Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/07/07

Sabtu, 7 Juli 2018 (Minggu ke-6 sesudah Pentakosta)

Kejadian 34
Buah Jatuh Dekat Pohonnya

Anak akan meniru perilaku orangtua. Ayah dan Ibu adalah figur penting selama proses pendidikan anak. Didikan yang benar akan mencetak anak yang baik. Sebaliknya, jika ajaran salah, maka anak pun akan terjerumus dalam kesalahan. Dalam hal ini, pokok masalah ada pada keteladanan orangtua.

Pada masanya Yakub hidup berdampingan dengan orang kafir. Sebagai ayah, kelihatannya, dia belum sempat mendidik keluarganya dengan baik. Urusan mengumpulkan kekayaan, tampaknya, masih menjadi prioritasnya. Akibatnya, ia lupa mendidik anak-anaknya.

Suatu ketika, Dina berjalan sendirian. Dia ingin mengunjungi temannya. Sikhem melihatnya dan terpesona. Tanpa berpikir panjang, Dina ditarik dan diperkosanya (2).

Dampaknya serius. Bukan hanya Dina yang merasa terhina, tetapi juga semua anggota keluarga. Yakub dan anak-anaknya marah karena kejadian itu (7).

Sikhem ternyata jatuh hati kepada Dina. Ia ingin menyuntingnya sebagai istri. Niat itu dinyatakannya terus terang kepada ayahnya.

Pada saat yang bersamaan, Simeon dan Lewi sedang bersiasat licik untuk membalas perbuatan Sikhem.

Awalnya, mereka pura-pura menerima pinangan Sikhem. Seolah mereka menyetujui kawin campur antarkeluarga yang berbeda. Mereka mau, tetapi dengan satu syarat: semua laki-laki di negeri itu harus disunat (15). Keluarga besar Sikhem tidak menyadari itu merupakan tipu muslihat.

Seketika mereka melakukan sunat massal. Pada saat keluarga Sikhem sedang kesakitan (25), Simeon dan Lewi menyerang. Mereka membunuh, menjarah, dan menawan perempuan serta anak-anak (27-29). Tindakan balasan Simeon dan Lewi lebih kejam daripada perbuatan Sikhem kepada Dina.

Proses pendidikan diawali dalam keluarga. Orangtua menjadi guru pertama untuk anak-anaknya. Jika sejak dini anak diajarkan nilai yang baik, kelak dia akan menghidupinya sampai dewasa. Kita tentu menginginkan anak-anak bermoral baik, bukan?

Doa: Tuhan, ajari kami menjadi teladan dalam keluarga. [SP]


Baca Gali Alkitab 1

Kejadian 31:43-55

Usai membongkar ketidakadilan pamannya, perlakuan Laban terhadap Yakub melunak. Untuk mencegah balas dendam Yakub, Laban mengadakan sebuah perjanjian damai. Yakub mendirikan tugu batu dan Laban membuat timbunan batu. Masing-masing pihak menamai timbunan batu tersebut dengan sebutan Galed dan Mizpa. Selesai mengucapkan sumpah, Yakub mengesahkannya dengan mempersembahkan kurban bakaran atas nama Allah Abraham dan Ishak.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa tuduhan Laban terhadap Yakub (43) dan apa yang diusulkan olehnya (44)?
2. Yakub setuju dengan Laban dan apakah yang dilakukannya (45-46)?
3. Yakub dan Laban menamai timbunan batu yang mereka susun dengan sebutan apa (47-49)?
4. Apa isi perjanjian antara Laban dan Yakub (49-52)?
5. Sebagai pengesahan isi perjanjian, apa yang Yakub lakukan (53-54)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Pelajaran apa yang Anda petik dari relasi Laban dengan Yakub?
2. Apa yang membuat Yakub menghindari konflik dengan Laban?
3. Mengapa Yakub mau mengikuti kemauan Laban untuk mengikat perjanjian?

Apa respons Anda?
1. Saat mengalami masa-masa sulit, Anda menemukan bahwa Allah senantiasa menyertai hidup Anda. Apa yang Anda lakukan sebagai bentuk dari ucapan syukur?
2. Ketika Anda bertikai dengan orang lain, tindakan apa yang Anda ambil sebagai cerminan umat Allah?

Pokok Doa:
Agar kita diberi kepekaan dan kesabaran untuk membalas kejahatan dengan kebaikan.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org