Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/12/03

Sabtu, 3 Desember 2016 (Minggu ke-29 sesudah Pentakosta)

Pengkhotbah 7:1-8:1
Hiduplah Bersandar kepada Tuhan

Jika kita adalah orang yang serius menjalani panggilan hidup sebagai orang Kristen, mungkin kita pernah mendengar nasihat orang lain, "Beragama itu baik, tetapi jangan berlebihan." Bagi sebagian orang, keseriusan menjalani hidup menurut kehendak Tuhan dianggap tindakan yang berlebihan. Hal ini juga disinggung oleh Pengkhotbah, "Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri?" (16).

Pengkhotbah tidak mengajarkan kita menjalankan kehidupan rohani yang sedikit saleh, tetapi juga tidak berlaku jahat. Suam-suam kuku adalah kehidupan rohani yang dibenci oleh Allah (Why. 3:15). Pengkhotbah mengerti bahwa "di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa!" (20). Ini berarti tidak mungkin ada orang yang hidupnya saleh. Apa yang dimaksudkan oleh Pengkhotbah?

Pengkhotbah melihat kenyataan bahwa ada orang saleh yang hidupnya menderita, sedangkan orang fasik malahan mujur dalam kejahatannya (15). Ada dua kemungkinan yang terpikirkan oleh Pengkhotbah, antara lain: Pertama, ada orang yang berpikir karena kurang saleh maka hidupnya belum diberkati. Karena itu, ia berusaha keras hidup lebih saleh dengan harapan agar dirinya terhindar dari penderitaan. Kedua, ada pula orang yang berasumsi bahwa hidup saleh tiada gunanya. Lalu, ia hidup dalam kefasikan.

Bagi Pengkhotbah, kedua pemikiran di atas salah. Sebab, kesalehan hidup bukan solusi kehidupan. Kita tidak dapat mengatur masa depan, bahkan tidak dapat menyelami pekerjaan Allah (3:1-11). Karena itu, kita harus percaya kepada Tuhan, bukan kepada kesalehan diri. Jika hidup penuh kefasikan, maka perbuatan jahat akan berbalik menekan (8:6) dan kita lebih cepat menemukan kebinasaan (17).

Tuhan menghendaki kita hidup saleh dalam kehendak-Nya. Sebab, hidup ada di tangan Tuhan. Karena itu, percaya dan hiduplah bersandar kepada Tuhan, dan bukan pada kesalehan diri yang tidak sempurna. [IT]


Baca Gali Alkitab 5

Pengkhotbah 5:7-6:12

Menurut Pengkhotbah, menimbun kekayaan hanya membawa kesia-siaan dan petaka. Yang ditekankan di sini bukan pada kekayaan, tetapi pada hasrat serakah manusia yang mencari kekayaan untuk kenyamanan hidup. Manusia lupa bahwa hidup ini singkat dan tidak abadi. Ketika manusia wafat, ia tidak dapat membawa kekayaannya.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dikatakan Pengkhotbah tentang kekayaan dan apa dampaknya (7-11)?
2. Kemalangan apa yang menimpa orang yang menimbun kekayaan (12-16)?
3. Apa yang dikaruniakan Allah atas jerih lelah manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (17)?
4. Mengapa kekayaan disebut karunia Allah dan apa yang terjadi kepada orang-orang yang mencari kekayaan (5:18-6:2)?
5. Mengapa anak yang gugur dikatakan lebih berbahagia daripada orang kaya (3-5)?
6. Di manakah akhir hidup manusia dan faktor apa yang menjadi jerat bagi setiap orang (6-12)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa tujuan utama manusia hidup di dunia?
2. Apakah kekayaan itu baik atau buruk dan apa alasannya?

Apa respons Anda?
1. Saat Anda mencapai kesuksesan materi, bagaimana caranya Anda mensyukurinya?
2. Jika Anda memiliki hidup yang singkat, tekad seperti apakah yang Anda pilih untuk dilakukan?

Pokok Doa:
Umat Tuhan seharusnya bersyukur memiliki Allah yang kekal dan perkasa dalam setiap tindakan-Nya.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org