Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2009/11/03

Selasa, 3 November 2009

Bacaan   : Matius 7:15-27
Setahun : Lukas 22-24
Nas       : Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami ... mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, k (Matius 7:22,23)

DUKUN KRISTIANI

Sebuah acara dokumenter yang mengupas soal praktik perdukunan di dunia membuka mata saya tentang adanya dukun-dukun kristiani. Mereka adalah orang-orang yang melakukan praktik perdukunan seperti layaknya seorang dukun: misalnya menyembuhkan orang sakit dengan mengusap-usapkan telur ke bagian yang sakit. Hanya saja, mereka memakai simbol-simbol kristiani dan mengaku bahwa praktik mereka adalah sarana bagi terjadinya mukjizat.

Yesus memperingatkan kita untuk tidak mudah percaya begitu saja kepada orang-orang yang melakukan mukjizat, termasuk mereka yang melakukannya demi nama-Nya. Sebab, mukjizat bukanlah tanda mutlak bahwa seseorang mendapat hak istimewa di hadapan Tuhan. Bahkan, ada orang yang melakukan mukjizat demi nama-Nya, tetapi tidak dikenal oleh-Nya (ayat 23).

Untuk itu, Yesus mengajar kita untuk melihat buah dari kehidupan orang-orang tersebut. Salah satu buah yang terpenting: apakah orang itu membuat kita lebih dekat dengan Tuhan atau justru sebaliknya? Sebab tidak jarang seorang pembuat mukjizat justru membuat orang-orang memuja dirinya dan menjauhi Allah. Atau, tidak jarang mereka membuat kita lebih mencari mukjizat Tuhan daripada pribadi Tuhan itu sendiri.

Kewaspadaan ini perlu kita terapkan bukan hanya pada mereka yang melakukan praktik perdukunan, melainkan juga pada orang-orang kristiani lain, pula pemimpin gereja yang kerap mengaku melakukan keajaiban atau mukjizat. Sebab siapa tahu, mereka ternyata adalah serigala buas yang sedang menyamar sebagai domba -- siap memangsa kita -- ALS

UJILAH DAHULU SEORANG PEMBUAT MUKJIZAT
SEBELUM KITA MENGIKUTINYA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org