Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/338

KISAH edisi 338 (31-7-2013)

Pertobatan Seorang Master Feng Shui

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 338,  31 Juli 2013

KISAH -- Pertobatan Seorang Master Feng Shui
Edisi 338, 31 Juli 2013

Shalom,

Feng Shui merupakan salah satu ilmu topografi yang telah membius banyak orang. 
Pasalnya, ilmu kuno Tiongkok tersebut telah berhasil meyakinkan jutaan orang 
bahwa ajaran-ajaran yang berada di dalamnya adalah benar. Tidaklah mengherankan 
apabila sampai saat ini kepercayaan tersebut tetap eksis, bahkan penganutnya 
semakin bertambah. Namun, apakah yang ada di benak Anda jika ada seorang master 
Feng Shui yang bertobat menjadi Kristen, sementara ajaran Feng Shui sangat 
bertentangan dengan ajaran Kristen? Bagi manusia, hal ini mungkin mustahil, 
tetapi tidak bagi Tuhan.

Pada edisi ini, publikasi KISAH menyajikan kisah pertobatan seorang master Feng 
Shui kondang dari Thailand. Bagaimanakah awal mula perjuangan sang master Feng 
Shui untuk mengenal Kristus? Simaklah kisahnya di bawah ini. Selamat membaca, 
Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi KISAH,
Doni K.
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                   PERTOBATAN SEORANG MASTER FENG SHUI

Saya dilahirkan dan tinggal di daerah Pemakaman Tionghoa Sukhawadee di Nong 
Khee, Thailand. Leluhur saya berimigrasi dari Tiongkok dan menetap di Provinsi 
Chonburi. Saya belajar ilmu Feng Shui dan astrologi sejak usia 7 tahun dari 
beberapa guru yang melakukan upacara spiritual di tempat pemakaman.

Saya senang memperhatikan upacara yang dilakukan oleh guru-guru Feng Shui, 
seperti berkomunikasi dengan roh-roh, mengusir roh jahat, dan berkomunikasi 
dengan roh orang mati. Sekalipun masih kecil, saya sangat tertarik dan dapat 
dengan baik menghafal metode-metode meramal dan juga berbagai prosedur upacara 
berkaitan dengan Feng Shui di tempat pemakaman. Dalam studi saya tentang ilmu 
Feng Shui, saya menemukan bahwa pengetahuan ini bukan saja berlaku bagi orang 
yang sudah mati, melainkan juga bagi yang masih hidup.

Pada usia 20 tahun, saya sudah menjadi seorang konsultan Feng Shui dan peramal 
yang cukup terkenal; klien saya termasuk politikus, pejabat tinggi negara, dan 
juga pengusaha. Bahkan, tokoh Feng Shui yang lain datang berkonsultasi pada 
saya. Upah saya lumayan mahal, dari beberapa ratus Baht hingga beberapa ribu 
Baht, tergantung tingkat kesulitannya. Saya terlibat dalam desain dan 
pembangunan beberapa pemakaman di Thailand.

Tahun 1996, saya dipekerjakan oleh Gereja Sapan Luang untuk membangun dan 
merawat tempat pemakaman milik gereja. Saya dipekerjakan sebagai kepala teknisi 
tempat pemakaman dan saya masih meneruskan bisnis konsultan Feng Shui saya.

Namun, setiap kali saya bekerja di tempat pemakaman Kristen, saya tidak bisa 
menahan diri dari bertanya-tanya, "Mengapa keluarga orang-orang Kristen, yang 
tidak pernah memakai ilmu Feng Shui untuk menguburkan orang mati, menjalani 
kehidupan yang bahagia dan baik-baik?" Sebaliknya, tempat pemakaman yang 
dibangun berdasarkan ilmu Feng Shui tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada 
keturunan mereka. Akibatnya, banyak makam leluhur yang dibongkar dan dipindahkan 
ke tempat lain untuk memperbaiki keberuntungan keturunan mereka, yang ternyata 
gagal dalam kehidupan pribadi maupun bisnis mereka.

Serangkaian pertanyaan muncul di benak saya. Mengapa keluarga orang-orang 
Kristen yang mati dan dikuburkan di pemakaman non-Feng Shui itu bahagia dan 
makmur? Dan juga upacara pemakaman mereka juga menarik: menyanyi lagu-lagu 
pujian dan khotbah, tidak begitu serius dan formal seperti non-Kristen. Mereka 
juga tidak kelihatan terlalu sedih.

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui saya. Suatu hari, saat saya melakukan 
survei ke pemakaman dan membaca tulisan-tulisan di batu nisan, saya banyak 
melihat tulisan-tulisan, "Jawab Yesus: `Akulah kebangkitan dan hidup; 
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap 
orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya`"; 
"Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan"; dan "Tuhan adalah 
gembalaku, takkan kekurangan aku." Saat membaca kalimat-kalimat itu, saya tidak 
memahami arti kata-kata itu dan saya juga tidak tahu bahwa ayat-ayat itu dari 
Alkitab.

Pertanyaan-pertanyaan itu saya simpan dalam hati. Di waktu yang bersamaan, saya 
berusaha untuk mencari kebenaran apakah ilmu Feng Shui benar-benar dapat 
memperkayakan orang. Saya mulai dengan mengamati bahwa orang-orang yang datang 
berkonsultasi ke ahli Feng Shui adalah orang-orang kaya karena tarif yang 
dipasang sangatlah tinggi (jika Feng Shui Master itu terkenal). Saya sangat 
yakin bahwa tidak ada ahli Feng Shui yang dapat memperkayakan orang karena 
mereka yang datang semuanya sudah kaya. Alasan mengapa orang kaya berkonsultasi 
ke ahli Feng Shui adalah karena mereka takut jatuh miskin atau mau menjadi lebih 
kaya lagi. Sering kali, yang berkonsultasi adalah anggota keluarga dari orang 
kaya yang telah meninggal, yang meminta untuk menggali dan memindahkan kuburan 
leluhur mereka ke tempat lain untuk mengubah keberuntungan mereka. Pertanyaan 
saya adalah mengapa meskipun orang kaya itu dikuburkan sesuai dengan prinsip-
prinsip Feng Shui, tetapi keturunan mereka tetap tidak kaya?

Dari situ, pemikiran saya juga berubah dan saya tidak lagi begitu yakin akan 
kebenaran prinsip-prinsip Feng Shui. Namun, banyak orang yang masih datang ke 
saya dan saya hanya membantu mereka untuk menyenangkan mereka. Tidak lama 
setelah itu, saya diminta untuk membantu di proyek pemakaman milik Gereja Saphan 
Luang di daerah Nakhoin Pathom. Saya kaget melihat lokasi pemakaman itu yang 
terletak di antara rel kereta api (di belakang) dan persimpangan T (di depan), 
yang menurut Feng Shui sangat tidak baik. Menurut ilmu Feng Shui, lokasi itu 
akan membawa sial dan kemiskinan pada keturunan orang yang dimakamkan di situ. 
Namun, setelah satu minggu bekerja di sana, saya melihat dari batu-batu nisan di 
situ bahwa keturunan mereka yang dimakamkan di sana merupakan orang-orang 
terkenal dan kaya di dalam masyarakat Thailand pada waktu itu.

Fakta ini membuat saya bertanya kepada beberapa ahli Feng Shui yang terkenal, 
"Mengapa ilmu Feng Shui tidak berpengaruh terhadap orang Kristen?" Kebanyakan 
dari mereka memberi tahu saya, "Karena mereka punya Tuhan!"

Saya juga punya kesempatan untuk menanyakan pada salah satu guru yang paling 
ternama di Thailand tentang mengapa orang-orang Kristen tetap baik-baik dan 
bahagia sekalipun mereka tidak memperlakukan prinsip-prinsip Feng Shui, seperti 
mencari tahu tentang hari dan waktu yang membawa keuntungan; meramal nasib 
berdasarkan bulan dan tahun lahir; atau berkonsultasi tentang Feng Shui. Guru 
ini dengan enggan memberi tahu saya, "Memiliki Tuhan mereka sudah cukup bagi 
orang-orang Kristen!"

Jawabannya membuat saya bingung dan saya berpikir, "Wah, bagaimana dengan saya? 
Bagaimana dengan semua yang telah saya pelajari dan terapkan. Bagaimana dengan 
begitu banyak waktu yang saya pakai untuk menimba pengetahuan tentang Feng Shui? 
Mana yang benar dan sejati, Feng Shui atau Kekristenan?"

Semakin saya memikirkan hal ini, semakin saya ingin mengenal Allah orang-orang 
Kristen. Namun, saya masih belum mempunyai kesempatan untuk mengenal-Nya karena 
saya tidak tahu harus bermula dari mana! Saya tidak tahu bagaimana untuk 
mengenal-Nya!

Di pertengahan tahun 2005, saya menghadapi banyak sekali tantangan dalam 
pekerjaan saya, sampai-sampai ada yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi 
saya. Namun, sekalipun saya sudah mengetahui bahwa saya akan menghadapi hal yang 
tidak beruntung pada hari itu, saya tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubah 
nasib saya atau meringankan kesialan saya.

Saat saya tertekan karena tidak dapat menuntaskan permasalahan, saya akan 
bermeditasi untuk mencari ketenangan agar dapat menemukan solusi, namun sia-sia. 
Pada waktu itu, saya diberi sebuah buku berjudul, "Kuasa kehidupan" yang berisi 
kesaksian orang-orang Kristen di Thailand dari setiap lapisan masyarakat.

Pada awalnya, saya tidak memercayai apa yang tertulis dalam buku itu. Namun, 
karena saya sudah terjepit dan tidak ada jalan ke luar, saya mulai membuka buku 
itu. Saya tiba pada kalimat yang berkata, "… jika kita tidak mengakui dosa-dosa 
kita pada Allah, apa yang akan terjadi dengan hidup kita?" Entah mengapa, tiba-
tiba saya menyadari bahwa saya adalah orang yang sangat berdosa karena telah 
melakukan banyak hal yang menjijikkan.

Saat itu juga, saya mengakui semua dosa-dosa yang telah saya lakukan dan berkata 
pada Tuhan, "Saya orang berdosa. Saya meminta kesempatan dari Engkau untuk 
menjadi orang baik dan menerima hidup yang baru." Setelah doa itu, saya merasa 
dihibur secara spiritual dan mental.

Anggota komite tempat pemakaman selalu melakukan kunjungan kerja sebulan sekali 
pada hari Sabtu ke tempat saya bertugas. Di bulan Juli tahun 2005 itu, saya 
tidak sabar menanti kunjungan mereka. Pada hari itu, entah mengapa Pendeta Wirat 
Wongsantichon menghadiahi saya sebuah Alkitab. Saya bertanya kepadanya mengapa 
ia memberi saya kado dan ia menjawab, "Saya tidak tahu!" Saat kami makan siang 
bersama, saya berkata dalam hati, "Mengapa tidak ada yang mengundang saya ke 
gereja?" Belum lama setelah itu, Penatua Tawee Suwatpanit menoleh ke saya dan 
berkata, "Preecha, Anda seharusnya datang ke gereja, setidaknya satu kali." Saya 
langsung menjawab bahwa saya akan ke gereja keesokan harinya (hari Minggu).

Pada hari Minggu itu, ditemani oleh anak saya, saya menyetir hampir 250 km (PP) 
ke gereja yang berlokasi di Bangkok. Pada hari itulah, saya pertama kalinya 
mengalami dan melihat orang-orang Kristen menyembah Allah mereka. Saya memberi 
tahu anak saya bahwa kita harus dengan kuat berpegang pada prinsip-prinsip 
Kristiani dan mengabdi pada Allah orang Kristen. Dan, kita harus berani memberi 
tahu orang lain bahwa kita adalah Kristen dan harus membaca Alkitab dengan 
teratur. Setahun kemudian, pada tahun 2006, saya membuka hati dan jiwa untuk 
memercayai dan menyerahkan seluruh kehidupan saya kepada Allah dan dibaptis. 
Istri dan anak perempuan saya juga mengikuti langkah saya tidak lama setelah 
itu. Suatu mukjizat terjadi di dalam keluarga kami. Ayah saya yang selama 20 
tahun tidak pernah tinggal serumah dengan kami, kembali dan saat itulah untuk 
pertama kalinya keluarga kami menjadi utuh. Setelah itu, saya mengikuti 
pelatihan di gereja tentang "Mengikuti Kristus", dan saya mulai memahami lebih 
dalam tentang kekristenan.

Klien-klien lama saya tetap menghubungi saya untuk membantu dalam hal Feng Shui. 
Setelah berkonsultasi dengan hamba Tuhan di gereja, saya merasa lega dan 
bersemangat untuk bertemu dengan klien saya, untuk memberi tahu mereka tentang 
Tuhan. Namun, di sisi lain, saya juga sangat khawatir jika saya berhenti menjadi 
seorang konsultan Feng Shui, bagaimana saya akan menghidupi keluarga saya. Pada 
suatu malam, saya membalik Alkitab dan ayat yang saya baca berkata, "Tuhan 
adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." (Mazmur 23:1) Ayat itu menguatkan hati 
saya. Tidak lama setelah itu, saya mendapat proyek membangun tempat pemakaman 
untuk Gereja Piamrak dan Gereja Maitreechit.

Sejak itu, hidup saya berubah. Saya mempunyai kesempatan bukan saja untuk 
mengabarkan firman Tuhan pada orang yang tidak percaya (yang mendatangi saya 
untuk konsultasi Feng Shui), melainkan juga mendorong orang-orang Kristen yang 
lemah, yang masih mempercayai Feng Shui. Saya menyakinkan mereka bahwa Allah 
kita besar karena sekalipun saya seorang ahli Feng Shui, saya telah bertobat 180 
derajat dan menyembah Dia. Saya selalu mengimbau mereka, "Jangan menyerah, 
berimanlah pada Allah!"

Jika Anda adalah anak-anak Allah, janganlah khawatir tentang kehidupan atau masa 
depan Anda. Feng Shui maupun bintang-bintang di langit tidak memiliki pengaruh 
atas Anda karena Allah Mahakuasa, Ia memimpin dan mengarahkan hidup Anda. Dia 
adalah Tuan atas kehidupan Anda. Karena, "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu 
maha besar, dan Tuhan kita melebihi segala allah." (Mazmur 135:5)

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: www.cahayapengharapan.org
Alamat URL: http://www.cahayapengharapan.org/kesaksian_hidup/texts/kisah_pertobatan_seorang_master_feng_shui.htm
Penulis: Preecha Kongkitimanon
Tanggal akses: 15 Juli 2013

                 "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" 
                                   (Matius 3:2)
                       < http://alkitab.sabda.org/?Mat3:2 >

POKOK DOA

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk keluarga Preecha agar Tuhan senantiasa 
   memelihara mereka di mana pun mereka berada sekarang.

2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk orang-orang yang masih percaya Feng Shui, 
   doakan supaya Tuhan membuka hati mereka dan menunjukkan kepada mereka bahwa hal 
   tersebut salah dan mereka boleh bertobat dari jalan hidup yang tidak berkenan 
   bagi Tuhan.

3. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi orang-orang Kristen di Thailand supaya 
   mereka dapat menjadi terang. Dengan demikian, orang-orang yang belum mengenal 
   Kristus dapat mengenal-Nya dalam kehidupan mereka.


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org