hal itu menimbulkan syak di hati mereka. Tidakkah lebih baik bagi
gereja tersebut untuk tidak melakukan kegiatan itu? Karena kesalahan
itu, tidak ada lagi gereja di daerah tersebut.
Mungkin orang-orang Kristen akan bertanya, "Apakah kita tidak berhak
makan daging babi di gedung milik gereja kita jika kita mau?" Tentu
saja kita berhak. Tetapi hukum kasih lebih tinggi daripada hak kita.
Yesus, sebagai contoh, memiliki hak yang tinggi, tetapi Dia tidak
mempertahankannya (Filipi 2:6). Kasih mendorong Yesus untuk tidak
memakai hak itu. Ia bertindak demikian demi kita. Kita pun harus
melakukan hal yang sama demi memenangkan teman-teman kita.
Penyesuaian lain yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana kita
berpakaian, khususnya wanita. Saya tidak menganjurkan wanita Kristen
memakai penutup kepala walaupun di beberapa tempat di Indonesia ada
yang memakainya. Tetapi wanita-wanita Kristen hendaknya tidak
memakai rok mini, baju ketat, atau pakaian-pakaian lain yang tidak
sopan. Bagi tetangga-tetangga kita, hal itu seperti mengiklankan
kerendahan moral kita. Dapatkah Anda membayangkan apa yang mereka
pikirkan ketika melihat wanita yang memakai rok mini pergi
ke kebaktian Kristen? Mereka berpikir bahwa orang Kristen tidak
memerhatikan moral. Mode telah menjadi lebih penting daripada
pendapat umum. Jika kita memberi kesan yang tidak pantas melalui
pakaian kita, bagaimana mungkin kita dapat berbicara kepada mereka
tentang Allah yang kudus?
Hal lain yang layak dipertanyakan apakah laki-laki perlu memakai
dasi ke gereja? Mengapa orang yang memimpin kebaktian harus memakai
dasi dan jas? Mengapa laki-laki diharapkan memakai pakaian barat ke
gereja? Khususnya pendeta! Di banyak gereja, memakai kemeja batik
dapat diterima. Bagaimana kalau laki-laki memakai sarung dan peci?
Di banyak tempat, sarung dan peci adalah pakaian Indonesia. Hal-hal
seperti itu memerlukan kebijaksanaan. Seorang Kristen memakai sarung
dan peci pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri. Teman-teman
menganggap perbuatan itu sangat menghormati mereka. Di daerah lain,
seorang Indonesia, apalagi orang barat, yang dikenal sebagai orang
Kristen mungkin sama sekali dilarang memakai peci. Karena itu,
kenalilah para tetangga Anda dan temukan sendiri apa yang dapat
diterima oleh mereka. Isu-isu yang berhubungan dengan apa yang halal
dan apa yang haram juga berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang
lain. Sulit untuk memberi penuntun yang jelas. Setiap orang percaya
harus bersikap hati-hati. Hindarilah kesan-kesan negatif. Perhatikan
tetangga-tetangga Anda untuk mengetahui apa yang mereka lakukan dan
mengapa. Kita harus aktif berbicara kepada mereka untuk mengetahui
bagaimana gaya hidup kita memengaruhi mereka.
Menghindari Pertentangan
Bukan rahasia lagi, kekristenan dan Islam sudah sejak dahulu
bertentangan. Orang-orang Islam dan orang-orang Kristen saling
menyerang, saling menganiaya, dan saling membunuh. Tidak ada gunanya
di sini untuk menentukan pihak mana yang lebih banyak menyerang,
atau pihak mana yang orang-orangnya paling banyak mati syahid. Yang
nyata pertentangan itu terus berkepanjangan dan sulit diatasi. Hal
itu terasa ketika kita menyadari bahwa mereka perlu mendengar Injil.
Saya hendak memaparkan dua hal lainnya yang harus dihindari.
Pertama, hindarilah perkataan yang menentang nabi mereka. Kita
percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Manusia sempurna
yang pernah hidup. Al-Qur`an sendiri meneguhkan bahwa Yesus tidak
pernah berdosa (QS 19:19). Nabi mereka adalah manusia biasa.
Al-Qur`an memberi kesan bahwa dia berdosa (QS 47:19). Hal ini sesuai
dengan kebenaran Alkitab bahwa tidak ada seorang pun kecuali Yesus
yang tidak berdosa (Ibrani 4:15 dan Roma 3:23). Walaupun demikian,
sedikit sekali manfaatnya bila kita meninggikan Kristus tetapi
merendahkan nabi mereka. Kehidupan Kristus tidak bercela. Dia akan
dimuliakan sekarang dan selamanya. Akan lebih bermanfaat kalau kita
menunjukkan hormat kepada pendiri agama itu. Bukankah orang-orang
Kristen tidak berharap akan diserang oleh kelompok mayoritas? Kita
pun hendaknya tidak menyerang mereka.
Kritik terhadap nabi lain biasanya menimbulkan kemarahan. Kalau
seseorang menjadi marah, maka mereka tidak dapat berpikir jernih.
Mereka tidak akan bersikap terbuka terhadap cara baru untuk
mempertimbangkan pendapat-pendapat. Apakah benar bila kita mengakui
nabi mereka sebagai nabi bagi suku-suku Arab? Dia diutus untuk
menyampaikan pesan. Dia memanggil mereka dari kekafiran untuk
percaya kepada Allah Pencipta. Dia berusaha membela hak orang yang
miskin dan tertindas. Dia juga mengerti banyak mengenai Mesias. Pada
kenyataannya, dia menyebut Isa Almasih, yaitu Yesus Kristus, sebagai
yang paling ditinggikan di dunia ini dan yang akan datang (QS 3:45).
Saya menganggap itu sebagai peranan seorang nabi. Mengingat hal itu,
orang Kristen seharusnya tidak merendahkan nabi itu. Isi Al-Qur`an
itu sendiri sering dipakai oleh Allah untuk mengarahkan orang-orang
agar mereka percaya kepada Kristus. Karena itu, kita juga boleh
menyebut nabi mereka sebagai nabi yang dipakai Allah.
Kedua, Al-Qur`an adalah buku yang dikritik oleh orang-orang Kristen.
Orang Kristen tidak menganggap Al-Qur`an diwahyukan Allah. Sekali
lagi, sama seperti halnya menyerang nabi mereka bukan merupakan hal
yang produktif, demikian pula tidak efektif bila kita menyerang
Al-Qur`an. Entah mereka membaca Al-Qur`an atau tidak, tetapi mereka
bergantung kepadanya secara emosional sebagai bagian hakiki dari
imannya. Usaha-usaha orang Kristen untuk mengubah pandangan mereka
mengenai Al-Qur`an hanya akan lebih mengobarkan peperangan yang
sudah sejak lama terjadi. Lebih berguna kalau kita memakai
titik-titik persamaan antara Alkitab dan Al-Qur`an sebagai jembatan
bagi mereka. Paulus "gusar" ketika menyadari adanya praktik-praktik
dan kepercayaan yang salah di Athena (Kisah Para Rasul 17:16). Namun
dia memakai prasasti dari salah satu altar kafir itu untuk
memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 17:23). Demikian pula, kalau
kita mengarahkan mereka pada kesamaan-kesamaan Al-Qur`an dan
Alkitab, itu bukan berarti kita sepenuhnya menerima Al-Qur`an
sebagai firman Allah. Titik-titik persamaan itu dapat menekankan
kebenaran Allah yang tertera di dalam Alkitab.
Hiasan-Hiasan Kristen
Masalah lain yang harus dihindari berhubungan dengan apa yang sangat
disayangi oleh setiap orang Kristen: salib Kristus. Salib merupakan
batu sandungan bagi teman-teman kita, walaupun itu merupakan lambang
keselamatan bagi orang Kristen (1 Korintus 1:23-24). Sayang sekali,
bagi mereka, salib telah menjadi simbol orang kafir sejak zaman
Perang Salib. Tentara-tentara Kristen dalam Perang Salib menghiasi
perisai mereka dengan salib sementara mereka membantai desa-desa
Islam. Kalau orang-orang Kristen memakai kalung salib atau
menggantungkan salib di dinding rumah mereka, secara otomatis mereka
menyebabkan banyak dari mereka merasa syak. Di sinilah kita harus
hati-hati. Kenyataan tentang salib, yaitu bahwa Yesus telah datang
ke dunia dan mati, akan selalu sulit untuk diterima oleh orang-orang
yang belum percaya. Itu merupakan batu sandungan. Tetapi itu
merupakan inti Injil dan tidak boleh dipudarkan dengan cara apa pun.
Sayang sekali, lambang salib telah dimuati dengan kesan-kesan
negatif dan dipandang sebagai bagian dari kebudayaan Kristen Barat
yang mereka tolak. Sering kali [hiasan salib] menjadi penghalang
komunikasi antara orang Islam dan orang Kristen. Kenyataan bahwa
Yesus sudah mati di kayu salib itulah yang harus kita pegang
erat-erat, bukan kalung salib atau hak untuk menghiasi rumah kita
dengan cara yang menyenangkan diri kita sendiri.
Jika kalung salib atau penjepit dasi berbentuk salib yang kita pakai
menghalangi kita untuk didekati oleh tetangga kita, kita seharusnya
tidak memakainya. Jika salib yang tergantung di dinding rumah kita
menghalangi mereka mengunjungi rumah kita, kita harus
memindahkannya. Pasti ada cara lain yang lebih tepat untuk
menyatakan diri sebagai pengikut Kristus daripada dengan menunjukkan
salib. Misalnya, cara yang lebih baik untuk menunjukkan bahwa Anda
pengikut Yesus adalah dengan mengasihi tetangga kita. Jika lambang
salib membuat syak teman-teman kita, jika hal itu menutup kesempatan
bagi mereka untuk mendengar Injil, maka kita perlu membuat
perubahan. Hal lain yang mungkin juga tidak berkenan ialah gambar
tangan yang sedang berdoa, Yesus yang rambut-Nya pirang dan yang
mata-Nya biru, yang sedang membawa anak domba; gambar-gambar Kristen
Barat tradisional lainnya juga mungkin menimbulkan akibat yang sama.
Haruskah kita malu menjadi orang Kristen? Tentu saja tidak. Namun
kita harus ingat bahwa hiasan-hiasan Kristen di rumah kita dapat
menjadi penghalang bagi teman-teman kita.
Sebutan
Kita harus hidup dengan memerhatikan masalah-masalah itu. Kita harus
terus bertumbuh menjadi semakin peka terhadap tetangga-tetangga
kita. Seorang yang tersinggung tidak akan mendengarkan kita. Bahkan
istilah "Kristen" sudah mengandung arti negatif sehingga sering
tidak produktif bagi kita untuk menyebut diri "orang Kristen" kepada
mereka. Orang-orang percaya mula-mula disebut sebagai
pengikut-pengikut Kristus atau pengikut Jalan Tuhan (Kisah Para
Rasul 9:2). Kata "Kristen" ditemukan tiga kali di dalam Alkitab
(Kisah Para Rasul 11:26, 26:28 dan 1 Petrus 4:16). Istilah itu
semula dianggap sebagai penghinaan, tetapi istilah itu sekarang
sudah menjadi lambang kehormatan bagi orang-orang yang menerima
Kristus sebagai Tuhan. Namun, sebagaimana sudah disebutkan
sebelumnya, istilah itu mengingatkan mereka akan kekejaman tentara
Kristen dalam Perang Salib -- peperangan antara denominasi gereja,
atau boleh dikatakan antara partai politik barat.
Kalau ditanya, penulis lebih suka memperkenalkan diri sebagai
"pengikut Isa Almasih". Sebutan itu biasanya akan menimbulkan
beberapa pertanyaan yang dapat menjadi titik tolak pembicaraan
tentang Kabar Baik. Hal itu dinilai positif sebab Isa adalah nama
Islam untuk Yesus. Pada suatu kesempatan, ketika ditanya apa artinya
menjadi pengikut Isa, saya dapat memberitakan seluruh Injil kepada
mereka. Sebutan lain yang positif adalah "Nasrani". Ini juga
merupakan istilah yang artinya orang Kristen. Istilah itu dapat
ditemukan di dalam Al-Qur`an.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Sedapat Mungkin
Judul artikel: Aspek-Aspek Komunikasi Lintas Budaya
Penulis: P. Agusman
Penerbit: Tidak dicantumkan
Halaman: 20 -- 45
______________________________________________________________________
SUMBER MISI
ASIAN ACCESS
==> http://www.asianaccess.org
Asian Access adalah sebuah organisasi penginjilan interdenominasi
yang bekerja di seluruh Asia. Fokus mereka adalah untuk
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengutus para pemimpin yang
melayani sebagai pendeta dari gereja-gereja yang sedang bertumbuh
dan berkembang. Organisasi ini pertama kali berdiri pada tahun 1967
di Jepang dengan nama Language Institute For Evangelism, dan telah
bekerja dengan lebih dari 600 gereja di seluruh Jepang. Selama
lebih dari 40 tahun, Asian Access telah menyebarkan misionaris
untuk program jangka pendek maupun jangka panjang dan bermitra
dengan para pemimpin jemaat lokal dan nasional untuk memulai dan
memperkuat gereja-gereja di Jepang.
Visi Asian Access adalah untuk melihat tumbuhnya komunitas
pemimpin-pemimpin dengan visi, karakter, dan kompetensi untuk
memimpin gereja-gereja di seluruh Asia. Sedangkan misinya adalah
untuk mengutus para pemimpin menumbuhkan gereja, melipatgandakan
para pemimpin dan jemaat, serta menyebarluaskan Injil Yesus
Kristus. Silakan kunjungi situs ini untuk mendukung pelayanan
mereka. (DIY)
______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA
P A K I S T A N
Pada bulan Juli, sebanyak 250 keluarga Kristen diperintahkan oleh
kepala desa untuk meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah
Khanewal, provinsi Punjab. Peristiwa ini terjadi setelah penduduk
Kristen keberatan dengan pelecehan seksual terhadap gadis dan
wanita-wanita Kristen. Sebagian besar pria Kristen di daerah
tersebut bekerja di ladang pemilik tanah, sedangkan sebagian besar
wanita dan gadis Kristen bekerja sebagai pelayan di rumah-rumah
keluarga non-Kristen. Dia menambahkan bahwa orang-orang Kristen yang
miskin hidup dengan kondisi yang memilukan. Pekerja-pekerja setempat
dilaporkan menggunakan posisi kekuasaannya untuk terus melecehkan
wanita-wanita Kristen. Orang-orang Kristen dulunya membangun
perkampungan itu, tetapi sekarang mereka menjadi minoritas. (tUly)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin: Body Life, Edisi Juli 2010, Volume 28, No. 7
Halaman: 4
Pokok doa:
* Doakan wanita dan gadis Kristen di Pakistan yang sering
dilecehkan. Doakan agar Tuhan membuka hati nurani para penguasa
setempat sehingga tidak membiarkan keadaan itu berkelanjutan.
* Berdoa agar Tuhan menyediakan tempat yang lebih baik kepada
keluarga-keluarga Kristen yang diusir dari tempat tinggal mereka.
U K R A I N A
Global Aid Network sedang menyiapkan pelayanan bagi orang-orang
cacat di Ukraina sebelah timur laut pada bulan September mendatang.
Sebuah tim telah dibentuk untuk membantu mereka dalam perjalanan
tersebut.
Tim misi ini akan pergi ke Sumy dan membagikan dua ratus kursi roda
kepada penderita cacat di panti asuhan, rumah sakit, dan
sekolah-sekolah. Selain itu, tim ini juga membutuhkan relawan
nonmedis lainnya untuk membagikan, mendoakan, dan melakukan
tugas-tugas administrasi ketika yang lainnya membagikan kursi-kursi
roda. Tim tersebut akan memberikan bantuan serta membagikan pesan
Injil lewat kerja sama dengan pelayanan dan gereja-gereja lokal.
Ukraina merupakan penyedia utama para misionaris, percetakan, dan
pusat pelatihan penginjilan di negara-negara yang dulunya tergabung
dalam Uni Soviet. Pada masa lalu situasi hukum di Uni soviet tidak
seramah ini. (t/Uly)
Sumber: Mission News, July 2010
[Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14424]
Pokok doa:
* Doakan agar Tuhan mengirimkan ahli-ahli terapis yang
sungguh-sungguh mengasihi Tuhan bersedia melayani orang-orang
berkebutuhan khusus di Ukraina.
* Doakan agar Tuhan memberikan perlindungan kepada tim Global Aid
Network yang sedang melayani di Ukraina. Doakan juga agar melalui
pelayanan mereka banyak orang yang bersedia menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juru Selamat pribadi mereka.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA
DIRGAHAYU INDONESIA KE-65
Sudah 65 tahun Indonesia merdeka. Kita patut bersyukur untuk
kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan bagi bangsa Indonesia. Dalam
kesempatan ini kami mengajak Anda untuk berdoa secara khusus bagi
negara dan bangsa Indonesia, karena Allah sangat mengasihi
Indonesia.
POKOK DOA:
1. Bersyukur untuk kemerdekaan yang sudah Tuhan berikan atas bangsa
Indonesia. Doakan agar Tuhan memberi kekuatan kepada bangsa
Indonesia untuk dapat mengisi dan melanjutkan perjuangan bangsa
ini untuk hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.
2. Doakan terjadi pemulihan dalam bangsa Indonesia, khususnya dari
luka-luka penjajahan supaya Tuhan bisa bekerja dengan lebih
leluasa untuk memenangkan bangsa ini bagi kemuliaan Tuhan.
3. Doakan agar Tuhan memberi kekuatan dan hikmat kepada para
pemimpin Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
memimpin bangsa Indonesia dengan baik sehingga dihormati oleh
bangsa-bangsa lain.
4. Berdoa agar Tuhan terus menunjuk orang-orang yang dikehendaki-Nya
untuk memerintah dengan takut akan Tuhan.
5. Berdoa agar Tuhan ikut campur dalam masalah-masalah yang masih
terus merongrong sehingga bangsa Indonesia kurang bisa berkembang
dengan baik, misalnya kemiskinan, kekerasan, ketidakadilan,
korupsi, narkoba dll..
6. Doakan agar masyarakat Indonesia, terkhusus umat percaya, untuk
belajar mengucapkan berkat bagi Indonesia. Kiranya sikap
kerja sama dapat terpupuk sehingga semua mau terlibat memajukan
bangsa Indonesia.
______________________________________________________________________
Anda diizinkan menyalin/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Yulia Oeniyati
Kontributor: Dewi Irma Yanti, Wilfrid Johansen
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi
Facebook MISI: http://fb.sabda.org/misi
______________________________________________________________________
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) e-JEMMi/e-MISI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |