Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/03/07

Rabu, 7 Maret 2018 (Minggu Pra-Paskah 3)

Markus 12:18-27
Saduki Tak Percaya Kebangkitan

Kaum Saduki bertanya kepada Yesus, "Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia" (23).

Pada waktu itu masyarakat Yahudi terbagi dalam tiga golongan. Pertama, golongan Farisi yang sangat menaati perintah Taurat secara rinci. Kedua, golongan Eseni yang mengundurkan diri dari keramaian untuk menyatukan diri dengan Allah dalam doa dan meditasi. Ketiga, golongan Saduki yang terkesan lebih liberal, kerap melanggar Taurat, dan tidak percaya adanya kebangkitan orang mati (18).

Pertanyaan itu muncul bukan karena rasa ingin tahu, tetapi mereka ingin mendapatkan peneguhan atas apa yang dipercayai. Mereka sepertinya yakin bahwa kasus yang mereka ajukan akan membuat Guru dari Nazaret itu terpaksa mengakui tidak adanya kebangkitan.

Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa orang Saduki itu telah sesat pikir. Kesesatan itu berasal dari ketidakmengertian akan Kitab Suci dan kemahakuasaan Allah. Hal itu disebabkan karena orang Saduki berpikir menurut pikiran manusia. Mereka agaknya lupa bahwa manusia hanyalah ciptaan.

Yesus sendiri tidak terjebak dengan kasus perkawinan yang diajukan. Ia memulai dengan iman. Yesus tidak bicara rinci mengenai kehidupan nanti, tetapi dengan jelas menyatakan bahwa hidup itu sama sekali baru sama seperti malaikat (25).

Yesus menyatakan bahwa kepada Musa, Allah memperkenalkan diri sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Allah Abraham berarti Allah yang telah menyelamatkan Abraham. Itu berarti Abraham hidup di hadirat Allah. Dalam Alkitab BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini), Yesus menjelaskan: "Allah itu bukan Allah orang mati. Ia Allah orang hidup." (27). Dengan kata lain, orang yang hidup di dunia untuk Allah akan mengalami hidup kekal yang ditujukan bagi Allah. Itu berarti, kita tak perlu mempersoalkan bagaimana keadaan surga nanti. Jika kita hidup bersama dengan Allah di bumi sini, maka kelak kita pun akan hidup bersama dengan Dia di surga sana. [YM]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org