Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2007/09/02

Minggu, 2 September 2007

Bacaan   : 1Raja 19:1-18
Setahun : Mazmur 137-139; 1Korintus 13
Nas       : Sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa (1Raja 19:12)

BERDIAM DIRI SEJENAK

Pada tahun-tahun belakangan ini, maraknya penggunaan alat pemutar musik digital telah merusak pendengaran banyak orang. Selama ini, keberadaan alat itu beserta earphone-nya sudah menjadi objek keluhan masyarakat dan tuntutan hukum. Mendengarkan musik dengan volume tinggi dalam jangka waktu yang lama telah menunjukkan dampak yang serius, yakni kerusakan pada pendengaran. Dalam beberapa hal, terlalu banyak mendengarkan ternyata dapat membuat telinga tuli.

Kita hidup di tengah dunia yang penuh dengan suara. Suara itu dapat berupa suara yang dirancang untuk memengaruhi seseorang untuk membeli sesuatu, memohon, menggoda, dan menipu. Di tengah hiruk pikuk suara tersebut, kita dapat dengan mudah tak mengindahkan satu suara yang justru sangat berarti.

Elia mendengarkan ancaman Izebel dan suara rasa takutnya sendiri, sehingga ia lari dan bersembunyi dalam sebuah gua. Di gua tersebut ia dihadapkan pada suara angin yang kencang dan kuat, gempa bumi, serta api (1 Raja-raja 19:11,12). Kemudian, gua itu menjadi sunyi sehingga suara Tuhan -- satu-satunya suara yang penting -- menyeruak berupa "bunyi angin sepoi-sepoi basa" (ayat 12).

Jika kita ingin mendengar Allah berbicara pada hati kita melalui firman-Nya, hal yang perlu kita lakukan adalah menjauhkan diri dari keramaian. Saat kita belajar untuk berdiam diri, kita akan benar-benar memahami artinya bersekutu dengan Allah yang memedulikan kita.

Dalam "saat teduh" kita hari ini, marilah kita berusaha mendengarkan suara Allah -- WEC

UNTUK MENDENGARKAN SUARA ALLAH
KECILKAN VOLUME SUARA DUNIA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org