Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/08/03

Sabtu, 3 Agustus 2019 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)

1 Samuel 2:11-26
Dilayani atau Melayani?

Jabatan dan kekuasaan merupakan salah satu godaan terbesar hidup manusia. Umat Allah pun tidak kebal terhadap godaan ini. Semakin tinggi jabatan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki. Semakin besar kekuasaan, semakin besar pula keinginan untuk dilayani.

Hofni dan Pinehas, anak-anak Imam Eli menggunakan jabatan imamnya dengan semena-mena (12). Mereka menghina kurban persembahan untuk Allah, yaitu dengan cara merampas apa yang menjadi hak Allah (13-16). Tidak hanya itu, mereka melakukan perzinahan di depan Kemah Pertemuan. Tindakan mereka jelas merupakan penghinaan terhadap Allah. Jika Allah tidak dihormati, tidak heran mereka juga tidak mengindahkan teguran ayahnya. Akibat perbuatan dosa mereka, Allah akan menghukum mereka (25).

Berbeda dari kedua anak Imam Eli, Samuel tumbuh menjadi pelayan Allah yang diperkenan Allah dan manusia (26). Meski tumbuh di bawah pengawasan yang sama, sikap mereka dalam menerima pengajaran Allah sangat berbeda. Mungkin hal ini terjadi karena keterlibatan peran orang tua Samuel yang mendukung penuh proses pembentukan Samuel sebagai pelayan Allah (19).

Allah memberikan jabatan-jabatan khusus untuk melayani, bukan untuk dilayani. Allah memilih seorang imam untuk melayani Allah dan umat-Nya. Melayani Allah berarti melakukan panggilan-Nya sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Melayani umat-Nya berarti dengan rendah hati mengajarkan apa yang Allah perintahkan dan membawa mereka kepada relasi yang benar dengan Allah.

Kita dipanggil untuk melayani Allah dan sesama. Apa pun jabatan gerejawi dan pekerjaan kita, melayani Tuhan adalah sebuah identitas kita sebagai anak Allah. Diperlukan kerendahan hati untuk melayani Tuhan. Seperti Samuel yang dengan rendah hati menerima pengajaran Allah untuk melayani, demikianlah kita harus hidup dalam jiwa melayani karena panggilan itu.

Doa: Tuhan, jadikanlah kami pelayan-Mu yang menyenangkan-Mu. [MAR]


Baca Gali Alkitab 5

1 Samuel 1:1-28

Setiap keluarga mempunyai masalah masing-masing. Demikian pula keluarga Elkana dan Hana. Tidak mempunyai garis keturunan merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi pasangan suami-istri yang merindukan kehadiran buah hati. Di segala bangsa dan budaya, ketakutan ini masih menjadi hal yang memalukan. Salah satu dampak ketiadaan buah hati adalah pada masalah siapa yang akan meneruskan warisan dari pihak orang tua.

Hati Hana hampir hancur karena penantiannya menggendong bayi terasa tak berujung. Ia sudah kenyang diejek dan dipermalukan. Sekarang ia mau datang kepada Allah, yang adalah Sumber kehidupan. Ia berdoa. Mari kita simak hal yang terjadi berikutnya dari permohonan Hana!

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilakukan Elkana setiap tahun dan bagaimana Hana menjalaninya di hadapan suaminya dan Penina (1-8)?
2. Bagaiman Hana berdoa dan apa yang ia ucapkan (9-18)?
3. Apa yang menjadi jawaban Allah dan apa yang dilakukan Hana terhadap nazarnya (19-28)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah yang Anda simpulkan dari sosok Hana?
2. Apakah Allah pernah terlambat dalam menjawab doa umat-Nya?

Apa respons Anda?
1. Pernahkah Anda bergumul dengan perih hati dan berseru kepada Tuhan dengan air mata? Apakah Anda mengerti rencana-Nya di balik pergumulan yang Anda alami?
2. Pernahkah Anda mensyukuri semua pergumulan yang berujung pada jawaban doa? Sudahkah Anda melihat maksud besar Allah?

Pokok Doa:
Berdoa kiranya Tuhan menyingkapkan maksud dan rencana-Nya di balik tirai pergumulan yang dipercayakan.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org