Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/12/10

Senin, 10 Desember 2018 (Minggu Adven ke-2)

Keluaran 21:1-11
Prinsip Kemanusiaan dalam Perbudakan

Perbudakan jelas melanggar prinsip kesetaraan dan hak asasi manusia. Nas hari ini mengkritisi bagaimana hidup sebagai umat Allah dalam budaya yang menerima perbudakan sebagai kelaziman. Prinsip kemanusiaan yang berbelas kasih diterapkan dalam kasus perbudakan ini.

Dalam kehidupan bangsa Ibrani kuno, menjual diri sebagai budak adalah cara bertahan hidup agar mendapat makanan dan perlindungan dari tuannya. Tuannya bisa memperkerjakan budak hanya enam tahun dan tahun ketujuh (tahun Sabat), budak tersebut akan menjadi orang bebas. Bila tuannya memberikannya istri dan melahirkan anak, maka istri dan anak tersebut tetap merupakan milik tuannya. Pilihan ada pada budak yang telah bebas tersebut, apakah ia memilih menjadi orang merdeka, atau menjadi budak seumur hidup agar bisa bersama istri dan anak di rumah tuannya. Sekalipun sebagai budak, status dan hubungan budak dengan istri dan anaknya dihormati.

Untuk budak perempuan, tuannya wajib melindungi dan memperlakukan mereka selayaknya. Bila kewajiban tuan itu diingkari, budak perempuan boleh ditebus, bahkan diizinkan kembali menjadi orang merdeka tanpa membayar tebusan.

Tuhan menuntut kepatutan dan belas kasih dalam hidup bangsa Israel. Namun, di zaman modern ini kita sering kali mendapati perbudakan terjadi di mana-mana. Yang kuat mengeksploitasi pihak yang lemah, baik secara ekonomi maupun politik. Banyak orang miskin diculasi dan dijebak sebagai buruh murah di negeri lain dalam industri prostitusi. Hal ini berkebalikan dari cita-cita semula yang ingin meringankan beban keluarga.

Seorang kawan menerapkan prinsip belas kasih dengan cara membiayai kursus keterampilan kepada pembantu rumah tangga agar kelak bisa mandiri. Bahkan Si Majikan siap untuk memodali pembantunya, apabila ia sudah siap untuk berwirausaha sendiri. Karena itu, janganlah kita hanya berpikir untuk keuntungan sendiri.

Doa: Ya Tuhan, terangilah hati kami agar menghargai sesama secara manusiawi tanpa memandang status sosial dan ekonomi seseorang. [YTP]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org