Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1999/11/17

Rabu, 17 November 1999

Bacaan   : Efesus 5:1-7
Setahun : Galatia 1-3
Nas       : Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1)

HIDUP PENUH RASA TERIMA KASIH

Rasa terima kasih yang tulus seringkali lebih nyata bila berupa tindakan daripada kata-kata. Rasa terima kasih mendorong kita untuk memberikan sesuatu sebagai balas jasa atas apa yang telah kita terima. Bukan pelunasan utang, tetapi ungkapan rasa terima kasih.

Orang-orang Chagga di Kilimanjaro, mempunyai kebiasaan yang mencerminkan kebenaran ini. Penginjil Mildred Tengbom dan suaminya hidup di sana. Suatu hari saat mengendarai mobil untuk pulang, Tengbom melihat seorang lelaki berjalan dengan susah payah. Lelaki itu sedang sakit dan baru pulang dari klinik. Dengan tulus Tengbom mengantarkan lelaki itu pulang. Beberapa hari kemudian, lelaki itu mengetuk pintu rumah Tengbom. Ketika istri Tengbom membuka pintu, ia melihat seorang gadis yang membawa setandan pisang di belakang lelaki itu. Rupanya ia datang untuk mengucapkan "terima kasih" dengan membawa pisang itu.

Kristus mengasihi kita dan memberikan diri-Nya bagi kita (Efesus 5:2). Karena pengurbanan-Nya, kita beroleh pengampunan dan segala berkat rohani yang merupakan hak orang-orang percaya. Melalui doa, kita berterima kasih kepada-Nya dengan bibir. Namun yang lebih berarti adalah mengungkapkannya melalui tindakan. Ya, dalam berterima kasih kita sering merasa harus memberikan sesuatu. Karena itu, perhatikanlah seruan Paulus untuk menjauhi perzinahan, hidup cemar, iri hati, kebodohan, dan kata-kata kotor; sebaliknya, "ucapkanlah syukur"(Efesus 5: 3,4). Untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas keselamatan yang Allah berikan, kita harus berserah kepada bimbingan Roh Kudus, bukan kepada kehendak diri sendiri yang berdosa. Itulah artinya hidup penuh rasa terima kasih -- DJD


Just a "cup of cold water" was given in His name,
But the soul of the giver was never the same!
For he found that when giving was done with a zest,
Both the heart of the giver and taker were blest. -- Anon

HATI YANG PENUH RASA TERIMA KASIH ADALAH
SUMBER SEGALA BERKAT

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org