Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/10/06

Sabtu, 6 Oktober 2018 (Minggu ke-19 sesudah Pentakosta)

Keluaran 5:1-6:1
Apakah Aku Mendengar Suara-Nya?

Seorang pendeta naik ke mimbar untuk berkhotbah. Dia berharap agar jemaat mendengar firman, sehingga bisa merasakan kasih Tuhan. Namun, tak semua pendengar memiliki respons yang sama sesuai harapan Sang Pendeta. Bagaimana dengan kita? Bagaimana sikap kita saat mendengar suara Allah?

Saat itu Musa datang menghadap Firaun. Musa menyampaikan pesan Allah kepada Firaun untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir (1). Firaun menolak memenuhi permintaan itu. Bahkan, dia melecehkan Tuhan yang berbicara, "Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan firman-Nya? Tidak kenal aku Tuhan itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi" (2). Bukan hanya itu, Firaun semakin membuat sengsara umat Israel. Dia menambah berat beban kerja paksa mereka (6-14).

Suasana bertambah pelik ketika orang Israel protes kepada Musa. Mereka berdoa agar Tuhan menghukum Musa. Mereka menyangka bahwa Musa telah membusukkan nama orang Israel kepada Firaun (21). Kehadiran Musa, dianggap bukan membebaskan, malahan semakin memperburuk keadaan.

Musa pun kembali menghadap kepada Tuhan. Untuk sekian kalinya Musa mempertanyakan maksud Tuhan mengutusnya (22). Musa bahkan meragukan bahwa kuasa Allah sanggup membebaskan umat Israel dari perbudakan bengis Firaun (23)

Ada beragam reaksi saat suara kebenaran Allah disampaikan. Firaun, misalnya, menolaknya dengan tegas. Umat Israel terusik hatinya, namun pergumulan berat tak mampu memalingkan hidup mereka pada kuasa Allah yang sedang bekerja.

Bagaimana dengan hati kita? Bagaimana respons kita saat mendengar suara kebenaran Allah dinyatakan dalam kehidupan kita?

Doa: Allah yang berkuasa, ajari kami untuk peka mendengar suara-Mu. Berilah kami hati untuk percaya bahwa setiap rencana-Mu adalah baik, walaupun kami sedang menghadapi pergumulan berat. [SA]


Baca Gali Alkitab 5

Keluaran 2:1-10

Musa lahir pada saat bangsa Israel berada dalam situasi yang menegangkan, yaitu pada saat raja Mesir ingin membinasakan semua bayi laki-laki. Namun Tuhan-yang sudah mengangkat perjanjian dengan Abraham-tidak membiarkan umat perjanjian-Nya binasa. Ia mempersiapkan jalan untuk menyelamatkan mereka.

Apa saja yang Anda baca?
1. Berasal dari suku apakah kedua orangtua Musa? Bagaimana penilaian kedua orangtua Musa mengenai bayi mereka (1-2)?
2. Apa yang dilakukan kedua orangtua Musa untuk menyelamatkan bayi mereka (2-3)?
3. Siapa yang ada di sungai Nil ketika peti Musa melintas di situ? Apa yang dilakukan Sang Putri terhadap bayi yang ada di peti, walaupun ia dapat memperkirakan bahwa bayi itu adalah bayi orang Ibrani (5-10)?
4. Apa peranan kakak perempuan Musa (4, 7-8)?
5. Walau bayi Musa berada dalam wewenang putri Firaun, siapakah yang sesungguhnya mengasuh dia (9)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa orangtua Musa berusaha menyelamatkan Musa (bdk. Kis. 7:20; Ibr. 11:23)? Apa risiko kedua tindakan tersebut?
2. Risiko apa yang mungkin dihadapi kakak perempuan Musa?
3. Mengapa putri Firaun mengadopsi Musa walau tahu bahwa ia adalah bayi orang Ibrani? Apa perbedaan sang putri dengan Firaun?
4. Dengan bertumbuh dalam kerajaan, apa manfaatnya bagi Musa? Apakah bermanfaat juga bagi bangsa Israel?
5. Apakah Anda dapat melihat tangan Tuhan dalam peristiwa itu?

Apa respons Anda?
1. Pernahkah Anda mengalami pertolongan Tuhan melalui orang-orang yang ada di sekitar Anda? Apakah ada konsekuensi yang harus mereka tanggung karena perbuatan mereka itu?

Doa respons:
Agar Tuhan memakai Anda untuk menolong orang-orang yang sedang menghadapi berbagai situasi sulit.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org