Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2010/04/02

Jumat, 2 April 2010

Bacaan   : Matius 27:45-55
Setahun : Hakim-hakim 16-18; Lukas 7:1-30
Nas       : Eli, Eli, lama sabakhtani? (Matius 27:46)

JERITAN KESEPIAN

Betapa mengharukannya ketika harus mendengar jeritan kesepian yang paling menyayat hati terucap dari mulut Pribadi yang menanggung penderitaan. Jeritan kesepian paling mengerikan yang pernah terucap di dunia ini. Bukan oleh seorang narapidana yang menghabiskan sisa hidupnya dalam jeruji penjara; bukan oleh seorang janda yang tidak lagi memiliki siapa pun dalam hidupnya; bukan juga oleh seorang pasien yang terbaring tak berdaya di rumah sakit.

Jeritan ini terdengar dari sebuah bukit, dari atas kayu salib, dari mulut Sang Mesias yang berkata lirih, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 46). Jeritan lirih, tetapi mewakili kesepian yang luar biasa. Jeritan yang lebih pekat daripada gelapnya langit waktu itu. Yesus yang telah bersama-sama dengan Allah di sepanjang kekekalan, sekarang terpaku seorang diri di kayu salib. Anak Manusia menanggung begitu banyak dosa dunia, sampai-sampai Allah Bapa pun memalingkan muka.

Inilah ketakutan Yesus. Bukan karena Dia harus menanggung siksaan, pukulan, hajaran, atau cambukan. Bukan karena olok-olok yang akan diterima-Nya di pengadilan. Bukan karena Dia harus menanggung rasa sakit ketika disesah atau ketika kedua tangan dan kaki-Nya dipaku. Ketakutannya adalah saat Dia mengetahui bahwa Bapa di surga akan memalingkan wajah dari-Nya untuk sesaat, karena dosa manusia yang Dia pikul.

Jeritan kesepian Yesus di kayu salib itu kiranya lebih dari cukup untuk mewakili kasih-Nya kepada kita. Jangan lagi kita menyia-nyiakan kasih Yesus yang telah menanggung hukuman dosa kita. Jangan -- PK

CAWAN YANG PALING MENAKUTKAN BAGI YESUS
ADALAH KETIKA BAPA MENINGGALKAN-NYA SEORANG DIRI

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org