Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/02/14

Minggu, 14 Februari 2021 (Minggu ke-6 sesudah Epifani)

1 Raja-raja 3:1-15
Hati yang Paham Menimbang Perkara

Kelihatannya Salomo adalah manusia paling beruntung di dunia. Dalam seluruh Alkitab, tak ada seorang manusia pun yang diberi kesempatan untuk meminta apa pun dari Allah.

Menariknya, ketika kesempatan tersedia, Salomo berkata, "Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat ..." (9). Allah menanggapi permohonan itu dengan memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian. Hati yang mampu menimbang-nimbang perkara, mana yang benar, baik, dan tepat.

Bagaimana Anak Daud sampai pada keputusan itu? Mengapa dia tidak meminta--sebagaimana dinyatakan Allah sendiri--umur panjang, kekayaan, atau nyawa musuh (11); tetapi malah meminta pengertian untuk memutuskan hukum? Patut diakui, permintaan Salomo sendiri penuh hikmat. Menariknya, ia masih merasa membutuhkan hati yang berhikmat.

Kelihatannya Salomo sadar akan posisinya sebagai raja, pengambil keputusan tertinggi di seluruh Kerajaan Israel. Oleh karena itu, ia lebih memprioritaskan hikmat dan pengertian ketimbang usia, harta, dan kejayaan di medan laga. Permintaan Salomo itu baik di mata Allah, seturut kehendak-Nya. Namun, itu ada syaratnya: ia harus hidup seturut dengan jalan Allah (14).

Sekali lagi, Salomo tidak meminta hikmat. Memang hikmat bukan sesuatu yang sudah jadi dari sananya. Tidak demikian. Salomo meminta hati yang paham menimbang perkara. Yang diminta Salomo bukan hikmat itu sendiri, tetapi hati yang berhikmat. Hati yang mampu menimbang-nimbang perkara. Fokus Salomo adalah hati yang mampu menimbang-nimbang: mana yang benar sekaligus baik dan tepat.

Memang tak mudah. Itu hanya mungkin terjadi selama kita bersekutu dengan Allah. Bersekutu dengan Allah berarti manunggal atau menyatu dengan Allah! Dengan kata lain, orang lain bisa merasakan Allah melalui kita. Kunci hati berhikmat adalah persekutuan dengan Allah sendiri. Pertanyaannya, maukah kita bersekutu dengan-Nya? [YMI]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org