Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2008/12/10

Rabu, 10 Desember 2008

Bacaan   : Matius 20:1-16
Setahun : 1Tesalonika 4-5
Nas       : Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang pertama dan yang pertama akan menjadi yang terakhir (Matius 20:16)

UPAH YANG ADIL

Umumnya orang berpendapat bahwa banyak bekerja tentu akan banyak mendapat; banyak berprestasi pasti juga banyak mendapat. Firman Tuhan hari ini barangkali akan membuat kita bertanya, "Apakah Tuhan adil?" Dia memberi upah yang sama untuk jerih payah yang berbeda. Mengapa Yesus berkata demikian? Apakah pantas? Sebuah pernyataan yang sulit dipahami secara konkret, meski kalimatnya jelas dan lugas.

Setidaknya ada dua penjelasan mengenai hal ini. Pertama, itu tak adil menurut kita karena kita berfokus pada upah-bukan Sang Tuan yang kita layani. Bukankah motivasi kita dalam melayani semestinya untuk Sang Tuan? Fokusnya tak boleh pada diri sendiri, tetapi pada Sang Tuan. Sama seperti saat kita punya kesempatan melayani seorang raja, bukankah itu merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai? Berpijak pada pandangan tersebut, kita akan memahami bahwa upah bukanlah hal yang terutama; bukan pada apa yang kita dapat, tetapi pada yang bisa kita beri.

Kedua, apabila kita protes, bukankah itu tandanya kita merasa iri hati? (ayat 15). Seperti perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32)-ketika si sulung memprotes kemurahan hati sang ayah kepada adiknya. Si sulung merasa ayahnya berlaku tidak adil karena ia sudah setia dan bekerja keras. Kita adalah manusia berdosa yang telah diselamatkan Tuhan dari sengat maut. Itu sebabnya Tuhan berhak atas hidup kita sepenuhnya, berhak memberikan apa pun yang pantas dan perlu kita peroleh. Baiklah kita fokus pada apa yang harus kita kerjakan dan berikan, bukan pada apa yang bisa kita peroleh -DYA

BERIKANLAH YANG TERBAIK KEPADA TUHAN DAN SESAMA
TANPA IRI HATI, TETAPI ATAS DASAR KASIH

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org