Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/350

KISAH edisi 350 (30-10-2013)

Tuhan Telah Membuka Mataku

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 350,  30 Oktober 2013  

KISAH -- Tuhan Telah Membuka Mataku
Edisi 350, 30 Oktober 2013

Ada harga yang harus dibayar dalam mengikut Tuhan, tetapi harga tersebut tidak 
sebanding dengan anugerah hidup kekal yang diberikan Tuhan Yesus kepada setiap 
orang yang memberikan dirinya untuk Tuhan. KISAH edisi kali ini menceritakan 
tentang pertobatan seseorang yang dahulu membenci kekristenan, tetapi sekarang 
menjadi pengikut Tuhan yang rela mengorbankan apa pun demi Tuhan. Selamat 
membaca kesaksiannya, semoga menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


TUHAN TELAH MEMBUKA MATAKU

Sebelum saya percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juru Selamat, saya 
adalah seorang Muslimah, berlatar belakang keluarga Muslim dan dibesarkan di 
sebuah pondok pesantren di Jawa Barat. Dari apa yang saya yakini dan pelajari 
selama itu, saya tumbuh menjadi seorang Muslimah yang fanatik dan anti-Kristen.

Lalu, bagaimana saya bisa percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juru 
Selamat? Walaupun saya bangga dengan apa yang saya yakini dahulu, tetapi kalau 
bicara tentang hari penghakiman, itu hal yang paling menakutkan bagi saya karena 
saya tidak tahu pasti kalau saya mati apakah mendapat rahmat Allah (masuk surga) 
atau laknat Allah (masuk neraka). Saya menyadari bahwa saya hanyalah manusia 
biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa.

Dari Sukabumi, saya hijrah ke Bandung untuk belajar keterampilan. Di Kota 
Kembang ini, saya tinggal di pondokan atau kos. Teman-teman saya kebanyakan 
orang Kristen dan kebiasaan saya yang dahulu tidak pernah berubah. Menjebak dan 
mendebat orang Kristen masih sering saya lakukan, dan saya tetap benci pada 
orang Kristen.

Entah mengapa, suatu hari saya ingin membaca Alkitab punya teman, dan ketika 
membuka kitab Kejadian ada tertulis "Allah menciptakan manusia dari tanah ...." 
Saya heran, kok sama dengan Alquran, padahal Injil itu `kan sudah dipalsukan dan 
sebagainya, dan bahwa orang Kristen itu adalah orang kafir?

Awal ke Gereja

Berawal dari penasaran itu, saya mencari teman untuk pergi ke gereja. Saya ingin 
tahu dan ingin menyelidiki bagaimana orang Kristen beribadah. Benar, saya masuk 
gereja dan kali pertama itu, saya tidak bisa menahan rasa haru dan sedih. Saya 
menangis hingga kebaktian selesai. Batin saya berontak antara merasa telah 
melakukan dosa murtad dan percaya, murtad karena masuk gereja dan percaya kepada 
Tuhan.

Minggu-minggu berikutnya, saya selalu ingin dan rindu untuk datang ke gereja 
lagi, dan selama empat bulan, saya suka ke gereja. Namun selama itu, saya tidak 
mau berdoa dalam nama Yesus atau Isa Almasih. Saya percaya kepada Allah, tetapi 
tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Anak Allah.

Jatuh Sakit

Meskipun saya ke gereja, tetapi kewajiban saya selaku orang Muslim untuk salat 
lima waktu tetap saya kerjakan. Hingga pada suatu hari, saya jatuh sakit. 
Sesudah dua minggu sakit dan tidak ada tanda-tanda membaik, akhirnya pada hari 
minggu ketiga, ketika seorang hamba Tuhan mengajak berdoa melalui televisi, saya 
spontanitas ambil Alkitab dan tiba-tiba Alkitab terbuka sendiri. Di situ, Tuhan 
memberi ayat untuk saya dan saya ingat sekali ayat itu:

"Seorang dara yang menderita pendarahan selama 12 tahun ketika Almasih `Isa 
lewat dia menjamah jubah-Nya, dia percaya dengan menjamah jubah-Nya dia akan 
sembuh."

Saya pikir itu kok sama dengan saya. Akhirnya, saya tantang Yesus. Saya berdoa, 
"Ya Rabbi `Isa kalau memang Engkau Tuhan dan bisa menyembuhkan segala macam 
penyakit, sembuhkanlah saya," dan mukjizat terjadi besoknya, saya telah sembuh.

Surat Al-Ikhlas

Akhirnya, saya kaji lagi surat Al-Ikhlas yang menjadi sanggahan untuk percaya 
tentang Isa Almasih itu dan saya bandingkan dengan kisah kehidupan Isa Putra 
Maryam, dari mulai kelahiran, mukjizat-mukjizat-Nya, sampai kepada kematian dan 
kebangkitan-Nya kembali, bahkan kedatangan-Nya yang kedua kali. Yang lebih 
melekat di hati saya adalah Isa Putra Maryam bisa menghidupkan orang yang sudah 
mati. Kalau manusia bisa seperti itu, dia pasti takabur apalagi kalau tidak ada 
dasar kasih dalam hatinya. Di samping itu, yang berkuasa atas hidup matinya 
manusia hanya Penciptanya sendiri, yaitu Allah.

Dari ke semua ayat Al-Ikhlas itulah, saya bisa membuktikan kalau Isa (Yesus) itu 
adalah Allah. Tuhan bukakan mata rohani saya, yang selama ini tertutup oleh 
ilah-ilah zaman ini. Dan, saat itu juga, saya bisa percaya bahwa Isa Almasih 
(Yesus Kristus) bukan hanya nabi, melainkan Dia juga benar-benar Tuhan Yang 
Mahakuasa.

Setelah saya bisa percaya bahwa Isa itu Tuhan, tantangan pertama malah datang 
dari orang Kristen sendiri. Saya dahulu menilai orang-orang Kristen yang suka ke 
gereja itu baik-baik karena ada ajaran kasih, tetapi ternyata tidak. Saya pernah 
dimaki-maki dan diolok-olok, "Kamu jadi Kristennya pura-pura, mana mungkin orang 
pesantren bisa masuk Kristen, dasar tukang pelet, tukang santet, dll.."

Datang ke Orang Tua

Dari kesedihan itu, saya ingin pulang ke rumah untuk mengadu ke orang tua saya. 
Namun, apa yang saya dapatkan ketika saya sampai di rumah, semua keluarga 
menjauhi. Saya heran mengapa semuanya berubah seperti ini, bahkan ketika orang 
tua saya bilang, "Kamu dikasih apa sih sama mereka, sampai kamu bisa menjual 
agama kamu dan masuk Kristen?" Saya kaget orang tua saya tahu dari mana? Mereka 
pikir, saya masuk Kristen karena diberi mi instant atau yang lain oleh gereja, 
seperti yang mereka sangka selama ini, bahwa orang Islam masuk Kristen itu 
karena dirayu atau diberi uang, atau diberi makanan.

Caci maki pun keluar. Ayah saya berkata, "Aku tidak pernah menyangka kamu bisa 
jadi kayak gini. Kalau kamu berbuat dosa kayak apa pun masih bisa diampuni, 
tetapi ini dosa murtad, dosa yang tidak bisa diampuni lagi. Dahulu, aku bangga 
kamu bisa mengajar ngaji, dipakai di masyarakat, tetapi sekarang tidak ada 
artinya lagi. Aku bahkan disidang oleh ketua yayasan dan guru-guru di situ serta 
dimaki-maki gara-gara kamu masuk Kristen. Kamu benar-benar telah mencemarkan 
nama baik Pesantren sampai bisa masuk Kristen. Entah ditaruh di mana mukaku dan 
nama baik keluarga ini oleh kamu. Kamu ini kalau binatang, pasti sudah dibunuh 
karena sudah benar-benar mencemarkan nama baik. Sampah di pinggir jalan masih 
ada harganya, tetapi kamu tidak ada harganya sama sekali. Dan, biar kamu tahu, 
nama kamu itu sudah ayah masukkan proposal dan dikirim ke Menteri Agama."

Untuk apa? tanyaku. "Biar suatu saat kalau terjadi apa-apa sama kamu, aku 
sebagai orang tua sudah tidak mau bertanggung jawab lagi gara-gara kamu masuk 
Kristen," demikian jawab ayah.

Bagaikan disambar petir di siang bolong, aku kaget mengapa mereka tega seperti 
itu. Dan, lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu. Rupanya, setelah 
legalisasi ijazah, ketua yayasan langsung memanggil orang tua saya, hingga 
akhirnya mereka sepakat nama saya dimasukkan proposal dan dikirim ke Departemen 
Agama. Setelah tahu seperti itu, saya tidak ada pilihan lain lagi selain pergi 
dari rumah dan bertekad dalam hati, "Ya Isa, saya tidak akan meninggalkan 
Engkau, walaupun orang tua dan saudara saya mengabaikan saya. Hanya pada-Mulah 
Tuhan, aku serahkan segala bebanku ini." Tuhan Allah telah amat baik kepada diri 
saya. Walaupun saya telah pergi tanpa dibekali apa-apa oleh ibu dan bapa, Tuhan 
Allah Bapa tidak pernah mengabaikan saya! Haleluya!

Menyatakan Iman Percaya

Akhirnya, tibalah waktunya bagi saya untuk menyatakan iman percaya saya kepada 
Almasih Isa sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya melalui Baptisan Kudus di sebuah 
gereja di Bandung, tahun 1994, setelah selama sembilan bulan belajar katekisasi. 
Setelah selesai baptisan itu, saya berdoa, "Tuhan, terima kasih karena Engkau 
telah memeteraikan saya, tetapi saya tidak ingin hanya saya saja yang selamat, 
saya pun ingin keluarga dan saudara-saudara saya diselamatkan, dan saya ingin 
menjadi penginjil, untuk memberitakan kabar keselamatan yang berasal dari Engkau 
seperti yang telah saya terima."

Dan, ajaib sekali Tuhan kita itu, Dia kirim dua orang ibu dengan membawa buku-
buku penginjilan banyak sekali. Padahal, sebelumnya saya tidak pernah mengenal 
dan sama sekali belum pernah bertemu dengan kedua orang ibu itu, dan itu 
merupakan sukacita yang sangat besar sekali saya rasakan. Itu sebagai jawaban 
dari doa saya untuk menjadi penginjil. Dan puji Tuhan, saya diperkenankan 
belajar di Pusat Latihan "Christian Centre Nehemia" Jakarta.

Demikianlah kesaksian ini saya tulis, sebagai rasa ucapan syukur saya karena 
Almasih `Isa Putra Maryam telah menyelamatkan saya dari lembah dosa dan 
kegelapan, dan telah membawa saya ke dalam terang Allah yang ajaib.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Kesaksian Life
Alamat URL: http://kesaksian-life.blogspot.com/2012/09/tuhan-telah-membuka-mataku.html
Penulis: Kartini A. I.
Tanggal akses: 19 September 2013


POKOK DOA

1. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yesus atas setiap jiwa baru yang sudah 
   menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Berdoalah agar para petobat baru 
   ini bertumbuh dalam iman dan dapat menjaga iman mereka dalam Yesus.

2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi para petobat baru yang menghadapi banyak 
   tantangan dan kesulitan hidup sejak mereka menerima Tuhan Yesus. Kiranya 
   perlindungan Tuhan Yesus menyertai mereka dan melalui kesulitan itu, iman mereka 
   semakin dimurnikan.

3. Kita berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus untuk orang-orang yang belum percaya 
   kepada-Nya agar mereka dapat mendengar Injil yang diberitakan dan mau percaya.


"Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." 
(Yohanes 3:15) 
< http://alkitab.sabda.org/?Yoh+3:15 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org