Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/08/17

Sabtu, 17 Agustus 2019 (Minggu ke-9 sesudah Pentakosta)

1 Samuel 14:24-52
Memutuskan Tanpa Allah

Ketika kesombongan menguasai hati dan pikiran kita, keputusan yang diambil pada akhirnya membuahkan suatu yang tidak bijak. Keangkuhan dapat menjerumuskan kita, menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan banyak orang.

Di tengah keadaan yang terdesak, Saul menyuruh bangsa Israel untuk mengambil sumpah yang berisi kutukan yang mengakibatkan orang Israel tidak boleh makan apa pun (24). Dalam suasana perang yang sulit, Saul menambahkan beban yang tidak perlu bagi orang Israel, yang mengakibatkan mereka menjadi letih lesu (28). Saul telah mencelakakan rakyatnya sendiri, seperti yang diutarakan Yonatan, anaknya (29). Akibat yang lebih besar adalah orang Israel pada akhirnya berbuat dosa dalam memakan hasil rampasan (32). Dan Allah juga tidak menjawab doa Saul (37). Kemudian, Saul mencari tahu penyebab dari semua ini. Akhirnya, ia menemukan bahwa Yonatan telah makan sarang madu (27, 43). Bagi Saul hukumannya adalah mati, meskipun anaknya sendiri (39). Namun, Yonatan dapat bebas dari hukuman mati karena permohonan orang-orang Israel kepada Saul (45).

Kesombongan yang ada pada Saul menyebabkannya melakukan hal yang bukan kehendak Allah. Saul hanya berfokus pada dirinya sendiri, ia tidak menghiraukan Allah. Kesombongan ini menempatkannya pada posisi seolah dia lebih besar daripada Allah. Itulah awal kehancurannya. Keputusan yang diambil berikutnya memberikan dampak negatif yang meluas.

Ketika kesombongan melingkupi hati dan pikiran, kita dapat jatuh untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Saul. Kesombongan lain mengatakan: diriku tidak bersalah, yang salah adalah orang lain. Kesombongan memisahkan relasi manusia. Hidup tidak sombong adalah buah Roh Kudus yang bekerja karena orang percaya memprioritaskan kehendak Allah bekerja dalam dirinya.

Doa: Tuhan, jauhkan kami dari kesombongan yaitu dengan memprioritaskan-Mu dalam hidup kami dengan menghargai karya-Mu dalam hidup ini. [Rud]


Baca Gali Alkitab 7

1 Samuel 13:1-22

Tidak sabar menanti waktu Tuhan dan mengambil jalan sendiri adalah sebuah permasalahan besar kebanyakan orang Kristen. Ini merupakan kesalahan klasik yang terus bergulir dan terulang sampai hari ini. Dalih logis selalu menjadi tameng palsu untuk langkah iman yang salah.

Saul melakukan kesalahan fatal di hadapan Allah. Kerajaannya tidak akan kokoh. Baru saja ia menjadi raja, ia pun sudah ditetapkan akan digantikan oleh raja yang lebih baik darinya.

Proses kejatuhan Saul perlu kita simak dengan baik.

Apa saja yang Anda baca?
1. Berapa lama Saul menjadi raja? Apa yang Saul dan Yonatan lakukan dalam ayat 1-4?
2. Apa yang dilakukan oleh orang Filistin dan apa yang dirasakan oleh orang Israel (5-8)?
3. Apakah jalan pintas yang ditempuh Saul dan yang menjadi kesalahan terbesarnya (9-12)?
4. Apa akibat yang harus ditanggung Saul atas solusi pintas yang ia lakukan? (13-14)
5. Apa yang dilakukan Samuel, Saul, dan Yonatan serta Israel berikutnya dan apa yang diperkirakan Filistin? (15-22)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah makna "Sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya"?
2. Apakah alasan logis dan faktual bisa membenarkan pelanggaran atau dosa di hadapan Allah?
3. Bagaimana kemarahan Samuel mewakili kemarahan Allah?

Apa respons Anda?
1. Bagaimana respons yang seharusnya dalam keadaan terjepit?
2. Jika Anda melakukan respons yang salah, apakah yang harus dilakukan? Adakah dampaknya meski Allah sudah mengampuni?

Pokok Doa:
Berikan kami hati yang gentar kepada-Mu dan tak berani melanggar-Mu dalam keadaan tersulit sekalipun.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org