Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/208

e-Penulis edisi 208 (1-11-2018)

Puisi Natal (I)

e-Penulis -- Edisi 208, 1 November 2018
 
Puisi Natal (I)
e-Penulis -- Edisi 208, 1 November 2018
 
e-Penulis

DARI REDAKSI Pentingnya Tujuan dan Makna Puisi

Menulis puisi tidak sekadar mengutamakan pemakaian kata-kata puitis, rima yang baik, dan penyusunan tipografi yang enak dilihat, tetapi tujuan dan makna dari isi puisi harus bisa disampaikan dan diterima oleh pembaca dengan tepat. Begitu pula dalam menulis puisi Natal. Puisi Natal memiliki fungsi yang besar sebagai media penyampai kabar gembira kedatangan Yesus Kristus ke dunia. Tidak hanya makna Natal sejati yang harus tersaji dalam sebuah puisi, prinsip-prinsip hidup kekristenan juga harus muncul di sana. Melalui artikel dalam edisi kali ini, mari kita melihat puisi Natal dalam cakupan yang lebih luas lagi. Kiranya Sahabat e-Penulis terinspirasi.

Bagi Sahabat yang selama ini masih bingung atau belum paham dengan kalimat nominal, Pojok Bahasa kali ini mengupas topik ini secara sederhana dan mudah dimengerti. Kiranya mulai hari ini, kalimat nominal tidak lagi menjadi sesuatu yang harus dihindari. Bacalah sajian ini dengan saksama dan temukan berkat-berkatnya! Selamat membaca! Tuhan Yesus memberkati.

Santi T.

Pemimpin Redaksi e-Penulis,
Santi T.

 

TIP Menjadi Keluarga Tuhan dalam Puisi Natal

Puisi Natal merupakan puisi yang biasanya disajikan atau diberikan oleh seseorang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain untuk memperingati hari raya Natal. Selain memberi ucapan kepada pihak lain yang juga merayakan Natal, puisi Natal memberi makna tersendiri bagi mereka yang merayakannya.

Pasalnya, Natal merupakan kejadian yang harus diperingati untuk memahami hakikat diri manusia yang sebenarnya. Puisi Natal memberi pelajaran bahwa tujuan hidup manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan prestasi manusia. Tujuan ini bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan ketenangan dan kebahagiaan manusia saat merayakan Natal.

Pencarian tujuan hidup telah banyak membuat manusia bingung sehingga banyak orang melangkahkan kaki ke arah yang salah; sebab manusia tidak memahami betul makna dan tujuan hidup mereka. Puisi Natal menunjukkan kepada manusia makna dan tujuan hidupnya agar ia lebih mendalami hakikat kehidupannya sebagai manusia di muka bumi ini.

Dalam puisi Natal, bukan keagungan Tuhan saja yang dibicarakan, melainkan juga bagaimana manusia dapat mencapai keagungan tersebut sehingga manusia dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mencapai tujuan hidup yang semestinya.

Gambar: <a target='_blank' href='http://alkitab.mobi/?Yesaya+44:2'>Yesaya 44:2</a>

Manusia ada bukan karena kebetulan. Hal inilah yang terkandung dalam firman Tuhan: beginilah firman Tuhan menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan (Yesaya 44:2a). Hal itu membuktikan bahwa Tuhan dengan sengaja mendatangkan manusia ke muka bumi ini dengan jalan dan tujuan tertentu.

Puisi Natal sebagai pengingat akan kelahiran tidak semata-mata menunjukkan bahwa kelahiran ada, tetapi juga memberi tahu manusia bahwa mereka harus bersyukur. Sebab, mereka telah dilahirkan ke dunia ini untuk menjalani suatu kehidupan dan mencapai tujuan yang telah Allah tetapkan.

Jauh sebelum manusia lahir dari rahim manusia yang lain, Tuhan telah melahirkan manusia dalam pikiran-Nya. Tuhan dengan sengaja menciptakan manusia dengan tujuan-Nya, yang juga menjadi tujuan hidup manusia yang Dia ciptakan. Oleh sebab itu, sasarannya bukan sekadar membuat puisi Natal menjadi indah, tetapi juga membuatnya menjadi bermakna dan bertujuan.

Tuhan tidak melakukan apa pun secara kebetulan, termasuk di antaranya menciptakan manusia, menetapkan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, dan masih banyak lagi hal lain yang tidak pernah manusia pikirkan sebelumnya. Dengan kelahiran inilah, manusia dituntut untuk lebih menyelisik jiwa mereka dan bertanya kepada diri mereka "siapa saya sebenarnya?" dan "untuk apa saya terlahir ke dunia ini?" Tentu saja, puisi Natal harus berisi banyak amanat yang dapat membuat manusia mengerti hakikat dari dua pertanyaan tersebut.

Puisi Natal tentang Tujuan Manusia

Berikut adalah puisi Natal yang ditulis oleh Russel Kelfer (dalam Warren, 26:2005):

Anda adalah Anda karena suatu alasan. Anda adalah bagian dari suatu rencana yang kompleks. Anda adalah suatu rancangan unik yang berharga dan sempurna. Disebut lelaki atau perempuan spesifik milik Allah.
Anda terlihat seperti Anda karena suatu alasan. Allah kita tidak membuat suatu kesalahan. Dia merajut Anda menjadi satu di dalam kandungan. Anda benar-benar apa yang ingin Dia ciptakan.
Orang tua yang Anda miliki adalah orang tua yang Dia pilih. Dan, tak peduli bagaimana perasaan Anda. Mereka dirancang dengan pertimbangan rencana Allah. Dan, mereka memikul meterai Tuhan.
Tidak, trauma yang Anda hadapi tidaklah mudah. Dan, Allah menangis karena trauma itu begitu menyakiti Anda. Namun, itu diizinkan untuk membentuk hati Anda supaya Anda tumbuh menjadi serupa dengan-Nya.
Anda adalah Anda karena suatu alasan. Anda telah dibentuk dengan tongkat Tuhan. Anda adalah Anda, kekasih. Karena Allah ada.

Puisi Natal di atas bisa dijadikan acuan manusia untuk mengetahui tujuan sebenarnya mengapa dia dilahirkan.

Manusia adalah/bagian dari suatu rencana yang kompleks, yakni rencana Tuhan yang tidak terpikirkan oleh manusia sehingga manusia tercipta, atau suatu rancangan unik yang berharga dan sempurna kalau dibandingkan dengan makhluk kreasi Tuhan lainnya.

Oleh sebab itu, manusia disebut lelaki atau perempuan spesifik milik Allah, sebab tidak ada binatang jantan dan betina yang dikhususkan oleh Tuhan. Kehidupan setiap manusia tentu digerakkan oleh sesuatu. Kalau manusia menyesal karena telah dilahirkan atau karena telah dilahirkan dari rahim dan pada waktu yang salah, puisi Natal ini menyatakan bahwa Allah kita tidak membuat suatu kesalahan. Manusia dilahirkan menurut rencana-Nya, sebab Dia merajut Anda menjadi satu di dalam kandungan. Anda benar-benar menjadi pribadi seperti yang ingin Dia ciptakan.

Meskipun banyak orang merasa menyesal, bahkan merasa bersalah karena trauma yang mereka hadapi tidaklah mudah, semua itu diizinkan oleh Tuhan untuk membentuk hati kita supaya kita bertumbuh menjadi serupa dengan-Nya.

Kutipan puisi Natal tersebut dapat menjadi motivasi besar bagi manusia agar selalu melihat Tuhan di mana pun dia berada, sebab Tuhan menciptakan manusia agar mereka dapat mengambil contoh sikap dari apa yang Tuhan teladankan kepada mereka.

Menjadi Keluarga Tuhan dalam Puisi Natal

Puisi Natal, selain menjadi wahana menyampaikan kegembiraan pada hari raya, juga menjadi media untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Menjadi keluarga Tuhan dalam puisi Natal sangat tidak mudah, sebab terkadang ada selimut kebencian, kesombongan, dan hal lain yang tidak dirasakan secara langsung oleh manusia.

Tanpa sadar, manusia menjadi angkuh dan berperangai buruk terhadap sesamanya. Akan tetapi, hal itu dapat disingkirkan dengan kerendahan hati kita saat merayakan hari Natal, juga saat membacakan puisi Natal, yang berguna untuk menjadikan manusia sebagai bagian dari keluarga Tuhan.

Gambar: Puisi Natal

Lagu klasik karya Matt yang berjudul Heart of Worship dapat menjadi inspirasi saat akan membuat puisi Natal. Lirik lagu ini membawa manusia kepada kerendahan hati untuk dapat membuang semua keburukan dari dalam hati (dalam Warren, 119:2005).

"Aku akan membawa bagi-Mu lebih dari sekadar lagu, sebab lagu itu sendiri bukanlah apa yang Engkau tuntut. Engkau mencari jauh lebih dalam melebihi hal-hal yang tampak. Engkau melihat ke dalam lubuk hatiku."

Lagu klasik tersebut menginspirasi orang yang merayakan Natal untuk membuat puisi Natal lebih dari sekadar kata-kata, seperti halnya lagu tersebut bukanlah sekadar lagu. Sebab, Tuhan menginginkan lebih dari sekadar lagu dan kata-kata yang puitis.

Puisi Natal yang baik mampu menunjukkan seberapa besar keagungan Tuhan pada hari yang gembira itu, serta seberapa luas hati manusia yang merayakan Natal dengan kerendahan hati. Dengan dua oposisi yang seimbang tersebut, manusia akan menjadi bagian dari keluarga Tuhan.

Kebersamaan manusia dengan Tuhan yang dimunculkan dalam lagu klasik di atas juga harus dimunculkan dalam puisi Natal sebagai bentuk apresiasi, sebab Tuhan selalu hadir saat manusia berada dalam suka ataupun duka. Dengan adanya Roh Tuhan, manusia tidak akan pernah kesepian dan akan selalu merasa tenteram.

Tujuan inilah yang seharusnya dipikirkan sebelum membuat puisi Natal atau kisah-kisah Natal lainnya, sebab tanpa tujuan dan makna hidup seperti yang digariskan oleh Tuhan, manusia tidak akan pernah dapat memaknai Natal sebagai anugerah besar yang Tuhan berikan.

Audio Puisi Natal

Diambil dari:
Nama situs : Bina Syifa (Menjadi Keluarga Tuhan dalam Puisi Natal)
Alamat situs : https://www.antorij.com/339/05/26/menjadi-keluarga-tuhan-dalam-puisi-natal.htm
Judul artikel : Menjadi Keluarga Tuhan dalam Puisi Natal
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 3 Oktober 2018
 

Pojok Bahasa Kalimat Nominal

Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda atau nomina, termasuk pronomina dan frasa nominal. Namun, tidak semua deret nomina berupa kalimat, sebab dapat juga deret tersebut hanya berupa frasa. Perhatikan contoh berikut.

(1a) Buku keluaran Badan Bahasa itu.
(1b) Buku itu keluaran Badan Bahasa.

Deret kata pada contoh (1a) bukan merupakan kalimat, melainkan frasa, sebab keluaran Badan Bahasa itu hanya sebagai pewatas inti frasa buku, bukan merupakan predikat. Sebaliknya, deret kata pada contoh (1b) merupakan kalimat, sebab batas frasa itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa nominal, yaitu "buku itu" sebagai subjek, dan "keluaran Badan Bahasa" sebagai predikat. Dengan demikian, dalam kalimat nominal dapat disebut bahwa nomina atau frasa nominal yang pertama adalah subjek dan nomina atau frasa nominal yang kedua adalah predikat. Namun, jika nomina atau frasa nominal yang pertama dilekati partikel "lah", nomina atau frasa nominal itu menjadi predikat, sedangkan nomina atau frasa nominal yang kedua menjadi subjek. Perhatikan contoh berikut!

(2a) Beliau dosen pembimbing saya.
(2b) Beliaulah dosen pembimbing saya.
(3a) Orang itu paman saya.
(3b) Orang itulah paman saya.

Kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh di atas juga sering disebut sebagai kalimat ekuatif.

Diambil dari:
Nama situs : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Alamat situs : http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/1889
Judul artikel : Kalimat Nominal
Penulis artikel : Badan Bahasa, Kemdikbud
Tanggal akses : 7 Desember 2017
 

RESENSI BUKU Cold-Case Christianity

Cold Case
Judul buku
:
Cold-Case Christianity: Investigasi Seorang Detektif Spesialis Kasus Pembunuhan Mengenai Klaim Injil
Judul asli
:
Cold-Case Christianity: A Homicide Detective Investigates the Claims of The Gospels
Penulis/​Penyusun
:
J. Warner Wallace
Penerjemah
:
Selviya Hanna
Penyunting
:
--
Editor
:
Chilianha Jusuf
Penerbit
:
Sekolah Alkitab Asia Tenggara (SAAT)
Ukuran buku
:
15 x 22 cm
Tebal
:
323 halaman
ISBN
:
978-602-7788-11-4
Buku online
:
--
Download
:
--

J. Warner Wallace menjadi seorang detektif kasus pembunuhan selama hampir 30 tahun. Selama kariernya sebagai detektif, beliau dan timnya telah memecahkan ratusan kasus pembunuhan dan menemukan tersangka kasus pembunuhan dengan menginvestigasi secara teliti setiap kesaksian para saksi mata. Wallace menerapkan pengalamannya sebagai detektif untuk menginvestigasi kebenaran kitab-kitab Injil dalam Alkitab. Beliau memandang empat penulis Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes sebagai saksi mata, dan empat kitab Injil yang mereka tulis sebagai catatan para saksi mata mengenai kehidupan, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Wallace menyimpulkan bahwa empat penulis Injil tersebut menulis Injil dari perspektif mereka masing-masing dengan apa adanya dan tanpa dilebih-lebihkan, sama sekali tidak menunjukkan adanya unsur mitologi di dalamnya dan tanpa konspirasi di antara mereka. Hal ini disebabkan karena empat penulis tersebut serius dengan data dan fakta sejarah, jujur dengan apa yang mereka tulis, bahkan rela mati untuk membela kesaksian mereka.

Beliau memulai investigasi kitab Injil ini sebagai seorang ateis yang berkomitmen dan memutuskan untuk percaya kepada Yesus setelah mendapati bahwa empat kitab Injil tersebut benar-benar menceritakan kehidupan, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus; dan bahwa semuanya itu sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Buku ini ditulis dengan membandingkan kisah dan pengalaman Wallace sebagai detektif dengan investigasinya mengenai klaim Injil. Dengan demikian, membaca buku ini akan seperti membaca novel detektif. Buku ini menolong kita untuk menjawab mengapa kita dapat memercayai seluruh kebenaran Alkitab yang tidak jarang membuat kita bingung ketika kita membacanya. Bagi saya pribadi, buku ini mampu menumbuhkan iman saya. Buku ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah saya baca dalam hidup saya.

Peresensi: Wawan

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Penulis.
penulis@sabda.org
e-Penulis
@sabdapenulis
Redaksi: Santi T., N. Risanti, dan Odysius
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org