Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2009/04/28

Selasa, 28 April 2009

Bacaan   : Lukas 13:1-9
Setahun : Mazmur 52-54
Nas       : Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada kesalahan semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? (Lukas 13:4)

KEMATIAN YANG TRAGIS

Sebuah pesawat terbang jatuh di laut dan menenggelamkan semua penumpangnya. Sebuah mobil berpenumpang terjun dari atas tempat parkir bertingkat di mal. Seorang pejalan kaki tewas tertimpa papan reklame. Yang lain mati tersambar petir. Ketika melihat orang meninggal dengan cara tragis, terkadang muncul pertanyaan: "Apa dosa mereka, hingga mesti mati dengan cara demikian?" Orang kerap menuduh hal itu terjadi karena ada "dosa besar" yang telah dilakukan sang korban.

Pandangan semacam itu sudah muncul sejak zaman Yesus. Suatu hari, delapan belas pekerja bangunan mati tertimpa menara Siloam yang baru mereka bangun. Menara ini adalah proyek pemerintah Romawi, sang penjajah. Maka, orang pun berkata, "Itulah hukuman bagi mereka yang mau bekerja sama dengan penjajah!" Mereka mengira, jika Allah membiarkan seseorang mati secara tragis, pasti ada yang tidak beres dalam hidupnya. Ada "dosa serius". Namun, Yesus membantah pandangan ini. "Dosa mereka tidak lebih besar dari dosamu," kata-Nya. Kita tak boleh menilai layak tidaknya seseorang di mata Tuhan dari cara matinya, tetapi dari cara hidupnya. Sudahkah ada buah pertobatan? Orang yang matinya "terhormat" pun bisa kualat jika seumur hidup tidak bertobat.

Sudahkah kita memiliki buah pertobatan? Apakah tingkah laku kita saat ini sudah lebih baik dibanding dengan tahun-tahun lalu? Apakah kita sudah menjadi lebih sabar dan mampu menyangkal diri? Hidup beriman yang tidak menghasilkan perubahan adalah kehidupan yang tragis. Ini jauh lebih parah dan berbahaya daripada sebuah kematian yang tragis. Maka, hasilkanlah buah pertobatan -- JTI

YANG PENTING BUKAN CARA KITA MATI

MELAINKAN CARA KITA HIDUP

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org