Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2009/10/11

Minggu, 11 Oktober 2009

Bacaan   : Lukas 15:11-32
Setahun : Nehemia 4-6
Nas       : Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali (Lukas 15: 24)

ANAK HILANG

Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku," begitu protes si sulung kepada ayahnya. "Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia."

Cerita si anak yang hilang adalah salah satu kisah sangat terkenal dari Alkitab. Biasanya yang menjadi fokus adalah si bungsu. Ia menuntut harta warisan bagiannya, pergi dari rumahnya, menghamburkan harta miliknya, jatuh miskin, menyadari dan menyesali perbuatannya, lalu kembali ke rumah ayahnya. Itu adalah gambaran yang dekat dengan kita -- Kita terjerumus ke dalam dosa, lalu bertobat, dan mendapat pengasihan Bapa Surgawi.

Namun, sebetulnya sosok si sulung pun tidak kurang jauh dari gambaran kita. Bahkan, mungkin kita lebih kerap seperti itu. Kita memang tidak sampai "terhilang"; kita tetap ke gereja, aktif dalam pelayanan, pendeknya kita adalah orang baik-baik, tidak pernah terjerumus dalam "kemabukan duniawi". Tetapi, kita hidup dalam ketidaktulusan. Kita melakukan semua kebaikan itu dengan pamrih memperoleh "upah". Itulah sebabnya ketika ada "pendosa" yang bertobat dan kemudian mendapat pengasihan Tuhan, kita protes tidak bisa terima. Sebab kita merasa lebih layak, lebih baik. Diam-diam kita telah menjadi hakim atas sesama kita.

Maka, entah kita sebagai si bungsu atau si sulung, kita ini tetap si anak hilang. Tidakkah kita rindu kembali kepada Bapa? -- AYA

MENJADI SEPERTI SI BUNGSU ATAU SI SULUNG
SAMA BURUKNYA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org