Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/09/18

Sabtu, 18 September 2021 (Minggu ke-16 Sesudah Paskah)

Di tengah situasi yang buruk, apa pun dan di mana pun, sikap yang paling dibutuhkan adalah tenang. Ini merupakan sikap yang dibentuk, bukan bawaan. Artinya, untuk menjadi tenang, orang harus bersedia belajar dan dibentuk oleh banyak pengalaman.

Kita akan belajar juga dari Yesus, bagaimana Ia tetap tenang ketika berhadapan dengan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan pertanyaan-pertanyaan mereka yang menjebak (23). Mereka tidak dapat melepaskan dan melupakan begitu saja apa yang sudah dilakukan oleh Yesus sehari sebelumnya dengan mengobrak-abrik lapak para pedagang di halaman Bait Allah. Tindakan Yesus adalah bentuk perlawanan terhadap para penguasa Bait Allah. Itu sebabnya, para imam kepala dan tua-tua mengajukan pertanyaan mengenai kuasa yang dipakai Yesus.

Bila saja Yesus tak bersikap tenang, bisa jadi Ia akan keliru memberi jawaban sehingga dapat berujung pada situasi yang buruk. Namun, karena Yesus tenang, maka Ia dapat menebak ke arah mana pertanyaan mereka. Dengan mengetahui hal tersebut, alih-alih memberikan jawaban yang hanya menimbulkan debat kusir, Yesus mengajukan pertanyaan balik dengan muatan yang sama (25). Yesus sadar bahwa Ia sedang dijebak dengan pertanyaan mereka berkait peristiwa Bait Allah dan pohon ara. Karena tenang, Yesus dapat memberi jawaban tepat.

Ada banyak perkara dalam hidup yang dapat kita gunakan sebagai kesempatan untuk belajar menjadi tenang. Dengan menjadi tenang, kita dapat mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi sehingga kita dapat menentukan tindakan yang tepat dan baik untuk kita lakukan. Dengan bersikap tenang, kita juga akan dihindarkan dari ucapan atau tindakan yang sangat emosional yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dengan kita memberi diri, ada ruang dan kesempatan lebih besar untuk kita berpikir dan bertindak lebih bijaksana. Dan, dengan bersikap tenang, kita dimungkinkan untuk menyelesaikan persoalan secara berhasil guna dan berdaya guna. [JCP]


Baca Gali Alkitab 3

Matius 21:23-27

Apa yang ada di dalam hati manusia sulit untuk ditebak. Kadang berkata "A", tetapi sebenarnya maksud hatinya "B". Kadang yang diucapkan begitu manis, tetapi ternyata ada maksud jahat di baliknya. Kadang bertanya seolah ingin tahu, namun sebenarnya maksudnya adalah mencobai dan mencelakakan.

Memang kita harus pandai-pandai dalam menilai maksud orang lain, berhati-hati namun tidak berprasangka buruk juga. Karena itulah, Tuhan mengaruniakan kepada kita mata untuk melihat dengan jelas, telinga untuk mendengar dengan jelas, perasaan, dan juga hikmat untuk memahami dengan benar. Dan, yang paling utama adalah doa; dengan doa kita dapat bertanya kepada Tuhan tentang hati manusia, sebab Dia yang menciptakannya.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan Yesus saat itu dan di mana? (23)
2. Mengenai hal apakah imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi bertanya kepada Yesus? (28)
3. Bagaimana Yesus merespons pertanyaan mereka? (24)
4. Apa yang Yesus tanyakan kepada mereka? (25)
5. Apa yang mereka pikirkan tentang pertanyaan Yesus? (25-26)
6. Apa jawaban mereka dan apa respons Yesus terhadap jawaban itu? (27)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Menurut Anda, mengapa Yesus tidak langsung saja menjawab pertanyaan imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi?
2. Mengapa Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan juga?

Apa respons Anda?
1. Bagaimana Anda seharusnya bersikap terhadap orang yang Anda tahu memiliki maksud terselebung terhadap Anda?

Pokok Doa:
Memohon agar diberikan kepekaan dalam menilai maksud hati manusia dan cara meresponsnya dengan tepat.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org