Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/04/04

Sabtu, 4 April 2020 (Minggu Pra Paskah 5)

Lukas 22:63-71
Putusan Sepihak Tanpa Keadilan

Dalam sejarah peradilan, di mana pun itu, selalu diwarnai peristiwa kelam, jika hal itu berkaitan dengan politik dan kekuasaan. Pengadilan yang seharusnya menjadi tempat bagi seseorang untuk mencari keadilan, terkadang menjadi tempat di mana praktik ketidakadilan dilegalkan. Hal itu tampak pada kasus Yesus. “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami, ” (67). Mahkamah Agama mencoba menjebak Yesus dengan pernyataan itu. Sebenarnya, mereka hanya ingin mencari kesalahan Yesus. Sebab, kalau Yesus menjawab, “Iya!”, Ia akan dituding menistakan agama atau memberontak kepada pemerintahan Roma. Kalau, “Tidak!”, maka semua pekerjaan Yesus selama ini adalah omong kosong belaka.

Atas pertanyaan itu, Yesus pun menjawab, “Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya” (67). Para penuntut Yesus kemudian merespons, “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri” (71). Proses pengadilan terhadap Yesus memang tidak adil karena digiring opini dan pertanyaan jebakan, bukan kebenaran. Apalagi, Dewan Sanhedrin, dewan tertinggi agama Yahudi (yang berjumlah tujuh puluh satu orang) mengambil keputusan secara sepihak. Mereka beranggapan bahwa Yesus dapat merusak adat dan tatanan keagamaan Yahudi karena memproklamasikan diri sebagai Mesias. Jadi, mereka memvonis Yesus dengan dihukum mati.

Jika manusia menggunakan agama sebagai pembenaran, itu adalah kejahatan besar dan berbahaya. Artinya, agama dipakai sebagai dalil pembenaran sehingga kehilangan maknanya. Atas nama agama, kita (Gereja) pun sering disudutkan dan harus menderita karenanya. Sayangnya, bukannya dibela, kita malah kerap dijadikan sebagai pihak yang bersalah. Oleh karena itu, kalaupun kelak kita mengalami ketidakadilan, ingatlah kepada Yesus yang sudah merasakannya terlebih dahulu, dan belajarlah menghadapinya. [SGP]


Baca Gali Alkitab 5

Lukas 23:1-12

Perjalanan Tuhan Yesus menuju penyaliban telah semakin dekat. Setelah dihadapkan kepada Mahkamah Agama, Tuhan Yesus dibawa menghadap Pilatus. Orang banyak, yang menggiring Tuhan Yesus, melontarkan tuduhan-tuduhan mereka supaya Pilatus dapat menjatuhkan hukuman atas Dia.

Apa saja yang Anda baca?
1. Ke mana Yesus dikirim setelah dibawa ke Mahkamah Agama? Apa yang dilakukan oleh orang banyak itu kepada-Nya? Tuduhan apa yang mereka lontarkan kepada Yesus? (1-2)
2. Apa yang ditanyakan Pilatus kepada Yesus? Apa jawaban Yesus? Lalu apa yang dilakukan oleh Pilatus? (3-4)
3. Apa respons orang banyak terhadap ucapan Pilatus? Ke mana Pilatus kemudian mengirim Yesus? (5-7)
4. Bagaimana respons Pilatus ketika melihat Yesus? Apa yang kemudian mereka lakukan terhadap Yesus? (8-12)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa orang banyak begitu menginginkan kematian Yesus hingga mereka membuat tuduhan palsu?
2. Mengapa Yesus berdiam diri ketika Herodes mengajukan per-tanyaan kepada-Nya? Menurut Anda, sikap diam yang ditunjuk-kan oleh Yesus tersebut memiliki makna apa bagi kita, pengikut-pengikut-Nya di zaman sekarang ini?
3. Apa yang membedakan otoritas Yesus dengan otoritas yang dimiliki oleh Pilatus dan Herodes?

Apa respons Anda?
1. Pernahkan Anda merenungkan perjalanan salib yang harus dilalui oleh Tuhan Yesus? Bagaimana respons Anda?
2. Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika melihat keinginan orang banyak yang begitu histeris meminta agar Yesus disalibkan? Bila Anda berada dalam kerumunan itu, bagaimana sikap Anda?

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org