Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/07/17

Senin, 17 Juli 2017 (Minggu ke-6 sesudah Pentakosta)

Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah. Ia menetapkan satu dari tujuh hari sebagai hari bagi ciptaan-Nya untuk bersekutu dengan-Nya. Dalam Sepuluh Hukum Taurat dengan tegas Allah menetapkan hari perhentian sebagai hari Sabat (Kel. 20:8-11; bdk. Kej. 2:2-3).

Berdasarkan prinsip kebenaran Allah ini, hukum Yahudi melarang bangsa Israel bekerja pada hari Sabat. Sebab Sabat adalah hari untuk Tuhan. Saat Nehemia kembali ke Yerusalem, ia mendapati banyak pelanggaran yang dilakukan bangsa Israel kepada Allah. Belum lama mereka dipulihkan Allah dari tanah pembuangan dan sekarang mereka mulai berulah kembali. Seolah-olah mereka masih belum jera terhadap murka dan hukuman Allah.

Pelanggaran apakah yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada zaman Nehemia? Pertama, mereka melanggar kesucian hari Sabat. Mereka bekerja pada hari yang disucikan oleh Allah (15). Kedua, mereka tidak memberikan teladan sebagai umat Allah yang kudus. Dengan sengaja mereka ikut serta melakukan transaksi bisnis dengan bangsa (16). Ketiga, para pemuka orang Yahudi dengan sengaja melanggar hari Sabat. Mereka melakukan pembiaran terhadap pelanggaran tersebut (17-18).

Untuk mencegah Allah murka, Nehemia mengambil langkah tegas, yakni: Pertama, menutup pintu-pintu gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat (19). Kedua, melakukan teguran terhadap mereka yang masih berjualan pada hari Sabat (20-21). Ketiga, mengutuki mereka yang kawin campur (23-27).Ternyata hal itu mulai berdampak terhadap perilaku umat Allah (21)

Pada masa kini pemahaman tentang hari Sabat mengalami kebaruan. Kebaruan itu terjadi dalam perjalanan umat Tuhan. Kristus adalah Tuhan atas Sabat (Luk. 4:16, 13:10-17). Kebangkitan Kristus dijadikan momen bagi umat Allah Perjanjian Baru untuk berhimpun dan merayakan kebangkitan-Nya. Karena itu, kebangkitan Kristus menandai dimulainya era baru bagi umat Allah dalam berbakti dan beribadah kepada Tuhan. [WLD]

Pengantar Kitab Titus

Surat Paulus kepada Titus, anaknya yang sah menurut iman, menekankan pentingnya keteladanan. Keteladanan menjadi signifikan karena Titus -- sebagai pemimpin jemaat di Kreta -- bertugas memberitakan ajaran yang sehat (lih. Tit. 2:1).

Nasihat Paulus menjadi penting mengingat karakter orang Kreta. Epimenides, seorang tokoh agama yang tergolong tujuh orang bijak Yunani dan dihormati oleh Plato dan Aristoteles, mengatakan bahwa masyarakat Kreta dikenal sebagai pembohong, binatang buas, dan pelahap (lih. Tit. 1:12). Artinya, mereka suka menipu, hidup kesusilaan mereka rendah, dan suka mencari kenikmatan dengan cara yang tidak halal.

Paulus dengan sengaja melukiskan perangai orang Kreta agar Titus sungguh memahami medan pelayanannya. Bahwa orang-orang yang dilayaninya bukanlah orang yang dari sananya berbudi halus, tetapi mereka suka main kayu demi ambisinya, suka seruduk sana dan sini demi kepentingan pribadinya.

Titus diperintahkan Paulus untuk memberitakan ajaran yang sehat. Artinya, dia diminta Paulus untuk mengembangkan ajaran yang baik dan benar dan juga tepat di tengah jemaatnya. Mudah dipahami, jika Paulus menulis nasihat-nasihat etis bagi para laki-laki dewasa, perempuan dewasa, perempuan muda, dan orang-orang muda (Tit. 2:2-15). Ada tingkatan-tingkatan di sini. Mungkin, Paulus hendak mengatakan bahwa segala tindakan yang baik memang harus dimulai dari generasi yang lebih tua. Ini sungguh logis karena generasi muda pastilah belajar dari generasi sebelumnya.

Nasihat-nasihat Paulus itu dilandasi dengan sebuah pemahaman, mengingat karakter orang Kreta, "agar Firman Allah jangan dihujat orang" (Tit. 2:5). Menurut Paulus, jika pengikut Kristus tidak bersikap dan bertingkah laku seturut firman Allah, maka sulit berharap orang lain mau menghargai firman Allah itu. Dan karena itulah, Paulus menulis: "Jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita" (Tit. 2:7-8).

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org